Oleh: Nida’ul Haq
(Mahasiswa Gizi FKM Unair)
Mediaoposisi.com-Di penghujung tahun 2018 ini, tepatnya di awal bulan Desember banyak terjadi fenomena di Indonesia. Disaat atmosfir persatuan umat Islam mulai nampak,jutaan umat berkumpul di satu titik untuk menyuarakan kebenaran, mereka dianggap sebagai ancaman bagi negara ini. Aksi damai jutaan umat diberi penjagaan ketat oleh aparat negara.
Sementara di ujung negeri sebelah timur sana sedang terjadi pertumpahan darah oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) terhadap puluhan pekerja yang merupakan warga negara Indonesia, bahkan anggota TNI dan POLRI pun tak luput menjadi korban. Anehnya, pelakunya malah di anggap sebagai kelompok kriminal bersenjata semata. Mereka tidak diliput besar-besaran, tidak di tindak sebagaimana mestinya kasus teror.Apakah karena mereka tidak berjenggot, tidak beragama Islam sehingga tidak pantas disebut teroris?
Seharusnya kita paham betul bahwa di Papua sedang terjadi pemberontakan.Bahkan pertahanan negeri ini sedang terancam. Terbukti dengan tewasnya anggota TNI dan POLRI yang sedang menjaga keamaan negeri ini di tangan mereka.
Bukankah ini merupakan peristiwa yang tidak sederhana? Pertahanan negeri ini dipertaruhkan!Kesatuan negeri ini diporak-porandakan! Ini kasus disintegrasi dan terorisme yang nyata, bukan sekedar fitnah kejam kepada ormas Islam yang katanya akan menghancurkan NKRI namun nihil bukti. Mereka menodongkan senjata. Rakyat yang jadi korban terornya, bahkan aparat keamanan sudah menjadi sasaran mereka! Parodi macam apa yang sedang dipertontonkan di negeri ini?
Perlu kita bertanya mengenai banyak hal. Termasuk dari mana para pemberontak tersebut memperoleh senjata? Sementara untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka saja tak sepenuhnya tercukupi. Kita perlu ingat bahwa Papua merupakan ladang bagi asing untuk mengambil kekayaan alam negeri ini, dan kita patut memberikan kecurigaan terhadap apa yang terjadi di Papua. Ini bukan urusan sederhana dalam negeri Indonesia. Kecurigaan patut dijadikan sudut pandang utama dalam kondisi mengancam ini.
Selain itu diamnya pemerintah dan hanya menganggap apa yang terjadi di Papua hanyalah kriminal bersenjata adalah sebuah keanehan lanjutan. Apakah ini bagian dari ketundukan penjaga lahan jajajahan terhadap pemilik lahan-lahan yang ada di Papua? Sungguh tidak pantas negara yang menyatakan dirinya merdeka bersikap pasif atas ancaman nyata yang terhampar di depan matanya.
Berbeda perlakuan dengan umat islam, yang membawa bendera berlafadzkan kalimat kemuliaan justru dianggap sebagai pemecah belah negeri ini, sebagai ancaman bahkan teroris negeri ini. Saat umat islam berkumpul membela kebenaran, mereka dianggap bayaran. Saat umat islam menjadikan sejarah baru untuk perubahan negeri, malah media sunyi, langka yang mengekspos. Kita tanyakan lagi, mengapa justru umat islam yang berkumpul ingin menghilangkan kemungkaran di negeri ini justru dicurigai? Ini merupakan pandangan yang salah dari pemerintah terhadap rakyatnya, ada standar ganda yang coba dimunculkan di negeri ini.
Padahal justru umat islam bersatu untuk memperbaiki negeri ini agar menjadi lebih baik, merdeka seutuhnya tidak tunduk pada asing, melainkan hanya kepada Allah SWT sang pemilik negeri ini. Allah memberikan segala aturan bagi kita dalam bernegara agar negeri ini tidak mengalami kehancuran dan tidak terpecah belah. Harus ada sebuah negara yang mampu menjalankan segala aturan Allah agar negeri ini aman, khususnya dari para pemberontak.
Dalam aturan Islam, mereka yang memberontak dengan mengangkat senjata akan diperangi bahkan dibunuh apabila mengancam negara. Inilah perlunya penerapan segala aturan dari Sang Pencipta, termasuk aturan bernegara yang dijalankan seluruhnya oleh Khalifah.
Ada kedaruratan yang menjadikan bukti bahwa kita memerlukan khilafah bagi kedamaian di seluruh negeri-negeri muslim. Saat adanya khilafah maka pemberontak bisa dituntaskan, tidak ada standar yang salah dalam memahami siapa sebenarnya yang teroris, dan yang terpenting adalah asing tidak lagi akan menguasai kepemilikan di negeri muslim. Pada saat Islam kembali menjadi standar apapun yang terjadi di negeri ini, justru mereka tuan penjajah asing itu akan tunduk di bawah kekuasaan kaum muslimin dan kitalah pemimpinnya.[MO/sr]