Berebut Dukungan Umat Islam: Capres 2019 Getol Sambangi Ulama, Kiai dan Habaib
Berita Islam 24H - Jelang Pilpres 2019 yang akan digelar sekitar 1,5 tahun lagi, para calon presiden (capres) sudah mulai mencari simpati umat Islam dengan menyambangi ulama, kiai, habaib, dan tokoh-tokoh ormas Islam lainnya. Mereka mendatangi pondok-pondok pesantren dengan memberikan berbagai bantuan yang nilainya fantastis. Namun, umat Islam diminta waspada jangan sampai memilih capres yang melupakan umat Islam dan menghina ulama setelah terpilih.
“Wajar kalau capres mencari dukungan umat Islam karena mayoritas di negeri ini. Mereka sambangi ulama, kiyai, habaib, tokoh ormas dan lainnya. Mereka juga ke pondok-pondok pesantren memberikan berbagai bantuan yang nilainya fantastis. Sayangnya ketika mereka memimpin malah melupakan umat Islam. Karena umat Islam masih menjadi objek, belum menjadi subjek penentu," kata Direktur Eksekutif Indonesia Politikan Review (IPR), Ujang Komarudin kepada Harian Terbit, Senin (31/7/2017).
Ujang meyayangkan adanya pihak yang melupakan umat Islam, padahal ketika pemilu suaranya dibutuhkan dan kontribusi untuk negeri ini sangat besar. Terutama dalam menjaga NKRI dan kebhinekaan.
"Supaya tidak dilupakan dan disakiti umat Islam harus bersatu. Dengan bersatu Umat Islam akan kuat. Dan jika sudah kuat, maka dengan sendirinya akan diperhatikan oleh pemerintah," tegas Ujang.
Peneliti Institute For Strategic and Development Studies (ISDS), M. Aminudin mengatakan, karena mayoritas di Indonesia, siapapun yang berkompetisi di arena politik harus menarik simpati umat Islam. Namun sayangnya ketika berkuasa malah meremehkan umat Islam.
“Penguasa seperti meremehkan dengan semakin meningkatnya daya kritis masyarakat muslim. Padahal saat ini umat Islam semakin meningkat pendidikan dan revolusi komunikasi terutama di medsos.
Meraih Simpati
Dihubungi terpisah pengamat politik Emrus Sihombing mengatakan, sudah mulai waktunya para capres menyambangi tokoh-tokoh Muslim dan tokoh-tokoh agama lain. Tujuannya jelas meraih simpati untuk mendapatkan dukungan.
"Politik itu tidak lepas dari konteks waktu, ini sudah mulai. Sekarang harus semakin jelas mana kawan dan mana lawan. Pilkada 2018, menyusul Pilpres 2019," ujar Emrus saat dihubungi, Senin (31/7/2017) malam.
Dijelaskannya agenda-agenda politik kedepan akan semakin ramai, sebab pertarungan politik dalam Pilkada 2018 juga akan menentukan atau paling tidak sangat berpengaruh dalam kemenangan Pilpres 2019.
"Sehingga menjadi suatu yang lazim, mereka politisi maupun para birokrasi yang berkepentingan melakukan (pendekatan) itu. Mengenai motif apa jelasnya, hanya mereka yang tahu. Jadi wajar saja. Kita sudah berada di tahun politik Pilkada 2018 dan Pilpres 2019," pungkas Emrus. [beritaislam24h.info / htc]