Oleh: Ifa Mufida
Mediaoposisi.com-Alhamdulillah, Reuni akbar 212 yang kedua terlaksana dengan penuh haru biru. Bagaimana tidak, secara kuantitas jumlah peserta yang hadir ternyata jauh lebih besar dari target yang diharapkan. Dikalkulasikan peserta reuni ini mencapai 8 juta lebih, bahkan ada yang memperkirakan sekitar 10 juta.
Peserta pun terhimpun dari berbagai golongan dan organisasi masyarakat. Tidak hanya dari jawa, peserta juga banyak yang datang dari luar jawa dengan biaya akomodasi perjalanan pastinya tidak sedikit. Dari kalangan yang mengalami disabilitas pun tidak sedikit yang hadir. Bahkan ada beberapa yang dari kalangan non muslim turut menyaksikan. Sungguh pantas jika reuni ini menjadi perhatian dari dalam negeri ataupun dari luar negeri.
Kita belajar dari Reuni 212 bahwa persatuan umat Islam bukanlah mitos. Meski sebelum aksi, semua corong kekuasaan telah dikerahkan oleh penguasa dan beberapa pihak yang membenci islam, namun ternyata tidak menyurutkan semangat dari peserta. Inilah dorongan aqidah Islam yang sejatinya tidak akan terkalahkan.
Demikianlah semangat ukhuwah Islamiyah ternyata memiliki kekuatan yang luar biasa. Karena, Allah telah ciptakan kaum muslimin ibarat satu bangunan. Maka satu dengan yang lainnya saling menguatkan sebagaimana tegaknya bangunan yang berdiri kokoh. Sebagaimana hadist Nabi,
“ Mukmin dengan mukmin lainnya bagaikan satu bangunan, sebagian menguatkan bagian yang lainnya.” (HR. Bukhari, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ahmad).
Sebuah keniscayaan pula bahwa ukhuwah islamiyah adalah temali yang harus dijaga dan dikokohkan serta menjadi bagian dari perintah Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah:
“Sungguh Orang-orang Mukmin itu bersaudara. Karena itu, damaikanlah kedua saudara kalian, dan bertakwalah kalian kepada Allah supaya kalian dirahmati.” (QS. Al-Hujurat, 49: 10).
Selain banyaknya peserta, yang unik di hajatan 212 kali ini ternyata semakin banyak yang memakai atribut tauhid dan membawa bendera Al-liwa’ Ar-Raya. Setiap sudut memandang, atribut tauhid dikenakan oleh hampir semua peserta aksi. Bahkan banyak pula yang menjual atribut tauhid berupa gantungan kunci, ikat kepala, kaos, dan topi. Peserta yang belum memakai atribut ini pun, berbondong-bondong membeli dan memakainya.
Bendera Al-liwa Ar-Roya juga menjadi maskot yang dibawa oleh banyak peserta dengan penuh kebanggaan bahkan berbuah tetesan air mata. Mungkin perasaan mereka telah terkoyak karena sebelumnya bendera Rasulullah ini telah menuai hinaan. Setelah dibakar tanpa sebab, si pembakar pun diputusi dengan begitu ringan penjara 10 hari dan denda 2000 perak. Demikianlah hukum dalam rezim zalim ini berkuasa. Pun juga, semakin nyata bahwa bendera Al-Liwa dan Ar-Roya adalah bendera kaum muslimin semuanya bukan bendera dari ormas tertentu.
Demikianlah persatuan dan ukhuwah islam di bawah panji tauhid adalah sepercik cahaya yang akan menuntun kepada kebangkitan umat. Umat sejatinya saat ini sudah enggan dipimpin oleh rezim yang represif dan anti islam. Mereka sudah memiliki satu perasaan yang sama ketika ada ulama yang dikriminalisasi, ketika panji mereka dihina, ketika rezim semakin menekan gerak umat islam.
Inilah perasaan Islam yang harus terus dipupuk di seluruh kaum muslimin, agar mereka memiliki perasaan yang sama. Tinggal menyatukan pemikiran bahwa mereka harus mengikatkan diri di dalam satu aturan yang satu saja, yakni aturan yang berasal dari Allah Al-Khaliq Al-Mudabbir ( Allah Maha Pencipta dan Allah Maha Pengatur Segala Sesuatu). Aturan Allah inilah aturan yang akan memberikan solusi terhadap segala permasalahan yang terjadi di tengah umat.
Sungguh umat saat ini sudah terperosok jauh di dalam kubangan aturan demokrasi dan sistem kapitalisme yang rusak dan merusak. Dan sudah saatnya umat islam kembali mengambil Islam sebagai ideologi bukan sekedar sebagai agama ritual semata. Pemikiran ini harus terus dialirkan ke jiwa umat Islam agar mereka pun memiliki satu pemikiran yang sama.
Ketika perasaan dan pemikiran umat Islam menjadi satu padu, maka mereka tidak akan rela hidup dibawah aturan sekuler, bukan hanya tidak mau dipimpin oleh rezim yang represif. Inilah Kebangkitan Umat yang Hakiki, ketika umat menjadi umat terbaik. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Al-Imran,3: 110). Allahu A’lam bi Showab.[MO/sr]