Oleh : Yulida Hasanah
( Ibu Peduli Generasi, tinggal di Jember )
Mediaoposisi.com- Sebagaimana telah ramai diberitakan di media lokal Jember maupun media Nasional. Jember Fashion Carnaval (JFC) sukses menduduki urutan ketiga dalam karnaval dunia Nottinghil (Amerika Serikat) dan Reunion (Perancis). Hal tersebut yang memicu JFC untuk semakin Go Internasional. Pada Calender of Event 2018, JFC akan mengusung tema “Asia Light” sebagai salah satu bentuk JFC sudah kelas dunia.
“Temanya sudah pasti Internasional. Tapi kami belum bisa menyebut, apakah datangkan peserta dari luar atau tidak. Masih rahasia. Tunggu tanggal mainnya pada 7 hingga 12 Agustus 2017. Tanggalnya sudah fix, jadi wisatawan bisa mempersiapkan jauh-jauh hari untuk bisa datang ke Jember,” ujar CEO JFC Dynan Fariz.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pariwsata Arief Yahya merasa bangga dengan keberhasilan JFC yang diketuai Dynan Fariz. Pria asal Banyuwangi itu juga tidak sungkan menyebut jika JFC merupakan festival terbaik di Indonesia. Dan sudah tahun ke-16, dijalani secara konsisten.
Tiga hal kuat yang membuat Jember semakin mendunia dengan karnaval. Event yang dimotori oleh Dynand Fariz itu mengangkat pamor Jember dan Jawa Timur. (sumber :gardanasional)
Bertolak belakang dengan JFC yang tahun 2018 ini sangat sibuk menyiapkan event tahunan tersebut untuk Go Internasional, kondisi Islam dan Ajaran Islam hari ini sangat gencar di boomingkan dengan tujuan agar Islam dan Ajarannya dinusantarakan.
Istilah ‘Islam Nusantara’ yang menguat akhir-akhir ini sejak diusung menjadi tema besar Muktamar NU tahun 2015 lalu .
Islam nusantara yang di narasikan sebgai Islam yang cinta damai, toleran dan yang pasti Islamnya adalah Islam ala Indonesia, Islam yang bernuansa lokal. Dari Istilah ini, ada target menusantarakan Islam. Upaya ini, selain menyempitkan makna Islam, juga akan mereduksi Islam sebagai petunjuk bagi manusia di muka bumi ini.
Sebab, menusantarakan Islam akan berimbas pada penolakan penolakan terhadap simbol-simbol keislaman yang tidak sesuai budaya nusantara yang tidak begitu jelas asal muasalnya,
misalnya seperti yang pernah terjadi pada mahasiswi yang dipaksa melepas cadarnya di sebuah kampus islam negeri beberapa waktu lalu. Simbol-simbol Islam yang “dituduh” sebagai simbol Arab akan dianggap bertentangan dengan nilai-nilai nusantara. Sungguh ironi bukan?
Ironi umat islam di negeri mayoritas muslim hari ini dengan adanya serangan budaya barat yang salah satunya ditunjukkan dengan pagelaran tahunan seperti JFC, yang jelas-jelas tujuannya adalah menjadikan Indonesia seperti Rio de Janeiro, Brazil yang dikatakan telah berhasil menjadikan JFC Go Internasional tahun ini.
Ironi yang dirasakan umat Islam di negeri inipun juga semakin lengkap dengan serangan pemikiran berupa Ide Islam Nusantara yang di amini dan dielu-elukan penguasa negeri ini. Hal ini tidak lepas dari upaya negeri kafir penjajah seperti Amerika Serikat yang tidak senang melihat Umat Islam ber Islam sesuai dengan Ajaran Islam Kaffah.
Mereka akan terus membuat Narasi-narasi manis untuk menjauhkan Umat Islam dari Hukum-hukum Allah SWT. Maka, seharusnyalah umat Islam ini menyadari bahwa negara-negara kafir akan terus memalingkan umat ini dari Agamanya sampai akhirnya umat ini mengikuti pandangan hidup mereka (kafir).
Sebagaimana firman Allah SWT : “Dan orang-orang Nashrani dan yahudi tidak akan pernah ridlo (kepada umat Islam) sampai kalian mengikuti millah mereka “ ( TQS. Al Baqoroh : 120)
Selanjutnya umat Islam tidak akan terlepas dari ironi yang sedang menimpa mereka kecuali mereka ridlo mengambil Islam dan Syari’atNya secara Kaffah sebagai solusi atas masalah kehidupan mereka dan menjadi jalan perjuangan mereka hari ini. Wallaahu a’lam