-->

"Rupiah Anjlok : Salah Siapa? "

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen

Oleh: Fina Restiar 
(Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Buton) 

Mediaoposisi.com- Kegaduhan demi kegaduhan terus mendominasi di tanah air. Sepertinya tak begitu banyak prestasi yang membanggakan dari negeri yang terkenal karena keragaman dan kekayaan alamnya ini.

Bencana demi bencana juga silih berganti datangnya. Sebut saja beberapa wilayah seperti Lombok, Palu, Sigi dan Donggala yang menyisahkan luka dan trauma mendalam bagi para korban.

Tidak hanya itu, kabar tentang hamilnya 12 orang siswa di satu sekolah menengah pertama di Lampung juga cukup membuat geger tanah air. Tak cukup sampai disitu, pembakaran bendera berlafazkan kaliamat tauhid juga tak luput dari perhatian.

Ditambah lagi dengan utang luar negeri yang semakin membengkak yang kian hari kian mengkhawatirkan.

Berbicara tentang utang luar negeri berarti juga berbicara tentang nilai tukar rupiah. Yang mana, nilai tukar dolar terhadap rupiah telah menembus angka yang sangat fantastik. Untuk 1 dolar kini telah menembus angka Rp.15.070.

Padahal sebelumnya di bulan Juni hanya berkisar di angka Rp. 13.950 rupiah per dolar (sumber : Liputan6.com)

Penyebab Rupiah Melemah

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga tak menampik perubahan equilibrum nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang meningkat bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara.

Musababnya, hulu persoalan pelemahan mata uang garuda bersinggungan langsung kepada faktor eksternal seperti perang dagang dan kembalinya aliran modal ke Amerika Serikat yang memasuki periode moneter ketat  setahun terakhir (sumber : Tempo.Co).

Benar saja, perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina salah satu penyebab anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar.

Seperti yang kita ketahui bahwa sejak awal Juli lalu, Cina dan AS telah mengenakan kenaikan tarif untuk masing-masing impor barang senilai US$16 miliar dan 34 miliar dolar. Ini berupa berbagai produk pertanian, otomotif, elektronik dan besi olahan.

Para investor yang merasa khawatir dengan tenggat waktu terkait sanksi AS terhadap impor dari Cina cenderung memegang dolar dan ini membuat nilai tukar euro dan poud Inggris melemah. Selain itu ada sentimen bank sentral AS bakal menaikkan tingkat suku bunga.

Sepanjang Amerika Serikat dan Cina bertengkar, maka akan mudah bagi harga-harga komoditas untuk jatuh. Dan komoditas serta mata uang negara-negara emerging market bisa dijual dengan mudah,” kata Yukio Ishizuki,

ahli strategi mata uang senior dari Daiwa Securities seperti dilansir Reuters, Rabu, 5 September 2018 (Sumber : Tempo.Co).

Kapitalisme Liberalisme Dalangnya

Tidak dapat di pungkiri jika anjloknya rupiah terhadap dolar telah memberkan dampak negatif bagi negara yang tentunya juga berimbas pada kenaikan sejumblah komoditi di tanah air.

Hingga keresahan rakyat tak dapat di bendung lagi, hal ini tentunya tak luput dari pada sistem yang diterapkan di negeri ini. Adalah Kapitalisme yang dalang di balik anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar.

Dalam sistem Kapitalisme, siapapun yang memiliki modal akan keluar sebagai pemenangnya.
Seperti yang kita ketahui bahwa Amerika Serikat (AS) adalah negara adikuasa di dunia. Sehingga, apapun kebijakan yang di ambil oleh mereka (Amerika) juga akan berpengaruh terhadap negara lain.

Terlebih untuk negara berkembang seperti Indonesia. Ditambah lagi dengan paham Liberalnya (Liberalisme) yang membebaskan segalanya. Bebas perpendapat, bebas memeluk agama, bebas berekspresi dan tak ketinggalan yaitu bebas berkepemilikan.

Tak ayal, orang-orang atau negara yang memiliki modal bayak, bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Sebut saja Amerika, ketika kekuatan dan kekuasaan ada pada mereka maka dengan bebas mereka mangambil kebijakan sesuai selera mereka.

Juga tak ketinggalan, kebijakan ekonomi yang diterapkan di Indonesia memang sedari awal adalah salah. Dengan mengambil asas manfaat tentu tidak mampu menjamin suksesnya pertumbuhan ekonomi di negara mayoritas muslim ini.

Sistem Islam Solusi Terbaik 

Lain halnya dengan Islam. Dalam Islam,prinsip ekonominya berdiri atas dasar Akidah. Prinsip dasar dari ekonomi islam tentunya tidak hanya bergantung atau memberikan keuntungan kepada salah satu atau sebagian pihak saja.

Ajaran islam menghendaki transaksi ekonomi dan kebutuhan ekonomi dapat memberikan kesejahteraan dan kemakmuran manusia hidup di muka bumi.

Adapun prinsip-prinsip ekonomi dalam islam yaitu :

1. Tidak Menimbulkan Kesenjangan Sosial

Prinsip dasar islam dalam hal ekonomi senantiasa berpijak dengan masalah keadilan. Islam tidak menghendaki ekonomi yang dapat berdampak pada timbulnya kesenjangan.

Misalnya saja seperti ekonomi kapitalis yang hanya mengedepankan aspek para pemodal saja tanpa mempertimbangkan aspek buruh, kemanusiaan, dan masayrakat marginal lainnya.

2. Mencari dan Mengelola Apa yang Ada di Muka Bumi

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS Al Jumuah : 10).

Allah memberikan perintah kepada manusia untuk dapat mengoptimalkan dan mencari karunia Allah di muka bumi. Hal ini seperti mengoptimalkan hasil bumi, mengoptimalkan hubungan dan transaksi dengan sesama manusia.

3. Larangan Ekonomi Riba

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Al-Baqarah :278)

Prinsip Islam terhadap ekonomi yang lainnya adalah larangan riba. Riba adalah tambahan yang diberikan atas hutang atau transaksi ekonomi lainnya. Orientasinya dapat mencekik para peminam dana, khususnya orang yang tidak mampu atau tidak berkecukupan.

Dalam Al-Quran Allah melaknat dan menyampaikan bahwa akan dimasukkan ke dalam neraka bagi mereka yang menggunakan riba dalam ekonominya.

4. Keadilan dan Keseimbangan dalam Berniaga
“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS Al Isra : 35)

Allah memerintahkan manusia ketika melaksanakan perniagaan maka harus dengan keadilan dan keseimbangan. Hal ini juga menjadi dasar untuk ekonomi dalam islam.

Perniagaan haruslah sesuai dengan neraca yang digunakan, transaksi keuangan yang digunakan, dan juga standar ekonomi yang diberlakukan. Jangan sampai ketika bertransaksi kita membohongi, melakukan penipuan, atau menutupi kekurangan atau kelemahan dari apa yang kita transaksikan.

Tentu saja, segalanya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT. Namun, rasio ekonomi islam itu tidak akan terterapkan secara sempurnah (kaffah) tanpa adanya institusi yang menerapkan aturan Islam secara sempurna.[MO/gr]



Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close