ENDAH SULISTIOWATI (Dir. Muslimah Voice)
Islam dan kaum muslimin tidak henti-hentinya mendapatkan perlakuan yang tidak adil. Baik sebagai minoritas maupun mayoritas dinegaranya. Palestina, konflik di negeri ini tidak pernah benar-benar tuntas. Disusul Suriah yang sampai saat ini konflik disana belum menemukan titik temu, umat yang mengiginkan ditegakkannya Islam dalam kehidupan harus menghadapi moncong senjata milik penguasa.
Yaman yang penduduknya harus menderita kelaparan akibat perang saudara yang pecah sejak awal 2015. Organisasi non-pemerintah Armed Conflict Location and Event Data Project (ACLED), mengungkapkan korban tewas di Yaman enam kali lebih tinggi daripada data yang dirilis oleh PBB.
Dilaporkan dari Sputniknews, 15 Desember 2018, ACLED mengklaim 60.000 orang tewas secara langsung oleh konflik. Angka ini tidak termasuk, 85.000 anak-anak yang kemungkinan meniggal kelaparan dalam tiga tahun terakhir. (tempo.co). Bahkan Yaman, dikabarkan menderita US$ 50 miliar atau Rp. 708 triliun sejak perang Yaman pecah pada awal 2015 silam.
Umat Islam di New Zealand pun tidak luput menjadi korban keganasan karena sikap Islamophobia. 50 orang dilaporkan meninggal dalam insiden berdarah 15 Maret 2019 di Masjid An Nuur kota … menjelang sholat jumat waktu setempat.
Mali, atau yang lebih dikenal dengan Republik Mali adalah sebuah negara yang terkurung daratan di Afrika Barat, sebelumnya merupakan jajahan Prancis dan termasuk negara terbesar kedua di Afrika Barat.
Sangat sedikit pengamat dan jurnalis yang mengkritik intervensi militer di Mali. Pers liberal cenderung bersikap diam karena musuh mereka adalah kelompok Islamis yang beraliansi dengan Al-Qaida. Kenyataannya ketegangan di Afrika adalah pertempuran kepentingan strategis dan sumber daya alam.
Alyssar Midani, aktifis anti perang untuk Mali di Paris menyatakan intervensi mllitier di Mali dilatarbelakangi agenda khusus untuk mengamankan penguasaan minyak dan gas, emas, serta uranium di Mali dan Nigeria.
Dalam wawancara yang dilansir Press TV yang bermarkas di Teheran tersebut, Alyssar Midani menuduh penghancuran militan muslim di Mali hanyalah kedok untuk mengklaim sumber daya alam negara bekas jajahan Perancis tersebu. (daftarnegaratermiskin.web.id)
Bahkan baru-baru ini terjadi pembantaian umat Muslim disebuah desa di Mali tengah pada hari Sabtu 23 Maret 2019 oleh orang-orang bersenjata tak dikenal, korban tewas saat artikel ini ditulis mencapai 157 orang. Juru bicara pemerintah Mali membenarkan serangan tersebut sebagai salah satu kekejaman terbaru di negara yang dilanda kekerasan etnis.
Beberapa fakta di negeri-negeri Muslim diatas cukup mewakili bagi kita untuk menarik kesimpulan, bahwa mayoritas negeri-negeri Muslim dalam kondisi terpuruk. Termasuk kondisi ini terjadi di Indonesia sebagai negeri Muslim terbesar di dunia. Suara umat Islam dibutuhkan menjelang pemilu saja, selebihnya hanya dianggap angin lalu saja. Apa yang terjadi pada HTI, persekusi terhadap para Ulama, termasuk tajamnya UU ITE kepada warga yang vocal terhadap pemerintah dan mereka yang menjadi oposan.
/Khilafah Adalah Jawabannya/
Islam adalah agama yang paripurna, mengatur seluruh aspek kehidupan termasuk di dalamnya masalah kepemimpinan negara. Sistem kepemimpinan negara ini unik, berbeda dari sistem lain yang ada di dunia, baik itu kerajaan, republik maupun parlementer. Sistem yang disebut Imamah atau Khilafah, lahir dari hukum syara’, bukan lahir dari para pemikir di kalangan manusia. Dengan demikian kedudukannya lebih kuat karena yang menetapkannya adalah Sang Pencipta manusia.
Sistem kekhilafahan memiliki perbedaan diametral dengan sistem demokrasi yang diterapkan dunia saat ini. Pemimpin dalam demokrasi hanya berfungsi sebagai lembaga eksekutif yang menjalankan amanat rakyat. Dalam praktiknya, yang disebut “rakyat” tersebut hanyalah sebatas pada para pemilik modal dan kekuatan. Tak heran jika kemudian pemimpin hanya berfungsi sebagai fasilitator, yakni memberikan fasilitas bagi orang-orang bermodal untuk menguasai negara.
Sementara dalam Islam, pemimpin memiliki dua fungsi utama, sebagai raa’in dan junnah bagi umat. Kedua fungsi ini dijalankan oleh para Khalifah sampai 14 abad masa kegemilangan Islam. Pasang surut kekhilafahan secara sunnatullah memang terjadi, tapi kedua fungsi ini ketika dijalankan sesuai apa yang digariskan syara’, terbukti membawa kesejahteraan dan kejayaan umat Islam.
Khalifah sebagai Raa’in. Khalifah sebagai pemimpin tunggal kaum Muslim di seluruh dunia memiliki tanggung jawab yang begitu besar dalam mengurusi urusan umat. Rasulullah Saw. bersabda:
الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).
Khalifah sebagai Junnah. Nabi Muhammad Saw bersabda:
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
”Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai (junnah), di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll).
Khalifah dengan Negara Khilafah-lah yang kelak menjadi Raa’in dan Junnah bagi umat Muslim diseluruh dunia. Khalifah yang akan berdiri digarda terdepan memberikan pembelaan kepada umat Muslim, mengurusi, mengatur dan memenuhi segala kebutuhan umat Muslim.
Tegaknya Khilafah adalah sebuah keniscayaan. Namun, akankah kita akan berpangku tangan dari perjuangan ini. Sudah jutaan umat muslim yang meninggal karena kedzoliman penguasa mereka, kalau perjuangan ini tidak disegerakan bukan hal yang mustahil nasib yang sama akan menimpa kita. Wallahu’alam bishowab.[]
from Pojok Aktivis