Psikolog: Dwi Hartanto Berbohong untuk Cari Perhatian
Berita Islam 24H - Dwi Hartanto melakukan kebohongan soal jati dirinya. Dia mengemas profil diri sebagai seorang akademisi yang menempuh pendidikan dari kampus kenamaan.
Kebohongan ini sudah dimulai ketika dia mengaku sebagai lulusan Tokyo Institute of Technology, Jepang. Kenyataannya, Dwi lulusan S1 dari Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta, Fakultas Teknologi Industri, Program Studi Teknik Informatika.
Kebohongan soal studi terus berlanjut hingga dia menyebut posisinya sebagai post-doktoral dan asisten profesor di Technische Universiteit (TU) Delft, Belanda. Dwi sebenarnya masih menempuh studi S3 di TU Delft.
Psikolog Katarina Ira Puspita mengatakan kebohongan yang dilakukan Dwi memiliki beberapa alasan. Ada dua kemungkinan kebohongan tersebut dilakukan Dwi, yakni untuk menutupi kesalahan dan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atas kebohongan yang dibuat.
"Alasan berbohongnya apa? Misal karena ingin melindungi dirinya, jadi dia lakukan kesalahan, jadi berbohong untuk tutupi kesalahan kita. Bisa juga dia bohong untuk kepentingan seperti dapat uang, perhatian lebih, dan meningkatkan self image dia," tutur Katarina kepada detikcom, Minggu (8/10/2017) malam.
Katarina mengaku tidak mengetahui alasan Dwi berbohong karena belum mendapatkan data yang gamblang mengenai keuntungan-keuntungan yang didapatkan Dwi. Meski begitu, setidaknya, Dwi mendapatkan gambaran diri yang meningkat karena kebohongan yang dibuatnya.
"Tapi yang pasti, penghargaan orang terhadap dirinya menjadi meningkat ketika mendengar cerita keberhasilannya, yang pada akhirnya diketahui ternyata bohong. Dengan demikian, gambaran diri atau self image dia pun meningkat," tuturnya.
Kemudian, profil diri Dwi, yang lekat dengan cerita manis dalam hal prestasi akademiknya, pun terbongkar. Hal ini dimulai setelah ada 'investigasi mandiri' mengenai klaim prestasi dirinya itu.
Dokumen investigasi itu menepis mentah-mentah klaim Dwi, dari pertemuan dengan BJ Habibie, latar belakang S1, sampai prestasi di bidang antariksa. Dwi pun akhirnya meminta maaf dan mengakui kebohongan klaim prestasinya tersebut.
Katarina memandang pengakuan yang dibuat Dwi tersebut karena ada unsur dari luar dirinya. Selain itu, Dwi sudah tak dapat mengelak atas temuan-temuan yang ada pada dirinya.
"Jadi kemungkinan besar Dwi Hartanto mengakui kebohongannya karena memang semua kebohongannya sudah terbongkar dan dia tidak bisa mengelak lagi," ucap dia.
"Dia mendapat tekanan dari lingkungan sekitar (seperti dari) pihak kampus, alumni TU Decht, dan ilmuwan-ilmuwan Indonesia yang ada di luar negeri untuk mengakui kebohongannya," sambung Katarina.
Dwi pun menerima konsekuensi atas kebohongan yang dibuatnya. Dwi kini tengah menjalani serangkaian sidang etik yang diselenggarakan di kampus Delft, Belanda, sejak Senin (25/9).
Selain itu, KBRI Den Haag mencabut penghargaan yang diberikan kepada Dwi. Pencabutan penghargaan itu didasari Keputusan Kepala Perwakilan RI untuk Kerajaan Belanda Nomor SK/029/KEPPRI/IX/2017 tentang Pencabutan Keputusan Kepala Perwakilan RI untuk Kerajaan Belanda SK/023/KEPPRI/VIII/2017 tentang penghargaan kepada Dr Ir Dwi Hartanto.
Surat itu diteken Duta Besar I Gusti Agung Wesaka dan ditetapkan pada 15 September 2017. Keputusan ini dipublikasi di laman resmi KBRI Den Haag pada 5 Oktober 2017. [beritaislam24h.info / dtk]