KabarViral - Masa tunggu pemberangkatan calon jamaah Haji dari Indonesia terus menghantui para calon Haji. Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Agama, masa tunggu untuk Provinsi Jawa Timur bahkan sudah mencapai angka 23 tahun.
Apakah hal ini semata-mata karena kuota yang disediakan Pemerintah Arab Saudi tak sanggup memenuhi antusiasme para calon haji dari Indonesia?
Pengamat ekonomi politik Salamuddin Daeng mengungkapkan, lamanya masa tunggu naik Haji bukan semata-mata kerana kuota dari Arab Saudi, tetapi terkait desain sektor keuangan Pemerintah, salah satunya dari faktor keuntungan secara keekonomian.
“Itulah mengapa sekarang orang naik haji makin lama, bukan semata-mata karena kuota, akan tetapi karena desain sektor keuangan yang diterapkan pemerintah,” kata Salamuddin Daeng (01/08).
Berdasarkan hitungan, kata Salamuddin, bunga setahun dana haji seharusnya sanggup memberangkatkan jamaah haji Indonesia jatah setahun 250 ribu orang secara gratis.
Hanya saja, menurut Salamuddin, pemilik rekening haji tidak pernah mendapat manfaat dari dana tersebut. “Para jemaah haji pemilik rekening haji tidak pernah mendapat manfaat dari dana tersebut. Dana itu entah kemana larinya? Habis dimakan koruptor?” tanya Salamuddin.
Ironisnya, kata Salamuddin, para pemilik rekening haji malah harus membayar ongkos naik haji yang termahal di dunia, dengan pelayanan yang sangat buruk dan berbagai kericuhan lainnya terjadi setiap musim haji.
Terkait hal itu, Salamuddin menilai, upaya Presiden Joko Widodo yang mengusung wacana penggunaan dana haji untuk investasi justru membuka “kotak pandora” dana haji.
Salamuddin pun mengingatkan, jika dana haji dapat ditarik secara serempak, maka bisa dikatakan Pemerintahan Jokowi langsung ‘bangrut’, dan sektor perbankan juga ikut bangkrut. “Oleh kerena itu, sudah sepantasnya para pemilik rekening haji itu mendapatkan keadilan sekarang juga,” pungkas Salamuddin.
-kabarviral/intelijen