Oleh Roky almaroky
Bagaimanakah perlakuan terhadap orang-orang yang bersuara kritis dizaman Khalifah Umar? Apakah dikirim intel untuk memata-matai? Ataukah dituduh radikal, antipancasila, mengancam Negara dan sejenisnya lalu dikriminalisasi dan jika perlu ditangkap?
Beginilah nasib orang kritis di masa khalifah Umar.
Suatu ketika Khalifah Umar berpidato/khutbah dihadapan rakyatnya.
Dalam khutbahnya Khalifah Umar berkata, "wahai manusia, siapa pun diantara kalian yg melihat kebengkokan dalam diriku (dalam karakter, kebijakan & sikap), maka biarkan dia meluruskan kebengkokan itu.
Seketika itu munculah seseorang dari tengah-tengah masyarakat yg hadir. Orang itu dengan lantang berteriak, "Demi Allah, seandainya kami melihat kebengkokan itu ada padamu maka akan kami luruskan, bahkan dengan pedang kami."
Yang menarik adalah bagaimana jawaban khalifah Umar ketika itu.
Umar tidak mengirim pengawalnya untuk menangkap orang itu. Membawanya dan mengintrogasinya atau menyiksanya. Atau mencari orang itu dari organisasi apa lalu membubarkannya. Atau mencari tahu org itu dari kampus mana lalu menekan rektornya utk melakukan kriminalisasi. Atau mencari tahu orang itu dari perusahaan apa lalu menekan direksinya untuk memecatnya, dst.
Diluar dugaan, khalifah Umar malah berkata, "SEGALA PUJI BAGI ALLAH yg telah menempatkan di negri ini ada seseorang yang akan meluruskan kebengkokan Umar dgn Pedangnya."
Ini pelajaran penting bagi para pemimpin jika ingin dikenang sebagai pemimpin besar seperti Khalifah Umar. Ia tak digaji ratusan juta. Bahkan harta kekayaannya disumbangkan seluruhnya untuk negara. Tapi ini tentu sulit bagi pemimpin dalam sistem demokrasi yang mau menyumbangkan semua hartanya untuk negara...
Namun setidaknya pemimpin sekarang bisa mencontoh khalifah umar dalam hal bersedia dikritik. Kalau perlu pengkritik diapresiasi. Bukan antikritik dan memusuhi siapa pun yg mengkritik meski itu rakyatnya sendiri.
Tentu kita rindu suasana dimasa khalifah umar. negri ini akan hebat jika dikelola dengan amanah dan siap dikritik demi kebaikan.
Anehnya, hari ini yang menginginkan pemimpin layaknya Umar, menginginkan sistem Khilafah sebagaimana dahulu di pimpin Khalifah Umar, penguasa menudingnya dengan tudingan macam-macam. Anti Pancasila, anti NKRI, anti kebhinekaan.
Sedih sekali, umat ini hanya ingin taat kepada Allah SWT, diatur dengan aturan Allah SWT, tapi mendapat perlakuan layaknya pemberontak. Mendapat perlakuan layaknya penjahat kriminal.
Semoga Ramadhan kali ini dapat membuka sanubari setiap umat, agar mampu membedakan dengan jelas mana hukum yang hak, mana hukum yang batil. Hanya kepada Allah SWT tempat bernaung dan meminta pertolongan, dengan mentaati-Nya, InsyaAllah Allah SWT akan turunkan pemimpin layaknya Umar di era ini. [].
Disarikan dari buku Golden story of Umar.