Soal Boikot Starbucks, Begini Tanggapan Aktivis LGBT
Opini Bangsa - Para aktivis Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT) bereaksi sinis atas seruan boikot kedai kopi asal Amerika Serikat (AS) Starbucks lantaran mendukung kaum LGBT. Seruan ini kembali muncul setelah Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah mengeluarkan desakan kepada pemerintah untuk memertimbangkan pencabutan izin Starbucks.
"Ya bukan kejutan sih, mereka (pihak pemboikot Starbucks) kan homofobik dan transfobik," tukas Aktivis Pendiri GAYa NUSANTARA, Dede Oetomo kepada JawaPos.com, Senin (3/7).
Menurut Dede boikot-memboikot adalah hal biasa di sebuah negara demokrasi. Namun, lanjutnya, alasannya itu yang bersifat antidemokrasi.
"Kalau menurut saya sih, tanggung memboikotnya. Banyak perusahaan yang mendukung hak-hak LGBT, bukan cuma Starbucks saja," tegasnya.
Karena ini menyangkut soal bisnis dan selera pasar, Dede menyerahkan reaksi sepenuhnya pada konsumen. "Ya konsumen bisa saja mengabaikan seruan boikot ini. Contoh lain, Apple yang CEO-nya, Tim Cook, gay (juga)," jelasnya.
Menurut Dede segala bentuk seruan hanyalah seruan dan tidak mengikat secara hukum. Melihat seruan-seruan boikot sebelumnya, kata dia, tidak terlalu berpengaruh besar pada daya beli pasar.
"Harusnya kaum konservatif justru mawas diri, mengapa perusahaan-perusahaan besar macam Starbucks mendukung hak-hak LGBT sebagai bagian dari komitmen pada keberagaman. Tidakkah mereka terpikir bahwa mungkin mereka keliru?," katanya.
Sebelumnya PP Muhammadiyah menyatakan seruan untuk memboikot Statbucks. PP Muhammadiyah khawatir bagaimana jadinya bangsa Indonesia kalau seandainya sikap dan gaya hidup dari LGBT tersebut berkembang biak di negeri ini.
Tentu akhlak dan moralitas bangsa akan ambruk dan rusak luar biasa. Untuk itu, Muhammadiyah mengimbau pemerintah dan masyarakat agar melakukan langkah-langkah dan bertindak untuk menyelamatkan kepentingan bangsa dan negara dengan memboikot produk dari coffee shop asal AS itu. [opinibangsa.id / jpc]