-->

Ketika Tuhan Dikebiri Dalam Demokrasi

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen


KETIKA TUHAN DILARANG MENGURUS NEGARA 

Oleh Dr. Ahmad Sastra
Ketua Divisi Riset dan Literasi Forum Doktor Islam Indonesia 

Mediaoposisi.com| Syahwat politik dan politik syahwat begitu mudah tersalurkan dalam sistem demokrasi. Gen antroposentrisme demokrasi dengan jargon dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat secara filosofis berarti bentuk penyembahan kepada manusia. Manusia yang memuja demokrasi berarti telah menjadikan manusia sebagai tuhan yang disembah. Sebab dalam demokrasi, manusia dijadikan sebagai otoritas pembuat hukum yang menjadi timbangan benar dan salah atas perbuatan rakyat. 

Dengan kata lain, demokrasi melarang Tuhan Pencipta manusia, alam semesta dan kehidupan ini untuk mengurus negara. Kesombongan demokrasi menganggap manusia sanggup membuat hukum bagi kehidupan manusia. Demokrasi mendudukkan wahyu Tuhan dibawah nafsu manusia. Allah telah menyinggung dengan tegas adanya manusia yang menuhankan hawa nafsu. 

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran [QS At Jatsiyah : 23]

Memilih manusia yang dianggap pintar untuk menjadi wakil rakyat untuk membuat hukum sesuai akal dan nafsunya dengan mengabaikan wahyu adalah malapetaka terbesar bagi peradaban manusia. Al Qur’an sendiri menilai fenomena ini sebagai bentuk penuhanan manusia kepada manusia. 

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan [QS At Taubah : 31]

Ketika Adiy bin Hatim ra. mendengar ayat ini, ia berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami tidak menyembah mereka.” Maka Rasulullah SAW berkata kepadanya: “Bukankah mereka menghalalkan apa yang Allah haramkan, kemudian kalian menghalalkannya. Dan mereka mengharamkan apa yang Allah halalkan, kemudian kalian mengharamkannya?!” Ia menjawab, “Ya. benar.” Maka beliau bersabda, “Itulah bentuk ibadah kepada mereka.” [HR At-Tirmidzi]

Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah berkata, “Di dalam hadits tersebut terdapat dalil bahwa menta’ati ulama dan pendeta dalam hal maksiat kepada Allah berarti beribadah kepada mereka dari selain Allah, dan termasuk syirik akbar yang tidak diampuni oleh Allah.

Karena akhir ayat tersebut berbunyi: “… padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Ma-haesa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Ma-hasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” [At-Taubah : 31] 

Allah adalah pembuat hukum atas seluruh perbuatan manusia di dunia. Hanya Allah yang berhak menentukan halal dan haram perbuatan manusia. Apa yang diharamkan Allah tidak boleh dihalalkan oleh manusia dan apa yang dihalalkan Allah tidak boleh diharamkan manusia. 

Tapi lihatlah, secara gamblang demokrasi telah menghalalkan LGBT yang diharamkan Allah, menghalalkan riba yang diharamkan Allah, menghalalkan pelacuran yang diharamkan Allah, menghalalkan perzinahan yang dilarang Allah, menghalalkan minuman keras yang diharamkan Allah. Tak hanya sampai disitu, bahkan di Amerika dibuat undang-undang untuk melindungi kaum homoseksual dan tanggal 3 Januari 2018 yang lalu telah melegalkan ganja. 

Demokrasi adalah bentuk kezaliman terbesar dalam perjalanan sejarah manusia. Allah kembali menegaskan larangan atas penyerahan otoritas pembuat hukum kepada manusia dalam urusan negara dan rakyat. 

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih [QS Asy Syura : 21] 

Mekanisme penentuan kebenaran dan kemenangan oleh jumlah suara yang lebih banyak adalah ajaran kedunguan demokrasi kepada manusia. Bahkan Sokrates rela mati untuk menolak menolak mekanisme penentuan kebenaran ala demokrasi ini. Al Qur’an sendiri dengan tegas melarang mengikuti suara dari kebanyakan manusia. 

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) [QS Al An’am : 116] 

Konsensus wakil rakyat dalam demokrasi hanyalah karena pertimbangan pragmatisme semata. Mekanisme kekuasaan dibangun diatas pondasi transaksional, bukan karena kebaikan dan moralitas. Demokrasi adalah sistem amoral, tidak ada moral dalam demokrasi, yang ada adalah kepentingan syahwat politik, uang dan kekuasaan. 

Demokrasi yang mengabaikan hukum dan peringatan Allah hanya akan melahirkan malapetaka kehidupan berupa kesengsaraan dan kesempitan hidup. Bukan hanya sampai disitu, bahkan Allah mengancam akan menimpakan kesengsaraan di akherat dengan membutakan mata manusia. 

Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang  sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta". [QS Thaaha : 124] 

Tasyri’ atau hak membuat hukum hanyalah milik Allah SWT.  Sebab Allah yang menciptakan sekaligus memiliki alam semesta, bumi dan seluruh wilayah di seluruh negara di dunia. Indonesia adalah milik Allah, Amerika adalah milik Allah, Arab Saudi adalah milik Allah dan seluruh negara di dunia adalah milik Allah. ada yang berani membantah ?. 

Yang dimaksud dengan tasyri’ adalah apa yang diturunkan Allah SWT  untuk seluruh manusia  berupa manhaj (jalan) yang harus mereka lalui dalam  seluruh bidang  kehidupan seperti politik, agama, ekonomi, pendidikan dan budaya. Termasuk di dalamnya masalah penghalalan dan pengharaman. Tidak seorang pun berwenang menghalalkan kecuali apa yang sudah dihalalkan Allah, juga tidak boleh mengharamkan kecuali apa yang sudah diharamkan Allah. 

Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “Ini halal dan ini haram”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah.” [ QS. An-Nahl : 11]

Demokrasi adalah bentuk pembohongan dan pembangkangan kepada Allah. Demokrasi telah melarang Allah untuk mengurus negara dengan aturan dan hukum yang telah diturunkan. Padahal seluruh negara adalah milik Allah, bahkan seluruh manusia adalah milik Allah.

Karena itu wahai manusia, dengarkan firman Allah ini, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu [QS Al Baqarah : 208] 

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam [QS Al Anbiya : 107] 

Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. [QS Al A’raf : 96].

Jadi tunggu apa lagi, mari perjuangkan tegaknya Islam kaffah di negara ini dan seluruh negara di dunia. Jangan lupa segera buang demokrasi ke tong sampah peradaban. [MO]


Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close