Oleh : Faizah Rukmini, S.Pd
(Praktisi Pendidikan & Member Akademi Menulis Kreatif 4)
Mediaoposisi.com-Jujur saja tiap kali hiruk pikuk Agustus, mulai bendera warna warni disana sini, perlombaan-perlombaan tiap RT, sampai arak-arakan pengibaran merah putih. Banyak tanya dan asa menggelayut dibenak, benarkah kita merdeka? Kata siapa kita merdeka?
Sebagai warga sipil yang hanya merasai sendi penerapan aturan sekuler tanpa sistem islam. Jujur banyak tanya. Apa yang dirasakan, apa yang dipikirkan dari peraturan kehidupan saat ini, sangat jauh dari kata merdeka.
Kemerdekaan dalam pandangan Sekuler
Kemerdekaan dalam sistem sekulerisme dimaknai sebagai pisahnya aturan agama dari kehidupan. Swhingga dari situlah muncul pemahaman tentang kebebasan dalam berbagai bidang, kebebasan dalam berpolitik, ekonomi liberalistik, pergaulan bebas, kebebasan berekspresi, kebebasan berpendapat. Semuanya tanpa batasan, lahir dari hawa nafsu dan akal semata.
Realisasinya ekonomi liberalistik menjual seluruh aset kepada Asing,aseng. Kebebasan berpolitik menjadikan aturan-aturan hukum semua berpihak pada kepentingan pemilik modal, hukum tegak tidak adil, pejuang islam di libas dengan Perpu Ormas, Ulama dipersekusi, dakwah islam dihadang-hadang.
Intervensi diberbagai bidang hanya untuk meraih keuntungan dan manfaat duniawi semata dan hanya untuk segolomgan kaum elit . SDAE dirampok, misalnya Freeport.SDM menjadi buruh dan pengangguran di tanah kelahiran.
Tarif Listrik naik, BPJS dipangkas membuat masyarakat terjepit. Secara fisik pun kita sudah terjajah, fakta OPM, dan berbagai konflik fisik yang terjadi diberbagai daerah.
Kemerdekaan Palsu, itulah yang tepat untuk menggambarkan sistem sekulerime saat ini. Kita menerapkan hukum bukan dengan hukum Allah, tapi hukum buatan akal manusia semata. Inilah yang mengantarkan pada terjajahnya secara politik, ekonomi, hukum hingga fisik seluruh negeri-negeri muslim, termaksud Indonesia.
Dampaknya rusak pemikiran, rusak perasaan hingga rusak tatanan kehiduoan lainnya. Kesempitan hidup pun dirasakan oleh manusia. Allah berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta”. [Thaha/20 : 124].
Memaknai kemerdekaan
Ada baiknya kita pahami dulu makna merdeka. Apa makna merdeka? Siapa yang layak menetapkan kemerdekaan? Kapan kita dikatakan merdeka?. Tentu dari sudut pandanga keimanan yang shohih. Agar kita tak salah kaprah dalam memaknai dan menyikapi kemerdekaan dengan benar dan tidak terjerumus pada kemaksiatan.
Kemerdekaan Sejati dari Allah dan hanha Milik Islam
Kemerdekaan harus dipahami dengan benar dan bukan lahir dari akal manusia. Sesungguhnya kita harus mengembalikan makna kemerdekaan kepada sang Pemilik Bumi, kepada sang pemberi rezeki. Dialah Allah swt dan yang menjadi tauladan merdeka Rasulullah Saw.
Kemerdekaan sejatinya, lenyapnya penghambaan kepada makhluk. Penghambaan tertinggi hanya kepadaAllah Swt dan apa-apa yang diperintahkan untuk diimani. Keimanan kepada Malaikat, Kepada Rasulullah, Kepada Al Quran kepada Hari kiamat, kepada Qadha dan qadar.
bahwasanya kemerdekaan hakiki menurut Islam, adalah seperti yang disampaikan Rib'iy Ibn Amir, saat ia menghadap Panglima Persia, Rustum.
ابتعثنا لنخرج من شاء من عبادة العباد إلى عبادة الله ، ومن ضيق الدنيا إلى سعتها ، ومن جور الأديان إلى عدل الإسلام
Kami diutus untuk mengeluarkan manusia yang dikehendakiNya, dari peribadatan sesama hamba menuju peribadatan kepada Allah semata.. Membebaskan manusia dari sempitnya dunia menuju luasnya akhirat.. Membebaskan manusia dari kezaliman agama-agama menuju keadilan Islam. [ Ibn Katsir, Al Bidayah Wan Nihayah, 7/38]
Kemerdekaan sejatinya adalah menerapkan hukum Allah disegala bidang. Hanya hukum Allah yang mampu memerdekakan. Hal ini ditegaskan pada janji Allah berikut:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan Amal sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Ku. Dan barang siapa yang tetap kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Qs. An Nur: 55)
Inilah sejatinya kemerdekaan. Apakah bisa kita merdeka dengan islam? Ya, kita bisa merdeka dengan islam. Dengan berjuang, dakwah istinafil hayatil islam. Menyadarlan kepada ummat agar kembali pada syaroat islam kaffah.
Sebagaimana Rasulullah memperjuangkan islam hingga islam menjadi sebuab negara islam pertama di madinah, yang kemudian dilanjutkan dengan para Lhulafaurrasyidin dan para khalifah setelahnya, kurang lebih 13 abad islam berjaya.[MO/sr]