-->

SBY Besanan Dengan Megawati !

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen

SBY - Megawati

Oleh: Nasrudin Joha

Mediaoposisi.com- Sulit untuk mengatakan koalisi partai politik dibangun atas dasar persamaan platform perjuangan.Yang benar, koalisi partai politik hanya akan terbentuk jika ada kesetimbangan dan persamaan kepentingan.Kepentingan dimaksud adalah kesetimbangan jatah kekuasaan, sebagai kompensasi atas komitmen kebersamaan dan pemberian dukungan.

Tampak menjadi penuh pertimbangan dan menjadi jelas posisi PDIP, jika pada saat sebelumnya PDIP dalam forum mukernas partai mendeklarasikan Jokowi sebagai capres PDIP sejak dini. Publik mungkin sedikit heran, sebab kultur pendeklarasian sejak dini -padahal masa Pilpres masih jauh- bukanlah tabiat dan karakter PDIP.

PDIP terbiasa dengan mengamati arah angin, bertanya pada suhu tentang fengshui politik, baru kemudian dalam waktu yang dekat secara gegap gempita menampar opini publik dengan pendeklarasian calon Presiden.

Namun politik itu dinamis, sesiapa yang Ortodoks dan kolot mengambil manuver politik akan ketinggalan kereta. Manuver PDIP' yang lmendeklarasikan Jokowi sebagai capres sejak dini, semakin memiliki argumen apalagi setelah SBY mulai cawe-cawe, berujar ingin membangun kemitraan koalisi, atau aliansi, atau sebutan lain yang semisal, untuk berhimpun bersama Jokowi.

SBY telah menindaklanjuti "proposal pencapresan sang putra mahkota" setelah sebelumnya sang putra mahkota AHY, disebut diunggulkan menjadi Wapres Jokowi oleh sebuah survei-surveian.

SBY selaku Wali AHY memiliki kepentingan besar, agar kelak AHY benar-benar dapat diterima mendampingi Jokowi. Tentu, ini salah satu syarat -diantara banyak syarat- agar komitmen koalisi atau aliansi Demokrat, bisa berlabuh di gerbong Jokowi.

Pada kacamata penguatan pencapresan Jokowi ini tentu menguntungkan. Tetapi jika kacamata politik diarahkan pada bagaimana pola pembagian jatah kekuasan, disinilah letak kegamangan dan kekhawatiran PDIP dan partai mitra koalisi lainnya atas kehadiran SBY.

Apalagi, SBY dikenal sebagai politikus jago taktik, jago watak, jago mengkalkulasi kepentingan dan memiliki beraca kompensasi kekuasaan yang sanga presisi.

Maka deklarasi PDIP yang sejak dini mengusung Jokowi, adalah manuver mengunci secara politik kepada mitra koalisi agar mempertahankan posisi PDIP sebagai partai kunci pengusung Jokowi, sekaligus agar partai mitra lainnya bisa menawar secara proporsional atas kompensasi politik yang diinginkan, ketika merapat mengusung Jokowi.

Hanya saja, persoalan Demokrat dan PDIP bukan saja pada bagaimana merumuskan skala saham politik dan berapa kompensasi politik atas komitmen koalisi yang dibangun.Yang paling sulit, bagi Demokrat adalah bagaimana meneguhkan komitmen dan membangun kesepahaman politik tokoh kunci partai, khususnya bagaimana membangun pola hubungan SBY - Mega, karena keduanya dalam dunia politik dikenal luas seperti Tom & Jerry.

Bagi Demokrat, khususnya bagi SBY tidak terlalu sulit untuk menahan ego, untuk andap asor dihadapan Mega dan PDIP, karena secara sebagai politisi SBY memiliki kemampuan untuk itu dan posisi Demokrat bukan partai berkuasa yang memang harus bersikap ngasor (merendah).

Tetapi tidak bagi PDIP khususnya Mega. Mega merasa memegang kendali PDIP sekaligus memiliki saham penuh atas Jokowi. Jokowi sejak jauh hari, telah diposisikan sebagai PETUGAS PARTAI oleh Mega.

Mega juga merasa sebagai partai berkuasa, yang memiliki wewenang penuh untuk menerima atau menolak pinangan Demokrat, meskipun hanya untuk posisi cawapres.

Apalagi, mega memiliki "Pengalaman Membekas" saat mantan menterinya mampu menggeser posisi mega dan justru menjadi Presiden pengganti mega. Publik ingat betul, bagaimana Mega menolak hadir memenuhi undangan istana dalam peringatan hari besar negara, dalam dua periode kekuasaan SBY.

Para titik itulah, SBY juga menyadari posisi pinangan seharusnya bukan diajukan kepada Jokowi. Jokowi tidak lebih sekedar petugas partai, dimana mega-lah yang memiliki otoritas penuh. Tetapi sebagai sebuah ikhtiar, rasanya boleh-boleh saja SBY pedekate dengan Jokowi.

Adapun bagi semua Partai Mitra koalisi Jokowi ? Berhati-hatilah ! Jangan sampai SBY dan Mega pesta ngunduh mantu dan besanan, sementara Anda hanya di taruh dibelakang sebagai tukang cuci Piring atau sekedar Rewang tukang menanak Nasi. [MO]



Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close