Analis Ekonomi Abdulrachim Kresno menilai Menteri Keuangan Sri Mulyani masih kebingungan dan belum menemukan cara untuk membawa Indonesia keluar dari keterpurukan ekonomi.
Hal ini bisa terlihat saat acara dikusi dengan tema ‘Indonesia Economic Quaterly , Closing The Gap’ pada Selasa (3/10). Dalam diskusi itu mengesankan bahwa Sri Mulyani secara tidak langsung meminta saran dan konsep dari Bank Dunia sebagai lawan diskusinya.
Diskusi mulai panas ketika Bank Dunia menyampaikan hasil studinya tentang pertumbuhan riil konsumsi non pemerintah (private consumption) di Triwulan II 2017 di level 5 persen, sama dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan konsumsi tersebut dianggap sebagai pemberat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Yang menjadi janggal kata Abdulrachim, Sri Mulyani mengatakan bahwa studi Bank Dunia tersebut kurang mendalam, dan bahkan Sri Mulyani minta dijelaskan tentang penyebabnya pattern of consumption nya dan bagaimana respons kebijakannya. Lebih jauh lagi Sri Mulyani meminta contoh-contoh tentang keberhasilan negara-negara yang lebih maju untuk menyelesaikan permasalahan Indonesia ini.
“Mengapa pernyataan pernyataan Sri Mulyani ini janggal? Karena semua yang dipertanyakan itu seharusnya dapat dijawab sendiri oleh Sri Mulyani beserta puluhan staf di Kementerian Keuangan yang menengah maupun yang senior yang merupakan lulusan S2 dan S3 dari dalam dan luar negeri, dari sekolah-sekolah yang terbaik dan mempuyai pengalaman cukup,” ujar dia, Rabu (11/10).
“Yang lebih mengherankan lagi, Sri Mulyani juga mengharapkan Bank Dunia agar memberikan contoh-contoh dari negara maju menghadapi persoalan yang dihadapi Indonesia.
Bagaimana bisa terjadi ternyata Sri Mulyani tidak mampu untuk berpikir sendiri untuk mengatasi masalah Indonesia, malahan mohon petunjuk kepada Bank Dunia? Padahal dia didukung oleh puluhan staf yang berkeahlian , didukung dana dan fasilitas yang melimpah di Kementerian Keuangan,” heran Abdulrachim.
Dia mengkhwatirkan jika Sri Mulyani mengalami ketergantungan dengan Bank Dunia maka sangat memungkinkan akan menyesarkan kebijakan ekonomi Indonesia. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa bank duni sangat memiliki kepentingan terhadap Indonesia.
“Sudah terbukti bahwa tidak selalu pemikiran dan nasehat dari Bank Dunia itu kredibel atau dapat diandalkan . Ini terbukti misalnya pada waktu sesaat sebelum terjadi krisis ekonomi di Indonesia 1997 – 1998 maka Bank Dunia selalu memuji-muji perekonomian Indonesia saat itu . Ternyata tidak lama kemudian terjadi krisis ekonomi,” ungkap dia.
Selain itu, tuturnya; di Argentina pernah terjadi krisis ekonomi besar ditahun 1999- 2002. Sebelum terjadi krisis tersebut Bank Dunia juga memuji-muji ekonomi Argentina dan ternyata pujiannya itu salah total dan Argentina jatuh kedalam krisis ekonomi. Karena itu, ia meminta Sri Mulyani memiliki pikiran mandiri dan memegang teguh martabat bangsa serta menjaga kepentingan nasional yang jauh dari pengaruh bank dunia dan IMF.
aktual