Oleh: Eriga Agustiningsasi, S.KM
Mediaoposisi.com-Dunia politik lagi lagi membuat publik tertarik untuk membahasnya. Betapa tidak? Publik figur yang biasanya menghiasi berita-berita gosip masa kini, sekarang beralih dan banting setir masuk ke dalam dunia perpolitikan. Pada pesta politik 2019 ini, nama selebritas Indonesia yang terdaftar menjadi bakal calon legislatif sebanyak 54 artis.
Para artis Tanah Air ini mendaftar melalui beberapa partai. Mereka di antaranya adalah artis yang baru terjun ke politik. Tetapi, ada juga wajah lama, artis yang sudah berkecimpung di dunia politik yang kembali mencalonkan diri.
Mereka ada yang sudah pernah menjadi anggota DPR RI dan kembali nyaleg. Bahkan ada yang lompat pagar, ganti partai. Fenomena ini sebenarnya bukanlah hal baru di politik praktis ala demokrasi kapitalisme. Hanya saja jumlah mereka tidak terlalu mendominasi dan hanya partai tertentu saja yang mengusungnya.
Alasan Sejumlah Artis Terjun di Dunia Politik Praktis ala Kapitalis
Alasan para artis yang terjun dalam dunia perpolitikan sangat beragam. Ada yang mengaku bahwa dirinya bukanlah ‘aji mumpung’ alias hanya coba-coba saja dengan menjual popularitas dirinya sebagai seorang artis. Namun memang panggilan jiwa untuk mewakili aspirasi rakyat.
Ada lagi alasan terjun dalam politik praktis ini yakni ingin membuat undang-undang dan peraturan yang membuat sistem pendidikan negeri ini sesuai dengan zaman.
Mulai dari penghapusan Ujian Nasional dan menggantinya dengan ujian bakat dari kecil (langsung disebut tim penguji keren), pendidikan yang bermutu hingga menciptakan negara dengan infrastruktur yang maju (tidak terbengkalai).
Menurutnya, negara yang dikelola dengan baik dan benar maka semua permasalahan dapat diselesaikan. Dari urusan infrastruktur mandek hingga pendidikan.
Bahkan ada yang berniat terjun di dunia politik untuk memperjuangkan hak-hak artis yang selama ini belum sepenuhnya dinikmati.
Apapun alasannya, sebenarnya ada niatan baik dari para pesohor dunia hiburan tersebut. Panggilan jiwa untuk saling peduli terhadap sesama, terutama rakyat di negeri ini. Mereka sadar bahwa rakyat di negeri kaya akan sumber daya yang melimpah masih bermasalah, belum terselesaikan problem yang ada di negeri ini, negeri zamrud khatulistiwa, gema ripah loh jinawi.
Namun, pertanyaannya selanjutnya adalah, apakah dapat dipastikan mereka akan sukses mewakili suara umat layaknya profesi sebelumnya menjadi artis yang mampu digandrungi masyarakat akan prestasinya di dunia hiburan?
Awas! Terjebak politik praktis ala kapitalis!
Keberadaan para pesohor dunia hiburan Indonesia menjadi angin segar bagi para pengusung parpol yang seolah putus asa dengan sikap apatis rakyat yang akhir-akhir ini menjadi problem serius dinegeri yang katanya mengusung demokrasi (dari, untuk dan oleh rakyat).
Hal ini dibuktikan dengan angka golput masih mendominasi di setiap pemilu, entah itu pilkada, pileg maupun pillpres. Berkaca pada Pilkada serentak bulan lalu, di Jawa Timur misalnya, partisipasi pemilih hanya ada di angka 62,23 persen dengan margin of error 1,33 persen.
Hadirnya artis seolah-olah menjadi pemanis partai yang haus akan kekuasaan. Bagaimana tidak? Kunci dari kemenangan yang paling penting adalah popularitas di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat akan memilih jika mereka sudah mengenal dengan baik calon (dalam pemilihan legislatif misalnya). Artis merupakan sosok yang tepat untuk hal tersebut.
Tanpa harus memperkenalkan diri serta visi misi partai, mereka akan dengan sendirinya dikenal umat karena sudah ‘melalangbuana’ di dunia keartisan yang dikenal banyak orang di seluruh daerah di Indonesia.
Setelah mereka terpilih, apa kira kira yang mereka lakukan? Sesuai dengan suruhan partai, pasti!! Karena pada dasarnya sistem yang dianut dalam berpolitik adalah kapitalisme dengan anaknya yang bernama demokrasi, asasnya asas sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan).
Dijamin akan menerapkan sistemn tersebut dan sangat jauh darikata ‘aspirasi rakyat’, yang ada hanya ‘aspirasi partai sendri’, karena bekerjanya untuk partai bukan untuk umat, apalagi untuk agama Allah. Inilah yang disebut sebagai pemanis politik praktis ala kapitalis dari kalangan artis.
Politik: Mengurusi Urusan Umat
Politik dalam kacamata Islam adalah mengurusi urusan umat. Definisi politik yang murni ini seringkali dikaitkan dengan praktek yang kotor, harus dijauhi dan bahkan harus dipisalh total dengan agama.
Itulah sistem demokrasi kapitalisme, dengankonsepnyapemishanagama dari kehidupanhingga aktivitas politik pun dipisah dari bagaimana Allah mengatur. Wajar jika politik saat ini identik dengan hausjabatan, kekuasaan dan dana yang melimpah ruah. Padahal politik di dalam Islam artinya adalah mengurusi urusan umat.
Sayang-sayang jika niat baik dari kalangan orang orang peduli umat, bahkan artis sekalipun dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab, yang akan melanggengkan hegemoni kapitalis di negeri muslim terbesar di dunia ini. Allah berfirman,
" Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? dan siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS. AlMaidah: 50)[MO/sr]