Jelang Peringatan G30S/PKI, Ajakan Ganyang dan Usir PKI Menguat
Berita Islam 24H - Jelang peringatan G30S/PKI, peristiwa kelabu pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) sejumlah pihak mengajak masyarakat untuk menggayang dan mengusir kegiatan yang berbau PKI. Bahkan undangan secara terbuka untuk menolak adanya ancaman kebangkitan PKI disebar ke sejumlah media sosial (medsos) dan group WhatsApp (WAG). Mereka ingin agar masyarakat Indonesia sadar dan waspada atas kebangkitan PKI di Indonesia.
Diantara mereka bahkan siap menggelar unjuk rasa menolak kebangkitan PKI seperti yang digagas Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Anti Komunis. Seruan aksi ditujukan kepada seluruh Ormas Islam/BEM/OKP/OKPI dan aktifis anti Komunis se JABODETABEK. Para peserta anti komunis untuk hadir di Gedung Lembaga Bantuan Hukum (LBH) jalan Diponegoro Nomor 74 Jakarta Pusat, Sabtu (16/9/2017).
Koordinator Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Anti Komunis, Rahmat Himran mengatakan, pihaknya menggelar unjuk rasa atas ancaman kebangkitan PKI karena diduga kelompok pro komunis di Jakarta akan melaksanakan sejumlah kegiatan yang diduga berbau pembelaan terhadap PKI, antara lain lewat seminar. Seminar digelar di Jakarta, 16-17 September 2017.
"Setelah sukses dengan acara Simposium 1965 dan Festival Belok Kiri, kini mereka kembali akan melaksanakan Seminar Pembela PKI dengan," kata Rahmat kepada Harian Terbit, Jumat (15/9/2017).
Oleh karena itu, sambung Rahmat, pihaknya bersama pemuda anti komunis akan melaksanakan aksi penolakan terkait seminar pembela PKI. Juga meminta agar membubarkan seminar tersebut dan meminta agar polisi menangkap dan proses hukum otak dari penyebaran faham komunis di Indonesia.
Tidak Paham
Terpisah Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah, Mustofa Nahrawardaya mengatakan, saat ini pihaknya sudah melakukan mini survei baik melalui online maupun konvensional untuk anak-anak kelahiran 80 keatas. Ternyata mereka tidak paham dengan sejarah komunisme di Indonesia. Padahal peristiwa G30S/PKI adalah sejarah kelam yang terjadi di Indonesia.
"Soal versi film atau perbedaan pandangan asli/palsu, rekayasa/original, itu soal lain. Tapi yang menyedihkan adalah anak-anak muda pada tidak paham apa itu PKI dan apa saja tindakan kejahatannya di Tanah Air sehingga di tahun 1965 ditumpas," kata Mustofa di Jakarta, Jumat (15/9/2017).
Mustofa menuturkan, salah satu cara mengetahui sejarah komunisme atau PKI adalah dengan mengetahui sejarahnya. Karena sekarang zaman digital modern maka tidak lagi ada ketergantungan ke buku sejarah. Apalagi, sejarah PKI di buku, jelas sudah jarang. Sehingga salah satu caranya menggunakan elektronik.
"Dulu, selama Orba, Pak Harto mewajibkan penayangan Film G-30-S/PKI. Tapi tiba-tiba hilang begitu saja dari peredaran. Padahal itu penting untuk mengetahui sisi hitam sejarah kita," jelasnya.
Mustofa menegaskan, sangat perlu kiranya rakyat Indonesia kembali diingatkan akan kekejaman komunisme atau PKI, salah satunya melalui tayangan film. "Karena dari film itu, kita bisa ketahui sisi mana benar dan salahnya. Lalu bisa dibikin film baru, tanpa menghapus film lamanya agar suatu saat kita tahu perbedaannya. Untuk mengetahui kebenaran, diperlukan sisi salahnya sebagai pembanding," paparnya.
Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Himpunan Mahasiswa Al Washliyah (HIMMAH) Ginanda Siregar juga mengatakan, faham PKI sangat berbahaya untuk kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Karena sudah beberapa kali para kader PKI melalukan pemberontakan namun selalu gagal. Oleh karena itu pihaknya menolak dan siap perang terhadap paham dan organisasi komunis.
Pemerintah juga harus lebih tegas dan waspada terhadap bahaya laten komunis dan organisasinya. Karena pemerintah sudah melarang ada gerakan PKI.
"Kita siap ganyang komunis, kita tingkatkan kewaspadaan terhadap masuknya antek-antek komunis di berbagai elemen. Jika mereka terang-terangan menampakkan diri kita siap menyatakan perang," tambahnya.
Ganyang PKI
Ketua Lembaga Dakwah Front (LDF) DPP FPI, Novel Bamukmin juga menegaskan, sejak FPI lahir selalu menganyang PKI. Diantaranya dengan melaporkan Ribka Tjiptaning ke Mabes Polri ketika melakukan sosialisasi PKI di Bawah, Jawa Timur. FPI melaporkan Ribka ke polisi pada tahun 2012. Laporan terhadap Ribka dilakukan karena Ribka sudah menyatakan di masyarakat adalah orang PKI.
Novel menuturkan, bukti PKI sudah bangkit di Indonesia adalah dengan dilarangnya peredaran film G30S/PKI. Selain itu, jika beredarpun sudah tidak utuh karena banyak jalan cerita yang disensor Badan Sensor Film (BSF) terutama yang mengisahkan tentang TNI, Polri dan tokoh agama. Selain itu pelajaran sejarah tentang PKI di setiap sekolah juga dihapus. Tap MPR tahun 1966 juga hendak dibatalkan beberapa kali.
"Ini artinya PKI sudah masuk dalam semua instansi pemerintahan, legislatif, eksekutif dan yudikatif," paparnya.
TNI
Agar masyarakat menonton film G30S/PKI juga disampaikan Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal Alfret Denny Tuejeh. Ajakan menonton film disebar dari WhatsApp Group (WAG). Surat ditujukan kepada para kepala penerangan TNI Angkatan Darat dan ditembuskan ke Kepala Dinas Penerangan AD serta Kepala Subdinas Dispenad.
"Menjelang 1 Okt 2017, sebagai pendahuluan di informasikan bahwa Seluruh jajaran TNI AD akan mendapatkan perintah mengajak masyarakat utk menyaksikan film sejarah G 30 S / PKI," bunyi awal dalam pesan berantai, Jumat (15/9/2017).
Sehubungan dengan rencana tersebut, setiap kepala penerangan TNI AD diminta menyiapkan tempat untuk penayangan film 'G 30 S'. Mereka juga diminta menyiapkan sarana yang diperlukan, seperti televisi, layar proyektor, komputer/laptop, alat multimedia, meja-kursi, sound system, tikar, dan tenda.
Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal Alfret Denny Tuejeh membenarkan isi pesan berantai tersebut memang dari instasinya. Menurut Alfret, setiap prajurit TNI harus memiliki kepekaan terkait kemungkinan bangkitnya paham komunis gaya baru. [beritaislam24h.info / htc]