Oleh: Khumairah Khasanah
Mediaoposisi.com- “Sesungguhnya Ulama adalah pewaris para Nabi. Sungguh para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariaskan ilmu. Barang siapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak (HR. Tirmidzi).”
Sering kali kita dengar hadits tersebut. Bahwa ulama adalah pewaris para Nabi. Yang meneruskan pesan agung dari Rasul Muhammad SAW pada umat. Penyambung lidah risalah dari generasi ke generasi.
Hingga Allah firmankan,
“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan (HR. Al-Bukhari dan Muslim).”
Akhir zaman ini memang begitu banyak nampak kerusakan dan kesesatan. Termasuk di dalamnya ada ulama-ulama su’. Adalah mereka ulama yang menebarkan kesesatan di tengah umat. Menyuarakan sekulerisme, liberalisme, mengatakan semua agama sama, membatasi Islam hanya sebatas ibadah ritual, hingga menolak penerapan syariat Islam kaffah.
Mereka menganggap hanya dirinya yang benar. Sedang lainnya tak berhak masuk syurga jika tanpanya.
Ironis dan menyesakkan. Kala ulama yang harusnya menjaga Diin ini, justru mendorong umat terjun pada jurang kesesatan. Namun begitulah sunnatullah berjalan. Semakin jelas polarisasi antara Haq dan Bathil. Semakin dekat pula kemenangan Diin Islam ini. Umat yang berpikir akan melihat dan memilah ulama mana yang benar dan layak untuk diikuti.
Ulama-ulama su’ ini tak bergerak sendiri. Mereka terorganisir dan tersistem. Mereka ditopang oleh sumber daya yang besar dari Barat. Betapa tidak, mereka adalah antek-antek yang disuburkan untuk mensekulerkan umat. Atau paling tidak memoderatkan umat. Menggaungkan Islam yang teloran, damai, lebih baik dari Islam Arab dan kenusantaraan lain yang tidak ada dalam syari’at.
Mereka di brain wash untuk tunduk dan menyampaikan Islam sesuai pesanan Barat. Mereka adalah produk pendidikan ala Barat yang berlandaskan filsafat, peradaban, dan pemahaman Barat. Hal ini terus berlangsung hingga syaksiyah Barat menjadi asas kehidupan mereka.
P
embentukan ini secara otomatis menghilangkan tsaqofah Islam yang seharusnya diinstal dalam diri. Karena tsaqofah Islam sebagai benteng dari segala virus, termasuk tsaqofah Barat yang rusak dan merusak umat.
Sebenar-benar Pewaris Nabi
Ulama yang pantas kita panuti dimasa huru-hara ini adalah ulama yang tidak mendatangi pintu penguasa. Seperti yang Rasulullah SAW sabdakan “Barangsiapa mendatangi pintu penguasa maka Ia akan terfitnah (HR. Abu Dawud).”
Tentu makna yang terkandung tidak saklek seperti yang tersurat, namun kalimat majas tersebut mengisyaratkan bahwa terlarang bagi ulama untuk membenarkan tindakan atau kebijakan penguasa yang bertentangan dengan Al Qur’an, Hadits, Ijma dan Qiyas.
Merekalah para ulama yang lantang menyuarakan kebenaran ditengah umat. Membangkitkan ghirah umat untuk menegakkan Kalimatullah. Memenuhi Hak-hak Allah atas langit dan bumi. Tidak takut dengan penguasa yang dzolim, yang tidak mau menerapkan hukum Allah diatas muka bumi.
Kezuhudannya tidak dapat dibeli dengan uang sebanyak apapun. Bahkan kekuasaan paling tinggi. Sebab kecintaanya terhadap keterikatan pada hukum Allah tidak sebanding dengan dunia dan seisinya.
Merekalah orang-orang yang rasa takutnya kepada Allah sangat besar. Allah muliakan mereka dalam firmannya “Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama..” (QS. Fathir:28)
Sebab mereka paham betul hakikat Allah SWT. Maka Allah beri balas mereka dengan begitu mulia. Rasulullah bersabda “Allah berfirman,
“jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang Ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang Ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang Ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau Ia meminta-Ku pasti Kuberi, dan jika Ia meminta perlindungan kepada-Ku pasti Ku-lindungi (HR. Bukhari).”
Maka tidak ada yang lain yang harus kita lakukan kecuali membersamai para ulama. Menguatkan pegangan kepada tali agama Allah. Bersama-sama memperjuangkan segera tegaknya syari’at Islam yang mulia. Agar kemuliaan ulama dan umat kembali berjaya. Sehingga mampu menerangi peradaban dengan Islam.[MO/sr]