-->

Serangan Terhadap Anggota Polisi Bukti Korps Bhayangkara Tak Berwibawa

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen
Umatuna.com - Penyerangan yang dilakukan teroris terhadap anggota polisi dengan sebilah pisau, membuktikan kalau Korps Bhayangkara itu tidak berwibawa sehingga tidak disegani lagi, utamanya oleh para teroris.

"Hal itu dikarenakan Polri tidak berwibawa sehingga tidak disegani lagi," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, dalam keterangan pers, Sabtu (1/7).

Menurutnya, meskipun Polri agresif melakukan eksekusi mati terhadap para teroris di lapangan, ternyata tidak membuat teroris takut. Malah para teroris semakin super nekat dan menerapkan prinsif "nyawa dibayar nyawa".

Kasus penyerangan ini semakin menunjukkan bahwa sistem penumpasan terorisme selama ini sesungguhnya tidak berhasil. Begitu juga konsep radikalisasi yang digalang pemerintah selama ini, gagal total.

"Terbukti terorisme bukannya lenyap dari Indonesia, tapi malah makin super nekat," kata Neta.

Dari berbagai kasus serangan ini, kata dia, IPW berharap Polri melakukan evaluasi secara menyeluruh, sehingga pada Hari Bhayangkara ini bisa melakukan konsolidasi agar ke depan jajaran Polri benar-benar bekerja profesional, proporsional, dan independen.

"Sehingga Polri disegani semua pihak, terutama kalangan teroris," kata Neta.

Catatan penting bagi Polri di Hari Bhayangkara ini, lanjutnya, jajaran kepolisian harus mengevaluasi, kenapa teroris makin super nekat melakukan perang terbuka terhadap Polri meski hanya dengan sebilah pisau. Di Hari Bhayangkara 2017 ini penanganan kasus-kasus serangan terhadap polisi perlu menjadi fokus utama bagi Polri untuk menyelesaikannya, agar tidak terulang terus menerus.

Menurutnya, jika serangan ini terus terulang, jajaran kepolisian tidak bisa fokus untuk menangani tugas-tugas lain dalam melindungi, mengayomi, melayani, dan melakukan penegakan hukum di masyarakat. Bahkan aparat kepolisian di lapangan akan trauma dengan berbagai kekhawatiran tersendiri terhadap kemungkinan diserang teroris.

"Meskipun jajaran Polri mengatakan 'kami tidak takut', tapi masyarakat yang cemas terhadap sistem keamanan yang dibangun Polri," kata Neta.

"Masyarakat makin tidak percaya pada Polri. Masyarakat akan menuding bagaimana Polri bisa melindungi masyarakat wong melindungi dirinya sendiri saja di markasnya tidak mampu. Untuk itu krisis kepercayaan masyarakat ini jangan sampai berkembang luas. Polri harus segera melakukan konsolidasi dan evaluasi agar Polri makin disegani semua pihak dan tidak dilecehkan, apalagi menjadi bulan-bulanan teroris yang bersenjatakan pisau dapur."

Sebelummya, penikaman terhadap polisi kembali terjadi. Kali ini kejadian tersebut terjadi di Masjid Falatehan, Jakarta Selatan, atau tepatnya di sebelah lapangan Bhayangkara Mabes Polri, Jumat (30/6), sekitar pukul 19.45 WIB.

Korba penikaman terduga teroris adalah dua anggota Brimob Satuan III. Kedua korban adalah Ajun Komisaris Dede Suhatmi, anggota Detasemen 1 Gegana dan Brigadir Satu M Syaiful Bakhtiar, anggota Detasemen 3 Pelopor. (rmol)

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close