Oleh : dr. Phi
Alumni Universitas Indonesia
Mediaoposisi.com-Banyak fakta penyakit gangguan mental di tengah masyarakat saat ini, salah satunya menjangkiti kalangan artis terkenal dengan banyaknya film yang diperankannya yang ternyata di akhir hidupnya mereka memutuskan untuk bunuh diri atau bahkan overdosis.
Ini menunjukkan bahwa ketenaran tidak bisa membuat orang bahagia, malah sebaliknya.Fakta lain didapat dari WHO, mereka menunjukkan data bahwa pada tahun 2016 ada 35 juta orang menderita depresi.
WHO memprediksi tahun 2020 depresi akan menduduki peringkat nomor dua setelah penyakit cardiovaskular. WHO juga menunjukkan bahwa ada 60 juta orang menderita gangguan bipolar dan 21 juta menderita gangguan skizovernia.
Di Indonesia sendiri, tahun 2013 pengidap depresi kebanyakan anak-anak yang baru menginjak usia 13 tahun. Tahun 2016 juga menunjukkan banyaknya orang yang mengidap depresi dan stres. Secara umum ada total 450 juta orang yang mengalami gangguan mental.
Bahkan terdapat 1 juta orang/tahun yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. 6% setara dengan 14 juta orang penduduk dunia mengalami depresi dan 1.7/1000 setara dengan 400 ribu orang mengalami skizovernia.
Gangguan mental adalah gangguan yang mencakup kejiwaan seseorang dalam menghadang sesuatu masalah. Jika manusia sudah kehilangan akalnya maka secara otomatis mereka kehilangan kemanusiaannya. Dari WHO klasifikasi gangguan mental ICD 11 pada tahun 2018.
Gangguan mental ini disebabkan: Pertama, kecanduan game. Kebanyakan orang yang kecanduan main game menarik diri dari lingkungan, mereka merasa hidupnya lebih baik atau lebih kuat ketika main game. Kedua, kecanduan seks.
Keinginan untuk berhubungan seks yang terlalu besar sehingga mereka selalu tidak pernah merasa puas dalam melakukan hubungan seks sebanyak apapun itu.
Namun ada satu klasifikasi yang dihilangkan dan dialihkan ke hal yang lain yaitu transgender. WHO menganggap bahwa transgender bukanlah gangguan mental yang harus disembuhkan.
Mereka menganggap bahwa itu hanya sekedar kondisi seksual yang harus difasilitasi dengan cara mengampanyekan pemakaian kondom agar berkurangnya resiko penyebaran penyakit menular.
Banyaknya gangguan mental yang diderita masyarakat saat ini adalah ketika menggantungkan standar kebahagiaan kepada sesuatu yang semu.
Menurut pakar neurologi di dalam tubuh seseorang terdapat hormon dopamin yang bisa merangsang seseorang merasa bahagia. Namun ada banyak hal tipuan semu yang bisa merangsang seseorang menaikkan hormon dopaminnya.
Contohnya banyak orang yang mengonsumsi narkoba agar dirinya bahagia. Kemudian orang yang kecanduan main game, kecanduan konten-konten pornografi dan kecanduan media sosial.
Mereka merasa hebat ketika memenangkan game, merasa hasrat seksualnya terpuaskan dan merasa diapresiasi orang banyak ketika mendapat banyak likes dan lainnya.
Namun pada faktanya setelah mereka puas dengan hal itu, hidup mereka tetap tidak bahagia bahkan justru malah membuat mereka depresi.
Sebagai seorang Muslim maka kita harus memandang segala sesuatu berdasarkan sudut pandang Islam. Makna bahagia menurut Islam adalah ketika kita memperoleh keridhaan dari Allah SWT.
Maka jika kita menginginkan keridhaan Allah konsekuensinya adalah mengikuti peraturan yang Allah sudah tetapkan, bukan malah mengambil solusi dari selain Islam. Misalnya, pihak rumah sakit menyarankan bahwa jika kita merasa depresi maka peluklah diri sendiri.
Menambah tenaga kerja di rumah sakit dan mengurangi rolling pekerja kesehatan agar orang-orang yang depresi lebih mudah terbuka dengan orang lain. Atau mungkin diberikan obat-obataan anti depresan.
Permasalahan ini bukan hanya permasalahan individu saja tapi ini merupakan permasalahan negara atau sistem.
Dangkalnya pembinaan akidah Islam, pendidikan agama Islam yang terbatas, dan hal-hal mendasar lainnya seperti lemahnya ekonomi menjadi penyebab maraknya gangguan mental di masyarakat.
Ditambah lagi negara tidak menjalankan perannya sebagai perisai umat yang seharusnya melindungi dan menyejahterakan umat. Ketika solusi yang diambil sesuai dengan aturan Islam, maka kesehatan mental masyarakat pun selalu terjaga.[MO/gr]