Oleh : Mashun Sofyan (Analis Bidang Ekonomi Muslim Analyze Institute [MAin]
Menteri Kordinator bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan China Development Bank (CDB) berencana akan membuka kantor cabang di Indonesia. CDB ini merupakan lembaga keuangan Tiongkok yang akan ikut membiayai kereta cepat Jakarta-Bandung. Sementara Agus Martowihardojo Gubernur BI menuturkan pemerintah mendukung dan memfasilitasi lembaga keuangan asing untuk membuka kantor perwakilan di Indonesia guna mendukung kegiatan pembiayaan infrastruktur.
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung membutuhkan biaya hingga USD 5,1 miliar (setara Rp 67,8 triliun dengan kurs Rp 13.300) di mana CDB menanggung pinjaman sebesar 75 persen dari total investasi. Sisa 25 persen berasal dari modal perusahaan konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Pemerintah sedang gencar membangun Infrastruktur, menurut Gubernur BI Agus Martowihardojo, pemerintah membutuhkan sumber pembiayaan untuk proyek infrastruktur di Indonesia. Saati ini, alokasi anggaran untuk pembangunan Infrastruktur pembangunan dalam APBN 2017 sebesar Rp.387,7 Triliun. Sedangkan pada tahun 2018 anggaran Infrastruktur direncanakan naik 2 %, menjadi Rp.409 Triliun. Namun anggaran tersebut masih dirasa kurang mencukupi, sehingga harus mencari sumber-sumber pendukung, akhirnya pemerintah mendorong peran swasta dalam pembangunan Infrastruktur. Utang luar negeripun menjadi jalan pintas sumber pendanaan Infrastruktur.
Utang demi utang dari negara asing menjadi langganan, bahkan Bank Dunia telah menempatkan utang Indonesia kedalam level bahaya, sebab fluktuasinya sudah diatas 30 %. Pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy mengatakan jika beban utang luar negeri suatu negara itu fluktuatifnya mencapai 30 %, maka dalam level bahaya. Bank Dunia menempatakan Indonesia pada level tersebut, dengan fluktuasi beban utang luar negeri sebesar 34,08 %. Selain itu pakar ekonomi ini juga mengungkapkan bahwa selama negara didikte oleh asing, maka Indonesia sampai 2040 tidak akan mampu menghadapi kekuatan asing. Namun dengan peringatan level utang bahaya dari Bank Dunia, utang indonesia kepada negara China terus meningkat tajam, peningkatan ini terjadi sejak 2015 setelah Presiden Jokowi memimpin, dari data yang dirilis Bank indonesia tercatat jumlah utang ke China pada bulan Mei 2017 sebesar 15,491 miliar dolar AS atau sekitar Rp.206 Triliun.
Kemesraan China dengan Indonesia nampak sekali setelah presiden Jokowi terpilih. China sangat agresif dan ambisius berinvestasi di Indonesia, mega proyek kereta cepat bandung jakarta menjadi primadonanya. Jokowipun membuat perpres untuk memuluskan laju proyek kereta cepat ini, padahal Perpres 107/2015 tentang percepatan penyelenggaraan Prasarana dan sarana kereta cepat Jakarta-Bandung berisi kereta cepat tidak menggunakan APBN dan tanpa jaminan pemerintah, namun kemudian Jokowi mengeluarkan Perpres 3/2016 tentang Proyek Strategi Nasional yang isinya menerangkan bahwa kereta cepat masuk dalam proyek strategis nasional serta pemerintah dapat memberikan jiminan terhadap proyek strategis nasional yang dilaksanakan oleh BUMN, sehingga Kereta cepat Jakarta-Bandung masuk di urutan 60 dari 225 proyek strategis nasional sehingga sangat mungkin dapat jaminan dan anggaran dari pemerintah.
Ada kepentingan terselubung, menurut ekonom dari UI Faisal Basri mengungkapkan bahwa BUMN memiliki kepentingan dengan investor kereta cepat yakni China. Ada kaitanya proyek puluhan triliun itu dengan pinjaman yang diberikan oleh China Development Bank (CDB) kepada tiga BUMN yakni Bank Mandiri, Bank BNI dan Bank BRI, masing-masing Bank tersebut mendapat 1 Miliar dolar AS, utang ini sebagian besar untuk keperluan restrukturisasi utang-utang korporasi dan pembiayaan infrastruktur yang membutuhkan dana besar dan berjangka panjang. Sudah barang tentu dengan utang ini maka China akan dengan mudah menyetir kebijakan ekonomi di Indonesia untuk kepentingan mereka.
Lengkap sudah jalan penjajahan China ke Indonesia, pola kapitalisasi negara China begitu menggurita, aset-aset strategis negara jatuh dikuasai China, ini tidak terlepas dari syahwat China dalam penguasaan ekonomi dikawasan asia tenggara, dimana posisi Indonesia begitu strategis sebagai jalur lintas perdagangan melalui jalur lautnya. Indonesia dengan penduduk terbesar keempat dunia menjadi pangsa pasar tersendiri bagi produk-produk China. Dengan posisi ambisi ekonomi dan sepak terjang China di Indonesia dan dunia, maka sudah menjadi tanggung jawab anak bangsa untuk memikirkan solusi atas penjajahan asing dan aseng yang selama ini begitu menyengsarakan rakyat Indonesia. [MAIn]