Oleh: Susanti Widhi Astuti, S,pd
(Guru & Pemerhati masyarakat)
Mediaoposisi.com- Akhir-akhir ini kita melihat di sosial media, televisi dan opini yang berkembang di masyarakat bahwa umat islam sendiri ada yang "alergi" dengan ajarannya sendiri bahkan dengan simbol-simbol yang mencerminkan jati dirinya.
Sebagai seorang muslim bahkan simbol itu adalah pembeda bagi dirinya dengan non muslim, bukan hanya sekedar simbol sebenarnya tapi itu adalah landasan dalam hidupnya untuk berbuat, ya itulah kalimat tauhid yang hari ini sedang hangat di bicarakan di tengah masyarakat.
Bahkan tak hanya kalimat tauhid yang sedang diperbincangkan, namun ada sisi lain dari kalimat tersebut yang menempel yaitu khilafah yang di ciri khaskan selalu menempel dengan simbol itu.
Ya…itulah opini yang beredar hari ini, bagaimana publik berbicara tentang simbol dan ide khilafah ini. Seolah seperti "artis" atau pun "pesohor" yang sedang tenar, semua orang di seluruh antero bumi ini yang dahulunya asing dengan simbol dan ide khilafah seolah-olah semakin di buat penasaran dan membicarakannya.
Terlepas apakah mereka benar atau salah dalam mengulasnya, namun suatu hal yang pasti bahwa perbincangan umat hari ini tak lagi berbicara masalah politik yang biasa namun luar biasa.
Seolah membuka kembali lembaran lama yang indah tentang khilafah yang sudah lama tersimpan usang di dalam catatan sejarah.
Tapi inilah keniscayaan akan kepastian munculnya kembali ide khilafah yang telah allah janjikan akan kembali tegak, yang berawal dari orang-orang yang mengem-bannya bahkan ada juga orang-orang yang membencinya namun dari mulut-mulut mereka jugalah tanpa di sadari menjadi iklan gratis bagi berkembangnya opini khilafah.
Dan yang menjadi kejutan adalah ide ini kembali tenar. Inilah keniscayaan yang telah allah buat untuk membuktikan janjinya.
Khilafah merupakan ajaran islam yang sebenarnya sudah ada di mulai dari sahabat Rasulullah SAW yaitu pada masa khalifah Abu Bakar as-siddiq, dimana kata khilafah itu sendiri memiliki makna sebagai pengganti atas kepemimpinan Rasulullah sebagai kepala negara dan pengatur serta penjaga urusan umat setelah beliau wafat dan di gantikan oleh sahabat terbaik beliau.
Di masa Rasulullah memang tidak dikenal istilah khilafah namun kata daulah islamiyah yang digunakan pada saat awal daulah tegak di Madinah, yang memiliki arti dan tujuan yang sama dengan khilafah tersebut.
Kepemimpinan islam sungguh sangat luar biasa dirasakan nikmat oleh seluruh umat tak terkecuali non muslim. Terbukti di awal pemerintah Rasulullah yang mengizinkan orang-orang di luar islam tetap tinggal di Madinah, seperti: yahudi, nasrani, dan musyrik.
Rasulullah mengatur mereka dengan sebuah piagam madinah agar mereka senantiasa taat pada aturan yang berlaku di Madinah.
Dan Rasulullah juga menjaga hak dan kehormatan mereka sebagai mana seorang muslim selagi mereka mematuhi peraturan di negara Islam. Bahkan Rasulullah tidak pernah memaksa mereka untuk keluar dari agama mereka, karena mereka adalah rakyat daulah pada saat itu.
Dan khalifah setelah beliau juga senantiasa menjaga amanah itu dengan baik, dengan melindungi kafir dzimmi dengan baik yang terikat perjanjian tidak boleh disakiti.
Namun, sangat di sayangkan hari ini banyak opini yang berkembang adalah memburukkan tentang ide khilafah tersebut seolah menjadi "monster" yang menakutkan. Bahkan dengan berbagai cara untuk membendungnya agar tidak lagi lahir "bayi" khilafah tersebut ke dunia ini.
Upaya membendung ini sudah nyata di lakukan di sistem yang zholim hari ini, dengan membubarkan salah satu ormas yang di anggap terlarang yang telah memperkenalkan ide khilafah. Bayangkan jika tidak ada ormas tersebut mungkin kita sebagai orang awam yang tidak "melek" politik akan asing mendengar ide khilafah tersebut.
Karena telah lama ide khilafah ini di "bunuh" sejak keruntuhannya di tanggal 3 maret 1924 di Turki. Karena ini adalah mega proyek raksasa yang sengaja di buat orang-orang kafir agar umat islam jauh dari agamanya dan negara islam sebagai pelindungnya.
Di tambah lagi hari ini umat kembali muncul dengan memperkenalkan simbol tauhid tersebut ke depan publik, yang mengisyaratkan bahwa bagi kelompok tertentu yang tidak suka dengan kebangkitan islam pasti alamiahnya akan menghalangi berkibarnya simbol tersebut dan tegaknya khilafah.
Bagi orang-orang yang anti dengan ajaran islam mereka mengganggap bahwa ini adalah "sinyal" kehancuran bagi peradaban kapitalisme hari ini. Maka mereka akan melakukan berbagai cara untuk menghalangi tegaknya.
Bahkan cerita sejarah yang telah terbukti kebenarannya tentang khilafah yang berjaya 1300 tahun lamanya di bumi berusaha mereka tutup rapat-rapat dan jangan sampai ada celah yang "bolong" agar tidak terendus oleh umat islam seluruh dunia.
Inilah bukti bahwa allah sendiri sudah memperingatkan kita sebagai umat islam agar berhati-hati dengan umat di luar islam yang tidak akan pernah lelah menghalangi tegaknya islam seperti di dalam al-qur'an surat al-baqarah : 120
"orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan pernah senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka…."
Sebagai seorang muslim, kita harus menyadari dan beriman kepada ayat tersebut. Jangan sampai kita takut bahkan termakan tipu daya mereka untuk melenyapkan ide khilafah dan pastinya islam dari muka bumi.
Karena sudah sejatinya allah janjikan mereka orang-orang kafir untuk menghalangi tegaknya islam sebagai ujian dan tantangan bagi kita untuk berupaya menghalau "kejahatan" mereka di bumi.
Sudah sejatinya sebagai seorang muslim kita cerdas dalam mencari tau pemahaman yang benar tentang ide khilafah baik dari al-qur'an dan sunnah nabi dan belajar kepada orang-orang yang memahami dengan jelas dan benar tentang ide khilafah tersebut.
Allah tidak akan membiarkan setiap masa tidak adanya orang-orang sholeh dan benar, tapi allah selalu menjaga dan memunculkan orang-orang yang berani dan tangguh untuk mewujudkan khilafahnya yang telah di janjikan.
Maka dengan melihat fakta-fakta yang berkembang hari ini dengan munculnya kembali ide khilafah di muka bumi bukan sebuah mimpi lagi bahwa ide tersebut utopis namun menjadi sebuah keniscayaan nantinya menjadi kenyataan bukan khayalan lagi atau bahkan bukan sekedar opini "murahan".[MO/ge]