-->

Manifestasi Politik Luar Negeri Rusia

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen

Oleh: IlhamEfendi - Resist Invasion Center

Rusia (Rusia: Росси́я, tr. Rossija; IPA: [rɐˈsʲijə] ( simak)), adalah sebuah negara berdaulat yang membentang dengan luas di sebelah timur Eropa dan utara Asia. Dengan wilayah seluas 17.125.200 km²,Rusia adalah negara terluas di dunia. Wilayahnya mencakup seperdelapan luas daratan bumi, penduduknya menduduki peringkat kesembilan terbanyak di dunia dengan jumlah sekitar 146 juta jiwa (Maret 2016). Wilayahnya membentang sepanjang Asia Utara dan sebagian Eropa timur, Rusia memiliki 11 zona waktu dan wilayahnya terdiri dari berbagai tipe lingkungan dan tanah. Dari barat laut sampai ke tenggara, Rusia berbatasan dengan Norwegia, Finlandia, Estonia, Latvia, Lituania dan Polandia (keduanya berbatasan dengan Kaliningrad Oblast), Belarusia, Ukraina, Georgia, Azerbaijan, Kazakhstan, China, Mongolia, dan Korea Utara. Negara ini berbatasan laut dengan Jepang di Laut Okhotsk dan negara bagian Alaska, Amerika Serikat di Selat Bering. (https://id.wikipedia.org/wiki/Rusia)

Di bawah kepemimpinan Putin, Rakyat Rusia terus hidup dalam bayang-bayang masa lalu mereka; Di tengah fragmentasi sosial dan volatilitas politik. Yang lebih buruk lagi, usaha Putin untuk membangkitkan euphoria masyarakat Rusia telah dirusak oleh masalah ekonomi dan politik kontemporer di negara ini. Meskipun sekarang pulih dari krisis minyak, mata uang Rusia telah turun terhadap dolar yang telah memaksa upah riil dan konsumsi turun. Sektor riil telah mengalami kerusakan parah dengan Rusia yang menderita penurunan pertumbuhan yang setara dengan Amerika Serikat pasca krisis keuangan.

Selain itu, kemiskinan sangat ekstrem, ketidaksetaraan sedang meningkat, sanksi terhadap perdagangan berlaku dan keterlibatan Rusia di luar negeri telah berdampak pada posisi anggarannya. Oleh karena itu, nampaknya sedikit yang berubah dalam hal ini (mengingat krisis ekonomi yang berulang) meskipun ada transisi politik Rusia dari waktu ke waktu. yang jelas bahwa kegagalan Rusia karena faktor ideologi dan kepemimpinan. (https://mediaumat.news/analisis-manuver-amerika-kepada-rusia/)

Politik luar negeri Rusia ingin mempertahankan posisi negara-negara Asia Tengah yang berbatasan dengannya agar tetap bergantung pada tingkat yang berbeda-beda. Hal ini terwujud dalam aksesi negara-negara Asia Tengah ke CIS, SCO, CSTO dan organisasi lainnya yang dibentuk oleh Rusia, yang tidak ingin kehilangan lahannya yang pernah dijajah, dan terus memantau proses politik yang sedang berlangsung di wilayah ini.

Rusia menghadapi potensi ekspansi politik Eropa. Hubungan Uni Eropa dengan negara-negara Asia Tengah mulai berkembang dengan cepat pada pergantian tahun 1990an. Seiring waktu, hubungan ini telah mengalami banyak perubahan. Hubungan antara negara-negara Uni Eropa dan Asia Tengah, khususnya Uzbekistan, tidak bertentangan dengan kepentingan Rusia. Sebaliknya, Rusia sendiri mendorong republik ini untuk membangun segala macam kesepakatan ekonomi dengan UE, karena yakin bahwa ia memiliki kontrol yang baik atas situasi di wilayah ini. Rusia membutuhkan pasar untuk penjualan sumber daya dari koloninya, dan UE adalah salah satu dari pasar semacam itu. Investasi Uni Eropa di wilayah ini, tidak akan membawa manfaat bagi masyarakat di negara-negara ini. Sebaliknya, akan berfungsi sebagai alat untuk menjarah sumber daya alam dan menyulitkan ekonomi, sosial dan bidang kehidupan lainnya dari Asia Tengah.

Rusia tidak senang dengan sikap nuklir musuh seperti AS, Putin meningkatkan kekuatan strategis Rusia. Rusia terus memperbaiki senjata konvensional yang dikombinasikan dengan pertahanan perisai rudal balistik telah memberi keseimbangan dalam dukungan Rusia terhadap arsenal nuklir AS dan Cina. Dikabarkan Rusia kini telah memproduksi sebuah perangkat nuklir rahasia Rusia yang merayap di laut secara otonom sehingga tidak mungkin mendeteksi dan membahayakan pertahanan rudal Amerika. Doktrin pemusnahan bersama ini memicu perlombaan sengit antara Rusia – AS – China untuk memperoleh lebih banyak senjata nuklir yang destruktif.

AS tidak mampu mengatasi krisis Suriah sendirian, ia meminjam kekuatan Rusia. Pemerintahan Putin bergerak maju dalam mengejar imperialisme AS di seluruh dunia Muslim yang hari ini tidak berdaya untuk menawarkan dunia visi alternatif. Di bawah kendali kapitalisme, Rusia tidak mampu memberikan solusi perdagangan yang didasarkan pada keadilan. Langkah blunder Rezim Rusia adalah mengikuti arahan Rezim Amerika untuk intervensi militer ke Suriah untuk mendukung rezim al Assad dan menciptakan atmosfer politik untuk mendukung solusi Amerika. Rezim Putin tidak bisa mengendalikan masalah di Suriah. Tetapi kecerdikan AS mengendalikan Rusia di Suriah, setelah kekejaman yang telah dilakukan rezim Rusia dan kemampuannya untuk mendukung rezim basar al assad, AS mempermainkan Rezim Rusia agar berpikir bahwa Negara ini dapat mengelola solusi politik dan berpikir bahwa Amerika tidak akan menentang Rusia. AS memanfaatkan militer Rusia untuk memimpin perang brutal di Suriah seperti yang diminta oleh Amerika dan melindungi rezim dari kejatuhan.

Rezim Rusia sangat ingin mempercepat solusi untuk krisis Suriah, dan berfantasi seperti biasa bahwa mereka pemimpin negara adikuasa yang mengambil porsi Amerika untuk menyelesaikan krisis Suriah. Permainan rezim Amerika tampak pada rezim Rusia mengenai Suriah, yaitu membiarkannya Rusia bertarung sendirian di rawa-rawa pertempuran, membengkaknya biaya perang Rusia di suriah tak bisa terhindarkan, politik AS menunjukkan bahwa semua upaya Rusia untuk memimpin solusi politik di Suriah ditakdirkan untuk gagal karena Rusia jatuh ke dalam rawa-rawa skenario Amerika di Suriah. Diamnya AS atas agresifitas militer Rusia adalah kelanjutan AS menggunakan Rusia sebagai salah satu alat hegemoni Amerika di Suriah melawan revolusi umat Islam di dalamnya; Rusia tidak memiliki peran utama dalam menyelesaikan krisis Suriah meskipun berbagai pertemuan dan konferensi dilakukan atas inisiatifnya. Manifestasi politik Rusia tampak dari pergerakan Rusia untuk menyaingi Amerika. Namun untuk kasus Suriah, maneuver Rusia menemukan jalan buntu. [IJM]

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close