(Mengenal Kembali Hizbut Tahrir Indonesia)
Oleh : Firdaus Bayu, Pusat Kajian Multidimensi
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), ormas Islam yang kerap menjadi sorotan dua tahun belakangan, ternyata tak lenyap begitu saja, bahkan kian terkenal di berbagai media. Namanya telah menghiasi layar kaca, memenuhi halaman-halaman koran, dan media-media sosial dengan ide khas politiknya, yaitu khilafah. Meski BHP-nya telah dicabut, tetapi hingga detik ini namanya seringkali disebut-sebut. HTI tidak mengikuti kontestasi pilkada, namun namanya tetap diliput media. Ide khilafah tidak tertulis sebagai janji pilpres di antara dua kandidat, tapi kata khilafah tetap bergema di setiap diskusi dan acara debat. Dengan kata lain, HTI dan khilafahnya, hingga tulisan ini dibuat, masih menjadi topik paling hangat. Di tengah simpang siur pandangan publik soal HTI, ada baiknya kita kembali mengenal secara obyektif apa itu HTI. Dalam mengenali segala sesuatu, cara paling baik adalah dengan menggali langsung informasi pada pihak terkait, sebab keterangan soal sesuatu yang tidak bersumber dari sesuatu itu, bisa jadi sebuah hal yang berlebihan atau bahkan menjadi fitnah.
Saat ini, laman resmi Hizbut Tahrir di Indonesia (HTI) sudah tidak ada, dampak represifitas penguasa dalam menyikapi kebebasan aspirasi rakyatnya. Namun definisi dan metode dakwah HTI tentu tidaklah berbeda dengan HT dunia, sebab HTI adalah bagian dari HT dunia. Di laman resmi HT dunia, http://www.hizb-ut-tahrir.info, disebutkan, “Hizb ut-Tahrir is a political party whose ideology is Islam, so politics is its work and Islam is its ideology. It works within the Ummah and together with her, so that she adopts Islam as her cause and is led to restore the Khilafah "Caliphate" and the ruling by what Allah (swt) revealed. Hizb ut-Tahrir is a political group and not a priestly one. Nor is it an academic, educational or a charity group. The Islamic thought is the soul of its body, its core and the secret of its life.”. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia bemakna, “Hizbut Tahrir adalah partai politik yang berideologi Islam, jadi politik adalah aktifitasnya dan Islam adalah ideologinya. Ia beraktifitas di tengah umat dan bersama-sama dengannya, hingga umat memandang Islam sebagai urusannya, dan siap dipimpin untuk mengembalikan Khilafah "Kekhalifahan" dan hukum yang diwahyukan oleh Allah (swt). Hizbut Tahrir adalah kelompok politik dan bukan kelompok imam. Juga bukan kelompok akademik, pendidikan atau amal. Pemikiran Islam adalah jiwa dari tubuhnya, intinya dan rahasia hidupnya.”
Berdasarkan ulasan singkat di atas, bisa kita simpulkan secara umum bahwa Hizbut Tahrir (Indonesia) adalah salah satu ormas Islam yang aktifitas utamanya ialah dakwah Islam. Terlepas dari catatan miring tentangnya, sebetulnya secara mendasar profil tersebut bukanlah sesuatu yang keliru, apalagi berbahaya. Pasalnya, kegiatan dakwah adalah hal makruf. Adapun persoalan khilafah, sesungguhnya tokoh-tokoh HTI sendiri sudah lama dengan gamblang menjelaskan pada publik bahwa itu adalah ajaran Islam. Mereka terbiasa menjelaskan hal tersebut dari bermacam-macam referensi. Dari tafsir al-Qur’an, penjelasan dari hadits-hadits nabi saw., hingga kitab-kitab ulama. Tak terlalu sulit bagi kita di era milenia ini untuk mendapatkan semua penjelasan itu. Di media sosial dan internet tentu tulisan dan video tokoh-tokoh mereka, tentang penjelasan tentang ajaran khilafah bisa kita temukan dengan mudah. Tidak hanya tokoh HTI, tokoh non HTI pun juga pernah memberi pandangan positif seputar khilafah, misalnya; Ustadz Abdul Somad, Ustadz Budi Azhari, Ustadz Oemar Mitta, Gus Nur, Cak Nun, Habib Rizieq, dan lain-lain. Jadi, secara ide dasar, khilafah bukanlah sesuatu yang negatif, terlebih ia merupakan ajaran Islam yang patut diakui oleh umat muslim. Apabila kita mampu menetralisir diri sendiri dari segala kepentingan dan tekanan, in syaa Allah penjelasan ini sangat mudah diterima. (bersambung).[]
from Pojok Aktivis