-->

Internet Belum Layak Anak, Siapa yang Bertanggung Jawab?

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen
Gambar: Ilustrasi
Ananda Dzulfikar
(Anggota Komunitas Sahabat Taat Nganjuk)

Mediaoposisi.com-Tanpa disadari, kita telah masuk kedalam era teknologi yang semakin maju dan berkembang pesat. Penggunaan elektronik seperti gadget yang dulu hanya digunakan di dunia bisnis sekarang sudah bisa dinikmati oleh perorangan. Semakin dewasa, para pengguna gadget bukan lagi orang dewasa dan orang tua tapi telah merambah hampir ke semua usia termasuk anak usia dini dan balita. Lah kok bisa? Sebenarnya, niat awalnya hanya untuk menenangkan anak agar diam sehingga tidak membebani ibunya.

Solusi mendiamkan si kecil dengan cara mengalihkan perhatian ke gadget-pun dapat menjadi solusi jitu agar si kecil mau anteng ataupun tidak main keluar rumah setelah pulang sekolah. Tak bisa dipungkiri, trik ini sangat ampuh dan mulai mempercayakan si anak untuk bermain gadget salah satunya pemakaian aplikasi youtube maupun game tertentu. Namun, pemakaian aplikasi tersebut juga disertai dengan adanya berbagai iklan berbayar.

Amankah Si Anak bermain dengan Gadget-nya?
Memberi si kecil dengan gadget agar si ibu bisa menjalankan aktivitas lainnya, memang cara termudah untuk bisa membagi waktu dengan seabrek pekerjaan rumah maupun mendiamkan anak ketika berada di luar rumah. Namun, tahukah ibu bahwasanya semua itu beresiko terhadap anak, apalagi dengan adanya iklan atau konten yang tidak bisa kita hindari?

Dilansir Antara, Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Lenny Rosalin menilai, internet di Indonesia belum layak anak karena masih ada iklan rokok yang mudah diakses dan dilihat anak. Secara prinsip, ia juga mendukung pemblokiran iklan rokok karena paling mudah dilihat dan diakses anak-anak. Pada kesempatan sebelumnya, menteri kesehatan Nila Moeloek menyatakan keseriusan pemerintah untuk memblokir iklan rokok di kanal media sosial.

Sudah Cukupkah jika Pemerintah Memblokir Iklan Rokok Saja?
Ternyata, bahaya internet bagi anak yang dikhawatirkan oleh para ibu bukan hanya sekedar iklan rokok saja tapi konten-konten negatif seperti pornografi, LGBT, syirik, bullying, dan masih banyak lainnya. Masih ingatkan dengan kasus anak usia TK yang menonton video pornografi ketika diajak oleh ibunya antre di apotek? Video itu pun kemudian menjadi viral dan berhasil membuat para orang tua khawatir meninggalkan si kecil dengan gadget-nya. Bahaya konten pornografi akan berdampak buruk bagi si anak.

Ia akan menyerang otak depan anak (prefrontal cortex) yaitu tempat si anak mengembangkan cita-citanya, mematangkan kemampuan kognitif, mengembangkan kepribadian, mengambil keputusan. Jika bagian ini rusak atau terkontaminasi oleh pornografi maka si anak akan kesulitan dalam bersosialisasi dengan lingkungan luar dan sulitnya menggapai cita-cita.

Selain itu, maraknya lagu-lagu dan dance ala k-pop yang berdampak membahayakan akidah si anak karena menampilkan aurat seperti baju minim dan atribut anti Islam. Selain itu juga mengaburkan makna idola sebagai role model dalam kehidupan dari Rasulullah ke idola non-Islam.

Islam Solusinya
Kenapa islam sebagai penawaran dalam permasalahan ini? Karena, negara kita menganut sistem kapitalisme yang terus dipertahankan tanpa memandang dampak bagi masyarakat apalagi memandang halal dan haram, termasuk iklan rokok, konten pornografi dan yang lainnya. Maka sudah jelas, hanya Islam solusi dari permasalahan ini yang bisa menghapus dan menjaga masyarakat dari segala bentuk kejahatan melalui internet.

Hanya dalam naungan sistem Islam saja, lahir para generasi terbaik bangsa dan negara. Hal ini sudah terbukti selama 1300 tahun lamanya ketika sistem ini mampu mencetak ilmuan yang tak terhitung banyaknya. Hingga karyanya dikenal bahkan di dunia barat sekalipun. [MO/ms]

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close