Oleh: Fatimah (Muslimah Peduli Umat)
Presiden Joko Widodo bertemu dengan Ulama dan ratusan Hafiz Quran di Istana Negara pada Rabu (11/7/2018) sore. Dalam kesempatan ini, Presiden Joko Widodo berpesan untuk selalu menjaga agar Islam menjadi rahmat untuk semua. dikutip dari metrotvnews.com.
Tak ada yang aneh, sudah sepatutnya umaro dekat dengan ulama. Dan para santri Musabaqoh Tilawatil Quran yang akan berkompetisi calon-calon Ulama.
Siapapun secara naluri akan merasa bangga dan terhormat diundang ke Istana. Namun sayang Gedung itu sekarang tengah menjadi Gedung keangkuhan manusia pada Sang Pencipta. karena Umaro (pemimpin) saat ini belum menerapkan aturan Allah SWT. Boleh dikata Gedung Kapitalisme. Karena Kapitalisme sejatinya memisahkan agama dari kehidupan. Kapitalisme menghilangkan peran Allah SWT atau peran Syariat Islam sebagai sandaran dalam menyelesaikan persoalan serta pengaturan kehidupan individu dan masyarakat atau negara.
Lalu, Ulama diundang ke Istana.
Ulama pewaris Nabi. Sebagai cahaya umat dalam gelapnya hidup tanpa aturan Sang Pencipta saat ini. Ulama yang makomnya (kedudukannya) kompeten mencerdaskan akal manusia. Seperti halnya Islam diawal kedatangannya. Dibawa Rosulullah SAW menerangi gelapnya zaman kebodohan (Jahiliyyah). Kebodohan karena kemusyrikan dan menghamba pada manusia.
Namun sayang, ulama tidak selalu sama. Kehormatan sebagai pewaris Nabi menjadi rancu ketika ada Ulama yang senang hati menjaga dan melanggengkan Kapitalisme. Pembiaran akan mencampakan hukum Allah SWT.
Sistem Kapitalisme membutuhkan legitimasi ulama untuk tetap tegak. Para penjaganya akan terus berusaha menjebak Ulama agar mendukung agenda depolitisasi Islam denggan menjadi corong Islam Moderat (wasathiyah). Ulama dilarang ikut campur dalam perpolitikan yang ada. Ulama hanya sebagai kepanjangan tangan penguasa Kapitalisme. Melarang umat kritis pada penguasa. Ulama dekapan Istana ini hanya sebagai obat penurun panas kritisnya masyarakat. Masyarakat yang rindu diterapkannya aturan Allah SWT.
Ulama masih jadi panutan umat. Itu yang diwariskan Nabi Muhammad SAW. Ulama warosatul anbiya. Mereka sepaket dimuliakan umat. Umat yang mencintai kebenaran. Dan percaya hari akhir. Namun sayang, sejak keluar istana , alhasil celupan Demokrasi Kapitalisme sudah tersemat. Asas akidah Islam yang menjadikan Islam sebagai pandangan hidup dalam akad pada Allah dan RosulNya telah samar. Ulama melenggang keluar Istana tersebut telah menjadi agen Demokrasi Kapitalis yang memisahkan antara urusan ibadah dengan urusan umat. Sungguh, amanah Rosulullah SAW, yang menjadikan Islam sebagai agama spiritual dan politik mengurus urusan umat sudah tidak mereka pegang.
Jika ia Ulama pewaris Nabi, maka Ulama akan dengan lantang menyuarakan kebenaran. Yakni kewajiban memberlangsungkan kehidupan dalam naungan aturan Sang Pencipta. Ulama yang berjuang bersama umat memenuhi kewajiban menjalankan aturan Allah dalam setiap segmen kehidupan. Ulama yang menjaga serta mencerahkan akidah umat. Memberikan garis batas penghambaan pada Allah yang jelas dan tidak samar. Menyuarakan pada umat untuk menjalankan aturan Allah dalam kehidupan dalam bingkai Khilafah sistem warisan Nabi SAW.
Merindukan Ulama pewaris nabi yang siap menjadi penjaga Islam terpercaya, tak mudah terjebak dalam bujuk rayu dunia. Ulama yang menjadikan Rosulullah SAW sebagai Uswatun Hasanah (contoh terbaik) dalam hidupnya. Ulama yang mencintai Allah SWT dan Rosul-Nya. Sepak terjangnya mengikuti langkah-langkah Rosulullah dalam mendakwahkan Islam sebagai Rahmatan Lil'alamiin (mengajak pada yang ma'ruf dan menjauhkan dari yang munkar) dan banyak-banyak mengingat Allah SWT. Merasa selalu diawasi Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan banyak berzikir menyebut Allah.” (TQS. Al-Ahzab: 21)
Merindukan Ulama yang menjadikan Al Qur'an dan As Sunnah (warisan Nabi SAW), sebagai petunjuk, obat dan rahmat. Rosulullah di akhir hayatnya berwasiat, Rasul Muhammad SAW bersabda, “Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara [pusaka]. Kalian tidak akan tersesat selama-lamanya selagi kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitab Allah (Alquran) dan sunah Rasul.” (HR Malik, Muslim dan Ash-hab al-Sunan).
Merindukan Umaro yang dekat dengan Ulama warosatul anbiya. Yang Ulama dan Umaro yang sama-sama satu tujuan membumikan hukum Allah demi tercapainya Islam sebagai Rahmatan Lil 'alamin. Ulama dan Umaro yang beramal ma'ruf nahi munkar. Yang takut hanya kepada Allah SWT karena mengingat hari akhirat. Hari dipertanggungjawabkannya seluruh amal perbuatan. Semoga ini menjadi do'a. Dan Allah mengabulkan aamiin. Wallohu 'alam. [mo/vp]