Sama-Sama Pernah Ditolak, Begini Beda Kelas Antara Anies dan Ahok
Opini Bangsa - Aksi walk out yang dilakukan Ananda Sukarlan saat Gubernur Jakarta Anies Baswedan menyampaikan sambutan pada perayaan 90 tahun Kolase Kanisius membuka sebuah tabir.
Pasalnya, baik Anies maupun Ahok pernah mengalami penolakan ketika menjabat sebagai Gubernur DKI. Yang membedakan adalah respons keduanya.
Dinilai oleh banyak pihak, perbedaan respons atas perlakuan yang sama merupakan bukti perbedaan kelas antara keduanya.
Ahok: Keluarkan dari UI, Ke Timur Tengah Saja
September tahun 2016, Ahok mengalami penolakan oleh mahasiswa Universitas Indonesia bernama Boby Febri Krisdiyanto. Boby yang merupakan mahasiswa magister keperawatan dijumpai mengenakan almamater UI dalam sebuah video menolak kedatangan Ahok.
Menanggapi penolakan tersebut, Ahok lekas melontarkan pernyataan tak bersahabat. Bukan hanya luapkan kekesalan, Ahok menyatakan agar mahasiswa tersebut dikeluarkan dari UI, usir ke Timur Tengah.
"Tapi saya tidak rela uang pajak saya, saya kerja, membiayai mahasiswa keluar menjadi seorang yang rasis," sentak Ahok seperti dilansir detik.
"Bila perlu," lanjut Ahok, "dia pindah ke Timur Tengah."
Anies: Saya Hargai Perbedaan
Alumni Kanisius yang juga seorang pianis, Ananda Sukarlan, membuat rame jagat politik Indonesia karena melakukan tindakan yang kurang terpuji. Tak sedikit senior Kanisius yang mengkritik tindakan walk out Ananda saat Anies Baswedan menyampaikan pidato sebagai tamu undangan sekaligus Gubernur Jakarta.
Anada kembali ke ruangan setelah Anies usai menyampaikan sambutan. Tanpa diminta, ia naik ke atas panggung untuk menyampaikan sambutan. Selain mengkritik panitia, Ananda juga menyatakan bahwa Anies mendapatkan kemenangan Pilkada Jakarta dengan cara yang bertentangan dengan nilai-nilai Kanisius.
Menanggapi aksi penolakan Ananda, Anies Baswedan bersikap santun. Ia mengaku baru mengetahui kabar tersebut pada hari Senin (13/11) padahal peristiwa penolakan terjadi pada hari Sabtu (11/11).
"Saya menghormati perbedaan pandangan. Saya menghormati pandangan yang berbeda." ujar Anies seperti diwartakan detik.
Alumni Universitas Gajah Mada (UGM) ini juga menegaskan, tugasnya sebagai Gubernur Jakarta adalah mengayomi semua golongan tanpa membedakan agama dan suku. Anies juga menyatakan, reaksi negatif hanya bonus atas kinerja optimal yang diupayakan pemprov DKI Jakarta.
"Bagian kami adalah menyapa semua, mengayomi semua. Jadi itu tanggung jawab saya sebagai gubernur. Jadi saya akan menyapa semua mengayomi semua kalau kemudian ada reaksi negatif, ya itu bonus aja buat saya. Nggak ada sesuatu yang, biasa aja. Rileks," tegas Anies, santun dan santai. [opinibangsa.info / tbc]