-->

Kembalikan Pemuda muslim!

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen

Oleh : Riyanti (Aktivis BMI Banten)

Mediaoposisi.com-Masa muda merupakan masa berkumpulnya potensi, mulai dari potensi berfikir maupun potensi kekuatan fisik.

Pemuda dikenal sebagai pelopor perubahan sebab mereka memiliki idealisme tinggi, semangat membara, kreatifitas dan produktifitas. Maka tak ayal jika gelar Agent of change tersemat pada diri pemuda sampai saat ini.

Namun salah satu masalah krusial generasi muda saat ini adalah hilangnya indentitas hakiki pada diri
mereka sebagai pemimpin perubahan.

Mereka terbawa arus teknologi yang massif disodorkan oleh barat yang menjadikan kaum muda terombang ambing dengan arus hedonis, apatis, pragmatis, dan realistis.

Menjadi generasi pembebek tanpa melihat bagaimana efek yang akan ditimbulkan dari perbuatannya. Akankah hal itu menumbuhkan perubahan yang baik atau buruk untuk sekitar. Mereka lebih bangga mengikuti mode barat, mengidolakan artis yang membawa mereka pada kehidupan hedonis.

Terbawa arus sekuleris yang kian hari kian menjadikan mereka abai akan perannya sebagai pemimpin perubahan.

Pemuda muslim pun kehilangan identitas hakikinya sebagai penjaga agama dan pelopor kebangkitan
peradaban Islam. Akibat kehidupan sekuleris dan liberalis segala hal dapat mereka akses tanpa mempertimbangkan halal-haram menurut Islam.

Akhirnya sedikit demi sedikit identitas mereka terkikis oleh system sekuleris. Patut kita ketahui bagaimana dahulu para pemuda muslim berlomba-lomba dalam kebaikan untuk meraih kemenangan Islam.

Siapa yang tak kenal Muhammad Al-Fatih yang diusia 14 tahun beliau mampu menghafalkan 30 Juz Al-Qur’an dan menguasai 6 bahasa dunia.

Usia 21 tahun Muhammad Al-Fatih menjadi kepala Negara di kesultanan Turki Utsmani sekaligus menjadi panglima perang menaklukan Konstantinopel yang kala itu bentengnya tidak bisa ditembus selama 750 tahun lamanya.

Namun ditangan beliau dan pasukannya lah kekuasaan Byzantium itu dapat ditaklukan. Begitu pula teamwork yang direkrut Rasulullah SAW kebanyakan mereka adalah kaum muda.

Ali bin Abi Tahlib, Zubair bin Al-Awwam, Abu Bakar Asshiddiq, Mush’ab Bin Umair dan pemuda lainnya. Mereka berhasil menaklukan dua imperium besar dunia yaitu Romawi dan Persia serta melakukan ekspansi ke berbagai Negara lainnya.

Begitulah seharusnya pemuda muslim berperan dalam perubahan menuju kebaikan bukan pada keburukan. Kembali pada identitas hakiki sebagai seorang muslim yang di pundaknya terdapat amanah besar untuk menjemput janji Allah atas kemenangan Islam.

Mempersiapkan diri dengan mengkaji ilmu Islam yang akan membentuk pola fikir dan pola sikap setiap insan. Memahami islam secara keseluruhan (kaffah) bukan hanya sebagian. Menjadi pemuda penyeru pada kebenaran, mencegah kemungkaran agar Islam segera dimenangkan. 

Tidak mudah mengembalikan identitas hakiki seorang pemuda muslim sebab tantangan pemikiran yang hampir mengakar. Maka tak hanya individu yang harus diubah tapi juga masyarakat yang nantinya akan menjadi pengontrol keadaan.

Tak lepas dai itu, Negara pun mempunyai peran besar dalam meningkatkan potensi para pemuda dan menjaga mereka dari hal-hal yang dilarang dengan menerapkan aturan tegas dari Islam. Mulai dari pergaulan, akses media sosial serta pendidikan.

Maka dengan begitu pemuda muslim akan menjadi pemimpin perubahan yang berdiri di garda terdepan perjuangan. Sebab pemuda adalah penentu kemajuan atau kemunduran sebuah peradaban.[MO/gr]


Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close