Oleh: Muna Juliana N
Alumni MAS Plus Darul Hufadz
Mediaoposisi.com-Tahun 2018 adalah tahun kesedihan bagi negeri tercinta ini. Kezaliman demi kezaliman terjadi di depan mata. Dari berbagai peristiwa, tidak heran jika melihat kaum mayor di negeri ini yang seolah terpinggirkan.
Inilah yang sedang terjadi di negeri yang konon menjunjung tinggi toleransi. Umat Islam yang jumlahnya mayoritas, namun tak sedikit mengalami kezaliman.
Padahal memisahkan agama dari kehidupan menimbulkan berbagai persoalan dalam kehidupan. Sebab manusia tidak mau menerapkan aturan Allah dalam kehidupannya, dengan anggapan bahwa mereka lebih mampu mengatur urusan kehidupannya sendiri.
Alhasil hukum-hukum buatan manusia akan cenderung mengikuti hawa nafsunya dan menimbulkan kerusakan dimuka bumi.
Padahal Islam bukan hanya sekedar agama, melainkan sebuah pandangan hidup yang mengatur urusan kehidupan secara keseluruhan. Inilah yang membuat rezim panik ketika ulama mulai bersuara. Karena ulama adalah pewaris nabi sehingga ulama memiliki kedudukan yang tinggi di mata umat. Mereka memperbaiki kerusakan ditengah umat manusia.
Maka wajar ketika berbagai bencana datang, karena telah banyak perintah Allah SWT mulai diabaikan oleh hambanya, maka hal ini mengundang berbagai peringatan dari-Nya. Tengok saja, pada 5 Agustus gempa berkekuatan 6,9 menghantam pulau lombok.
Selanjutnya gempa bumi berkekuatan 7,7 dan tsunami setinggi 1,5-3 meter di Donggala Palu yang membawa kehancuran pada akhir September. Menjelang tutup tahun pun, kembali terjadi rob-tsunami pada 22 Desember.
Datangnya bencana silih berganti menyapa negeri, mestinya cukup membuat kita sadar untuk kembali pada aturan-aturan Allah SWT. Menjadikan bencana ini sebagai bahan muhasabah. Sebagaimana gempa juga pernah terjadi di masa kekhilafahan Umar Bin Khattab.
Disampaikan dalam riwayat Ibnu Abid Dunya dalam manaqib Umar. Madinah sebagai pusat pemerintahan kembali berguncang. Umar menempelkan tanganya ke tanah dan berkata kepada bumi. “Ada apa denganmu?”
Inilah pernyataan sang pemimpin tertinggi kaum muslim kepada masyarakat pasca gempa. “Wahai masyarakat, tidakkah gempa ini terjadi kecuali karena ada sesuatu yang kalian lakukan. Alangkah cepatnya kalian melakukaan dosa. Demi yang jiwaku ada di tangaNya, jika terjadi gempa susulan aku tidak akan mau tinggal bersama kalian selamanya!”
Hal pertama yang harus dilakukan untuk membangkitkan umat dari keterpurukanya adalah membentuk kesadaran diterapkanya syariah yaitu dengan memahamkan kepada umat bahwa mereka adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.
Menyampaikan tujuan hidup di dunia adalah semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Maka hidup harus sesuai dengan tuntunan Allah SWT sebagai konsekuensi keimanan mereka dan wujud ketakwaan kepada-Nya.
Umat hendaknnya disadarkan bahwa keselamatan hidup akan diperoleh ketika mau mengikuti aturan-Nya. Kemudian ditanamkan pada diri umat bahwa mereka juga diseru untuk segera melaksanakan perintah-Nya dan memperjuangkan tegaknya syariah baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat mupun bernegara.
Setelah terbentuk kesadaran akan kewajiban penerapan syariah secara keseluruhan dalam diri umat. Tahun 2019 saatnya umat untuk fokus dan lebih giat berjuang mewujudkan perubahan hakiki.
Yakni dengan mengajak umat mencampakkan sistem sekuler demokrasi yang telah berhasil menjauhkan umat dari agamanya, dan menjauhkan umat dari persatuan kaum muslimin karena sekat-sekat nasionalisme.
Mengajak umat untuk menerapkan hukum Allah SWT dalam naungan institusi Islam yang dijamin akan mengundang kebaikan dan keberkahan bagi negri khususnya bagi masyarakat.[MO/ge]