Amin S
LANSKAP
Bukan sebuah kebetulan jika pelaksanaan Reuni 212 kemarin bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Hijriah. Sebuah tanggal yang menjadi tonggak kemenangan politik umat Islam yang dirandai dengan ditahbiskannya Muhammad SAW sebagai pemimpin baru Daulah Islamiyah Madinah, negara pertama dalam sejarah peradaban Islam. Dan kelanjutannya telah kita ketahui bersama, peradaban Islam menjadi kiblat dunia selama lebih 13 abad. Akankah ini menjadi isyarat terulangnya kegemilangan peradaban Islam?
Untuk itu saya mencatat ada beberapa poin penting yang seharusnya menjadi ruh umat Islam pasca Reuni 212, yaitu:
Pertama, mewujudkan ukhuwah Islamiyah yang murni dan kokoh. Berbondong-bondongnya umat dari seluruh penjuru negeri dengan aneka pengorbanan, melalui berbagai hambatan dan tekanan untuk memenuhi aksi-aksi bela Islam (ABI) termasuk reuni 212 ini, merupakan bukti bahwa umat tak mau lagi tersekat-sekat oleh perbedaan. Tipu muslihat musuh-musuh Islam untuk mencerai berai umat dengan memanfaatkan celah perbedaan furu' memang telah berhasil selama ini.
Namun apa yang ditunjukkan dalam berbagai ABI menjadi sinyal bahwa umat telah sadar bahwa mereka diikat oleh aqidah yang satu yaitu Islam. Mereka rela meletakkan perbedaan di bawah persatuan, karena inilah senjata terkuat untuk melawan makar musuh-musuh Islam. Persatuan umat Islam adalah lonceng kematian bagi pihak-pihak yang selama ini memperdaya umat Islam untuk mengeruk kekayaan umat dengan menyibukkan mereka dalam perselisihan perkara furu'iyah. Ternyata bersatunya umat Islam adalah keniscayaan.
Kedua, buah kemenangan dakwah. Setelah sekian lama hidup dalam hegemoni nilai-nilai kufur seperti sekularisme, kapitalisme dan liberalisme yang disusupkan oleh musuh-musuh Islam membuat umat lupa akan kemuliaan dan ketinggian derajat kehidupannya. Mereka tanpa sadar meninggalkan Islam yang meninggikan kehidupan mereka dan justru terjerembab dalam jebakan nilai-nilai kufur yang hina dan rendah. Bahkan umat ini terlupa dari simbol-simbol dan ajaran Islam yang mulia.
Namun pemandangan dalam berbagai ABI dan Reuni 212 menunjukkan kemenangan dakwah. Upaya tak kenal lelah para pengemban dakwah yang mukhlis rupanya mulai menuai hasil. Umat kembali mengenali kemuliaannya, mereka kembali mengenal panji Arrayah dan begitu bangga mengibarkannya. Mereka pun kembali mengetahui bahwa khilafah adalah ajaran Islam yang wajib diperjuangkan. Nyata sudah kekalahan propaganda musuh bahwa itu semua adalah radikalisme, umat tak lagi bisa ditipu.
Ketiga, menjaga arah perubahan yang benar dan murni. Kehadiran sejumlah tokoh masyarakat, politikus dan pejabat publik memang menjadi kabar gembira.
Bisa jadi tokoh-tokoh ini hadir karena murni ingin berkontribusi dalam perjuangan umat Islam, namun kewaspadaan akan adanya pihak yang coba menyusupkan agenda terselubungnya juga tetap harus ditingkatkan. Perlu diingat bahwa selama ini musuh sangat lihai bersiasat dan tidak segan mengkhianati umat Islam.
Jangan sampai ghirah perubahan umat ini diselewengkan oleh para penunggang. Umat harus dikawal dan disadarkan agar tak terjebak kembali dalam kepentingan sesaat yang rendah dan hina. Perjuangan ini harus tetap dalam koridor perubahan yang hakiki yaitu kembali kepada kehidupan Islami, berlandaskan syariat secara kaffah dalam naungan Daulah Khilafah.
Sebagai kesimpulan, Reuni 212 bukanlah akhir perjuangan. Justru ini adalah titik awal perjuangan untuk mengembalikan status umat Islam sebagai Khoirul Ummah. Musuh tak mengenal lelah untuk menghalangi bangkitnya umat Islam. Tetap tsiqah dan istiqomah mengikuti metode perjuangan Rasulullah SAW, tidak boleh ada lagi kompromi terhadap agenda-agenda musuh yang hanya akan menjebak umat dalam hegemoni nilai-nilai kufur sekularisme, kapitalisme dan liberalisme yang bersembunyi di balik demokrasi.
Sudah saatnya umat menjemput janji kemenangan dari Alloh SWT dan mewujudkan kabar gembira dari Rasulullah SAW yaitu kembalinya Khilafah Rasyidah Ats-tsaniyah. Waallahu a'alam.
from Pojok Aktivis