Oleh: Ika Mawarningtyas S,Pd
Bahkan Mahfud MD telah menjahit baju dan mendaftarkan dirinya untuk menjadi cawapres. Tetapi, jelang deklarasi beliau pulang lagi, karena memang yang terpilih adalah KH. Maaruf Amien.
Hal tersebut sesuai harapan yang disampaikan M. Rhomahurmuziy diakun twitternya, " KH Ma'ruf Amin (KMA) menjadi salah satu alternatif yg menjembatani seluruh interest group. Bbrp alasan, pertama, pemimpin tertinggi ormas Islam moderat terbesar di Indonesia, yaitu @nahdlatululama krn menjabat sbg Rais 'Aam #cawapres2019".
Sebelumnya kelompok oposisi telah menyiapkan calon Prabowo Subianto dengan Ustadz Abdul Shomad hasil ijtima' ulama untuk maju di Pilpres 2019. Tapi Ustadz Abdul Shomad menolak tawaran tersebut, karena lebih memilih untuk fokus mendakwahkan Islam dan mengusulkan kepada Prabowo untuk memilih wakil yang mampu dan kompeten dalam bidangnya.
Polanya hampir sama. Untuk mendapatkan suara umat Islam, mereka tidak segan-segan untuk mengajak ulama untuk terjun berpolitik praktis. Tapi, apakah dengan demikian permasalahan bangsa dapat dituntaskan keseluruhan?
Seyogyanya kita semuanya memahami bahwa permasalahan yang terjadi tidak hanya karena Siapa yang memimpin? Tapi bagaimana dia memimpin?
Apabila pemimpin masih memimpin menggunakan aturan yang bertentangan dengan syariat Islam, selain itu menerapkan kebijakan-kebijakan yang lebih pro pada syahwat kapitalis, apakah mungkin umat akan sejahtera?
Saatnya umat memahami bahwa permasalahan yang terjadi karena dicampakkanya syariat Islam sebagai pengatur segala aspek kehidupan. Jadi, sekalipun Ulama yang memimpin negeri ini tapi kondisi akan semakin memburuk jika syariat Islam tidak dijadikan solusi tuntas negeri.
Oleh sebab itu, saatnya umat Islam bersatu, konsisten memperjuangkan Islam untuk diterapkan secara total, siapapun yang akan memimpin apabila dia mau menerapkan syariat Islam secara keseluruhan, insya Allah negeri ini akan menjadi negeri yang penuh berkah dan mampu membawa ke puncak peradaban.[MO/ar]