Oleh: Nasrudin Joha
Mediaoposisi.com- Kufikir orasimu yang berapi, ekspresimu yang mengumbar amarah pada kekuasaan, murni atas dorongan pembelaan terhadap umat, murni atas dorongan akidah Islam, murni ingin mempersembahkan yang terbaik bagi umat, ternyata : kau tak lebih sekedar binatang melata yang mulai lapar.
Kritikmu kau jadikan proposal, analisismu sekedar ungkapan harap atas jabatan, saat kuasa meminangmu dengan permen dunia, mulutmu menganga, lidahmu menjulur, kau berlutut menyembah berhala dunia, dan mencampakkan rakyat yang kau bela.
Kau ditakdirkan, untuk memiliki lidah ribuan kilometer. Lidah yang bisa mengeluarkan sumpah Serapah, mengundi nasib meminta jatah, namun manakala remah kue kekuasaan diberikan, lidahmu menjadi kelu lakumu menjadi sopan. Bahkan, untaian puji dan penghormatan, redaksi puja dan bait pesona kau persembahkan pada penguasa.
Cuih !
Kuludahi tampang dekilmu, kugampar mukamu dengan dua tangan, ingin rasanya kupahat tanda pada wajah dekilmu, dengan stempel penjilat kelas teri, agar diketahui khalayak. Agar tak lagi ada pesona dari ujaranmu, agar tak ada lagi kuasa yang diserahkan Padamu, agar tak ada lagi dalih "untuk dan atas nama rakyat" kau bertindak dan berlaku.
Oh wahai kalian para pengkhianat ! Para durjana kuasa, para pengumbar sumpah-sumpah dusta. Hina sekali kalian ini ? Kalian fikir, kalian masih bisa berpura, melakoni peran pembela umat ? Mengatasnamakan umat ?
Ingat ! Goresan sosmed itu perih jenderal ! Tidak ada yang mampu kau sembunyikan, bau dan aroma busuk itu terlalu menyengat, sementara dupa dan parfum citra, tidak akan mampu menutupi aib dan borok-boroknya.
Kasihan sekali kalian ini ? Mencari makan dari jilatan-jilatan ? Kalian menjadi pengepel kotoran kekuasaan, sementara kotoran itu kau jadikan nafkah, kau jadikan darah dan daging istri dan anak-anakmu. Menjijikkan !
Wahai umat, teliti dan perhatikanlah ! Kalian harus memperhatikan setiap mulut-mulut yang dapat menjerumuskan. Kalian harus memilih -diantara banyaknya pilihan- agar kalian tidak menyerahkan leher kalian pada kumpulan bromocorah, para penjilat kekuasaan.
Jauhi mimbar-mimbar mereka, berpautlah selalu dengan Nasrudin Joha. Saling periksa, agar kalian tidak dimangsa buaya!
Mulailah, mengambil ibrah dari apa yang terjadi di Malaysia, untuk membuat perubahan di negeri ini. Agar kekuasaan tiran bisa segera dihentikan ! Agar para penjilat lidahnya dapat dipotong hingga pangkalnya, agar tidak ada lagi dusta dan pengkhianatan.
Cukup sudah ! Semua derita dan kengerian ini. Cukup kalian yang merasakan, jangan sampai diwariskan kepada anak cucu, apalagi temurun menjadi noktah sejarah yang berdarah.
Akhiri semua kengerian ini, dengan ketaatan paripurna, dengan perjuangan paripurna, dengan menerapkan syariat Islam secara paripurna, dengan menegakan negara paripurna, dengan mengintensifkan perjuangan, menuju tahap periode peradaban kelima.
Masa kenabian telah berlalu..
Masa Khilafah pertama telah berlalu..
Masa para kuasa adlon telah berlalu..
Masa kuasa tiran akan segera berlalu..
Masa Khilafah kedua, akan segera berlaku, dengan izin Allah.
Segeralah, menghimpunkan diri pada barisan pejuang-pejuang Islam. Segera songsong kemenangan Islam dengan iman dan keistiqomahan, segera, bersatu padu untuk menggoyang pagar istana culas, merobohkan istana-istana dzalim, dan menjungkalkan singgasana kaum tiran. Bergeraklah, takbir ! [MO/sr]