Oleh : Wida Aulia
Mediaoposisi.com-Akhir - akhir ini timeline medsos kembali dipenuhi dengan kisah-kisah pilu dan foto-foto mencekam tentang kondisi muslim Uighur di Cina. Hal ini kembali menyentuh sanubari dan menyentak emosi umat islam diseluruh dunia.
Donasi Save Muslim Uighur
Umat Islam yang masih memiliki perasaan bahwa umat Islam adalah satu tubuh akan ikut merasakan nestapa muslim Uighur meski hanya melihat dari media digital. Mereka berlomba – lomba membuat berita dan membuat opini bahwa kondisi muslim di Uighur Cina adalah sebuah tragedi intoleransi dan pelanggaran HAM yang berkepanjangan seolah tiada akhir.
Hampir seluruh umat Islam menyatakan simpati dan menunjukkan empatinya terhadap kondisi etnis Uighur di Cina, ingin menolong mereka, melepaskan mereka dari penindasan dan membebaskan mereka dari belenggu kekejaman pemerintah Cina. Namun kebanyakan dari umat islam bingung, dengan apa bisa menolong mereka. Umat Islam masih bingung dengan cara bagaimana agar dapat membebaskan muslim Uighur di Cina.
Ada yang membuat gerakan di medsos dengan copas agar tembus 1jt status #usirdubescina dan #savemuslimuighur. Ada juga yang menyeru agar umat mengadakan aksi bela Uighur. Tujuannya semata-mata agar dapat mengetuk pintu hati pemimpin negeri supaya mengirimkan tentaranya untuk meyelamatkan muslim Uighur.
Alih-alih merealisasikan keinginan umat Islam, pemerintah justru membuat umat terhenyak kecewa dengan menyatakan bahwa masalah Uighur adalah masalah dalam negeri Cina. Jangankan bertindak, bahkan untuk sekedar menggertak Cina saja pemerintah tak mampu. Padahal harusnya pemerintah bisa menyampaikan penolakan atas penindasan tersebut, misal dengan protes kepada Dubes Cina atau bahkan memutus hubungan bilateral dengan negara komunis,namun pemerintah malah diam membisu.
Wakil presiden Jusuf Kalla menganggap Indonesia tak dapat ikut campur dalam permasalahan ini karena merupakan masalah dalam negeri China. ( CNN INDONESIA )
Inilah akibat aturan sistem kapitalis sekuler yang hanya berorientasi pada keuntungan materi. Akibat dari format negara bangsa yang menciptakan sekat dan batas antar kaum muslimin di seluruh dunia atas nama nasionalisme.
Berbeda dengan ketika Islam diterapkan secara kaffah sebagai institusi negara yakni Khilafah, maka sekat dan batas negara tersebut akan ditembus. Ketika Khilafah tegak, maka seluruh umat Islam maupun non muslim yang tunduk pada aturan Islam sebagai warga negara Khilafah maka akan mendapat perlindungan dan jaminan keamanan jiwa, harta, kehormatan dan agamanya.
Khilafah akan menyeru kepada pemerintah Cina agar menghentikan penindasan mereka dan memberi kebebasan kepada umat Uighur untuk melaksanakan agamanya. Jika menolak, maka Khilafah akan mengirimkan pasukan untuk memerangi mereka dengan menyerukan seruan jihad untuk membebaskan Uighur. Lalu, apakah ada solusi selain Khilafah untuk dapat mengakhiri lara nestapa di Uighur??
Sayang, karna ternyata banyak dari umat Islam yang justru menolak Khilafah. Para penolak Khilafah berdalih bahwa Khilafah akan memecah belah umat, akan menimbulkan pertikaian dan menghilangkan kenyamanan.
Padahal saat ini ketika Islam diabaikan, ketika Khilafah di tinggalkan. Apakah umat sudah bersatu?? Apakah umat sudah sejahtera ? Apakah umat sudah terjamin kebebasan beragamanya? Apakah umat sudah aman jiwa, kehormatan dan hartanya? Tidak.
Faktanya justru segala kerusakan dan ketidak sejahteraan, pertentangan, pertikaian umat terjadi saat umat ini tanpa Khilafah.
Masih pantaskah menolak Khilafah sementara tidak punya solusi apapun terhadap Uighur dan terhadap segala permasalahan umat? Penolak Khilafah memberi solusi apa selain hanya diam terpaku? Penolak Khilafah nyatanya tidak mampu memberi solusi apapun karna mereka tidak mampu melawan janjiNya akan kembali tegaknya Khilafah.
Oleh karna itu wajib bagi umat Islam untuk memperjuangkan diterapkannya kembali aturan Allah yakni Islam dalam segala aspek kehidupan dalam naungan Khilafah ala minhajinnubuwah.[MO/ge]