Oleh : Bintu Sami'un
Mediaoposisi.com- Sungguh, tiada henti sensasi yang dibuat di negeri ini terkait dengan masalah pangan. Jika sebelumnya ada kebijakan menanam cabe sendiri di saat harga cabe melambung tinggi, sarden bercacing yang dikatakan berprotein tinggi pula, daging mahal rakyat diminta berburu keong. Nah, saat ini ada produk keluaran baru yaitu beras sachet.
Melalui Perum Bulog, pemerintah berencana menjual beras Sachet berisi 200 gram. Akan tetapi langkah ini dinilai tidak berpihak kepada rakyat khususnya kelas menengah ke bawah.
Budi Waseso, Dirut Perum Bulog pekan lalu menunjukkan beras sachet ukuran 200 gram. Beras kemasan yang bertuliskan Beras Kita itu akan dilepas ke ritel seharga Rp 2.500.
Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sutarto Alimoeso mengatakan menjual beras dalam bentuk sachet 200 gram merupakan salah satu cara menstabilkan harga pangan.
Hanya saja, menurut Sutarto, beras sachet belum menyentuh ke masyarakat bawah. Ambil contoh, beras FS Tjipinang Melati Setra Ramos ukuran 5 kg, harganya dipatok Rp 59.000. Sementara beras sachet sebanyak 5 kg maka dihargai dengan Rp 62.500 (25 sachet dikali Rp 2.500). Artinya, untuk ukuran 5 kg, akan lebih hemat membeli beras karung. Uang yang bisa dihemat Rp 3.500.
"Sedangkan bila dibandingkan membeli beras eceran yang premium, maka beras sachet lebih hemat Rp 300. Karena beras premium dipatok Rp 12.800/kg sedangkan beras sachet bila dibeli sebanyak 1 kg hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 12.500.
"Bulog diharapkan mampu menjaga stabilitas yang ditentukan oleh kemampuan memiliki stok. Dari semua itu bagaimana hal ini diterjemahkan oleh Bulog. Pertanyaannya apakah dengan membuat sachet dengan harga Rp 2.500 sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara umum?" katanya kepada detikFinance, Senin (25/5/2018).
"Intinya sebenarnya perlu mendapat perhatian adalah masyarakat menengah ke bawah kalau ke atas kan bisa membeli sesuai keinginan mereka," kata Sutarto.
Bila dibandingkan dengan harga beras sachet yang dibeli sebanyak 1 kg Rp 12.500, maka beras miskin (raskin) ukuran 1 kg hanya perlu mengeluarkan uang Rp 1.600.
Sutarto menambahkan pemerintah dinilai belum memprioritaskan masyarakat kelas menengah ke bawah untuk masalah beras.
Pengelolaan masalah pangan, khususnya beras yang termasuk bahan pokok bagi rakyat seharusnya menjadi kewajiban negara untuk mengelola dengan baik agar rakyatnya sejahtera. Akan tetapi, sistem kapitalis sekuleris yang diemban saat ini telah menjadikan hal ini sebagai komoditi dalam meraih keuntungan sebesar-besarnya tanpa peduli rakyat semakin susah hidupnya.
Sudah saatnya menjadikan Islam sebagai aturan dalam setiap lini kehidupan termasuk pengelolaan masalah pangan, sehingga rakyat akan mendapatkan kesejahteraan. Hanya Islam yang menjadi solusi pasti bagi penyelesaian berbagai problematika di negeri ini.[MO/sr]