Oleh: Ummu Haszam
Mediaoposisi.com- Kabar viral penangkapan artis yang sedang bertransaksi dalam aktivitas prostitusi menghiasi media tanah air akhir-akhir ini. Sebenarnya ini bukan kali pertama kasus prostitusi online yang terungkap. Ada beberapa kasus pendahulunya yang juga melibatkan para artis dan foto model.
Dalam pemberitaan di media online republika.com (6/1/2019), diungkap penangkapan 2 artis, pria hidung belang dan mucikarinya. Prostitusi melalui selebgram dengan tarif yang fantastis ternyata banyak ditawarkan. Tarif yang tinggi hanya untuk tidur dengan wanita pilihannya bukan menjadi penghalang pria hidung belang melakukan perbuatan bejat ini. Wanitanya mau, si lelaki hidung belang pun mampu. Maka terjadilah kesepakatan haram tersebut.
Mengapa Prostitusi Kian Subur?
Jika kita amati bisnis prostitusi kian hari kian subur. Sistem kapitalisme menjadi biang keladinya. Kapitalisme dengan asas sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan) jelas semakin mempersubur bisnis haram ini. Sulitnya mencari nafkah halal pada kondisi seperti ini, maka jika iman tidak kuat mereka akan menghalalkan segala cara.
Asal menghasilkan materi banyak untuk mencukupi gaya hidup (bukan kebutuhan hidup) apapun akan dilakukan. Paham hedonisme (keduniaan) yang akut pada diri seseorang juga semakin memperparah keadaan. Gaya hidup lebih dikedepankan dalam bersosial. Standar hidup yang tinggi dengan materi yang pas-pasan akan mendorong seseorang untuk mencari cara instan mendapatkan materi yang banyak.
Sedangkan negara tidak bisa melindungi akidah warganya. Negara abai tentang kerusakan moral yang ada. Sistem pendidikan pun carut marut. Standar nilai semakin tinggi tapi tidak dibarengi dengan proses yang alami. Hasilnya, nilai tinggi tidak menjadi jaminan skill mereka. Pelajaran tentang adab pun diabaikan sehingga banyak muncul orang-orang yang tidak beradab. Pendidikan akal tidak didahului dengan pendidikan jiwa. Akibatnya banyak pemikiran liar yang tidak mampu dikendalikan oleh jiwa.
Pondasi keluarga pun dibuat kacau balau. Lapangan kerja untuk lelaki semakin sempit. Dengan dalih feminisme, kesetaraan gender, wanita didorong keluar rumah. Lebih menyibukkan diri di luar rumah. Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dianggap pekerjaan yang hina, bahkan. murahan. Nauzubillah....
Jika rumah sebagai madrasah pertama rusak, maka bersiaplah, kerusakan terhadap generasi tak lama lagi.
Dalam Islam berzina adalah tindakan kriminal. Jangankan melakukan, mendekati saja dilarang. Namun dalam sistem kapitalisme kebebasan menjadi hak bagi setiap manusia. Termasuk berzina. Asal suka sama suka, dan tidak merugikan orang lain maka sah-sah saja. Tidak heran jika dalam sistem seperti ini prostitusi kian subur. Dari yang kelas teri sampai kelas kakap dengan pelanggan pengusaha, pejabat maupun lelaki kaya raya.
Islam Memuliakan Wanita
Berbagai tanggapan ramai mengisi publik tentang maraknya prostitusi ini. Menganggap pelaku prostitusi sebagai korban adalah salah besar. Bagaimanapun dia melakukan itu dengan kesadarannya. Tidak dengan paksaan. Bahkan kesepakatan.
Haramnya zina tidak bisa digantikan dengan dalih hak asasi manusia. Dosa tetaplah dosa.
Betapa Islam datang ke muka bumi untuk memuliakan wanita. Dengan perintah hijabnya, dengan aturan pergaulannya antara lelaki dan wanita, hingga perintah menjaga kesucian dirinya.
Namun masih banyak wanita muslimah yang enggan mendengar syariatNya. Hingga hawa nafsu memperbudak dirinya. Merendahkan martabatnya pada titik yang hina. Karena akal tak mampu mencerna. Bahwa syariatNya adalah bukti cinta.[MO/sr]