Oleh: Desi Wulan Sari
Mediaoposisi.com-Ibu Madrasah Pertama, Ibu, saat pertama mendengar kata ini yang terbetik pertama kali adalah seorang wanita yang mengurus anak, suami, rumah tangga, bahkan orangtua. Predikat itu akan selalu menempel dalam diri seorang wanita yang telah menikah dan menjalankan tugas utamanya.
Donasi Save MuslimUighur
Ibu merupakan sosok utama yang memegang peranan penting dalam sebuah keluarga. Sosok seorang wanita perkasa yang mampu melakukan banyak hal termasuk memasak, mengasuh anak, mendidik, menata rumah, dan banyak hal lainnya. Begitu banyaknya peran ibu sehingga tidak bisa dijabarkan seberapa hebat sosok seorang ibu tersebut. Singkatnya seorang ibu memberikan keseimbangan dalam sebuah keluarga.
Tentu saja tugas seorang ibu memiliki tanggung jawab dan berat untuk dijalankan. Mengapa berat? Karena Allah telah menentukan kodrat wanita untuk memiliki kesanggupan. Apa pun yang ibu lakukan untuk anak dan keluarganya memiliki efek nyata bagi masa depan anaknya nanti hingga dewasa. Anak adalah titipan Allah SWT yang harus dijaga, dirawat, dididik dan dibimbing hingga masa akil baligh kedewasaannya.
Sehingga peran yang paling utama seorang ibu adalah pendidik anak. Pendidikan yang dimaksud adalah penanaman nilai-nilai seorang ibu kepada anaknya. Anak paling dekat dengan ibu. Penanaman nilai tersebut harus dilakukan sejak dini. Ibu juga paling mengerti karakter anak sehingga mampu memberikan pendidikan yang sesuai.
"Al -Ummu madrasah Al-ula (Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya) bila sang Ibu persiapkan dengan baik maka ibu telah mempersiapkan bangsa yang baik dan kuat.”
Hilangnya Peran Ibu Dalam Keluarga di Masa Kini
Saat ini kita melihat fakta-fakta menyedihkan. Anak-anak yang seharusnya menjadi generasi cemerlang dan generasi pembawa risalah Nabi, telah tercoreng dengan kondisi zaman yang semakin tidak ada batasan.
Kasus-kasus penyimpangan seksual LGBT, remaja hamil di luar nikah, dan narkoba yang menjerat semakin marak dan mengkhawatirkan. Persoalan besar yang menimpa generasi adalah persoalan sistemik yang tentu saja melibatkan berbagai aspek kehidupan.
Selain itu, ekonomi kapitalis yang mendorong keikutsertaan ibu rumah tangga dalam dunia kerja semakin memperburuk keadaan ini. Akhirnya peran keluarga menjadi pincang, anak-anak semakin kekurangan kasih sayang dan mulai mencari perhatian di luar. Imbasnya, mereka pun tumbuh menjadi pribadi yang liar dan bebas tanpa kendali.
Peran ibu tergantikan dengan lingkungan yang tidak kondusif. Seperti lepasnya tanggung jawab orang tua karena merasa sudah menyekolahkan anak di sekolah full time. Juga melihat tontonan TV tanpa pendampingan orang tua. Belum lagi ditambah dengan bermain gadget tanpa pengawasan. Semua itu dilakukan dalam rangka mencari jati diri dan kehausan akan batin mereka yang belum terpenuhi, sayangnya hal ini berdampak pada rusaknya kepribadian anak-anak.
Penghilangan peran mendidik oleh ibu semakin lama semakin nyata. Terkikis oleh sistem kapitalisme dan liberalis yang ada. Tuntutan kebutuhan telah memaksa mereka bekerja di luar untuk mencari tambahan nafkah. Hal ini membuat mereka akhirnya mengorbankan pengasuhan anak. Akhirnya harapan mereka untuk mendapat anak yang salih dan berkarakter islami semakin jauh. Kekawatiran ini tentu akan berlanjut semakin parah jika tidak segera diperbaiki. Ibu-ibu muslimah khususnya harus bangkit kembali menata generasi cerdas, bermoral, dan bertanggung jawab.
Kembali Kepada Fitrah
Islam telah menetapkan fungsi dan tanggung jawab seorang wanita. Sebagai istri, ibu dan individu masyarakat. Masing-masing memiliki peran yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Keterikatan ini merupakan kunci keberhasilan seorang muslimah dalam menjalankan perannya.
Pertama, Sebagai Pendamping Suami. Di dalam islam sendiri hubungan antara istri dan suami sudah diatur dengan jelas. Wanita yang baik adalah wanita yang taat pada suaminya. Hal ini diterangkan dengan jelas di dalam surah An-Nisa ayat 34.
Di dalam surat tersebut tertulis dengan jelas bahwa kaum laki-laki adalah pemimpin wanita dan mencari nafkah merupakan tugas suami. Sedangkan tugas utama wanita yang salihah ialah taat pada suaminya. Seorang istri juga wajib untuk selalu menjaga martabatnya baik saat ada suami maupun tidak.
Istri yang bekerja juga harus mendapat restu atau ijin dari suaminya. Dan meskipun bekerja, seorang wanita yang sudah menjadi istri tidak boleh lupa dengan kewajiban utamanya untuk selalu berbakti dan mendampingi suaminya.
Kedua, sebagai pendidik anak. Selain mendampingi suami, tugas ibu rumah tangga yang tak kalah pentingnya yaitu mendidik anak-anaknya. Seorang anak akan belajar dari ibunya sejak ia pertama kali dilahirkan, seperti meniru perbuatannya, mendengarkan ucapannya, dan lain sebagainya.
Didikan orangtua kepada anaknya juga akan dimintai pertanggung jawabannya di akhirat setelah mati. Oleh sebab itu, islam memerintahkan seorang ibu untuk mendidik anak-anaknya dengan baik.
Jika orangtua berhasil mendidik anak-anaknya menjadi anak yang salih dan saliha, maka anak tersebut nantinya akan menyelamatkan mereka dari neraka. Hal tersebut dijelaskan dalam sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari.
Ketiga, sebagai individu sosial. Fungsi ibu rumah tangga yang lainnya dalam islam yaitu perannya sebagai individu di dalam masyarakat. Seorang wanita yang sudah menikah bukan hanya berfokus mengurus rumah tangganya sendiri tetapi juga harus memiliki peran untuk lingkungannya.
Seperti firman Allah SWT dalam surat At Taubah ayat ke 71 yang menjelaskan bahwa setiap manusia, baik laki-laki dan perempuan harus membantu orang lain. Mengingatkan orang lain untuk berbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang tidak baik. Tak terkecuali terhadap ibu, kewajiban rumah tangganya tidak boleh membuatnya melupakan perannya sebagai salah satu anggota masyarakat.
Yaitu turut peduli pada masyarakat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Keberhasilan ibu rumah tangga dalam mengurus keluarga dan mendidik anak-anaknya dengan baik adalah pencapaian kesuksesan tertinggi dari seorang wanita. Mampu mencetak generasi cemerlang, generasi Islami yang mewujudkan kemakmuran bangsa dan negara penuh keberkahan.[MO/ge]