-->

Pemudik "Maaf Mak Mudik Ga Bawa Menantu"

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen
Pada pemberhentian perempatan sebuah lampu merah, barisan motor di sebelah kiri nampak pengguna sepeda motor tertawa kecil sembari menunjuk barisan depannya. Seakan mencari kawan, si bapak yang tertawa mencolek rekan sebelahnya untuk ikut tertawa dengan memperhatikan barisan depan sembari menunjukkan hal yang lucu.

"Maaf Mak Mudik Ga Bawa Menantu" secarik kertas tertempel di tas ransel bertuliskan celotehan bernada galau tersebut sukses menarik perhatian para pemudik yang sedang antre di salah satu perempatan jalan Pantura, Batang-Semarang.

Memiliki nomor polisi depan pelat B, namun catatan kecil di bawah tulisan tersebut menjelaskan tentang motto daerah "Ngawi Ramah". Hal itu memberitahu pemudik tersebut sedang dalam perjalanan menuju ke Ngawi, Jawa Timur, menggunakan sepeda motor.

Pemudik itu bernama Ade. Ia mengaku menuliskan hal tersebut lantaran iseng saja agar dapat menghibur pemudik lainnya. "Biar semangat mudiknya mas, tidak sumpek di jalanan," kata Ade sambil tertawa kecil.

Ia mengaku memang belum menikah dan berharap tahun depan dapat mudik bersama dengan pasangannya.

Fenomena menuliskan celotehan kata-kata galau di belakang motor atau pun tas ketika mudik ternyata banyak dilakukan para pemudik. Tidak hanya Ade yang melakukan hal tersebut. Berdasarkan pantauan di beberapa lokasi sepanjang Pantai Utara (Pantura), beberapa pemudik menempelkan serba-serbi kata-kata layaknya yang terdapat pada belakang bak truk pasir.

"Mudik Sendiri Dipastikan Lebaran Tahun Ini Masih Jomblo," kalimat tersebut juga tersemat di beberapa tas ransel yang tertempel rapi dengan laminating agar tidak rusak. Tulisan tersebut juga terdapat pada pengendara motor lainnya. Dengan ransel warna merahnya, ia percaya diri melibas kendaraan di hadapannya satu demi satu.

Tulisan unik yang kali ini bertuliskan dengan bahasa Jawa, "Sak Adoh-adoh e Lungo, Kudu Eling Wong Tuwo. Wong Tuwo Ora Butuh Bondo, tapi Butuh Anak e Teko," yang artinya "Sejauh-jauhnya anak pergi, harus ingat orang tuanya. Orang tua tidak butuh harta, tapi butuh anaknya hadir," kata tulisan yang tertempel di punggung jaket seorang pemudik.

Rudi salah satu pemudik pengguna motor mengaku tiap tahun melalui Pantura dan menemukan hal-hal lucu tersebut. "Saya ini Lebaran keempat atau lebihlah mudik menggunakan motor, dan selalu bertemu hal-hal tersebut, lucu kok ada hiburan," katanya.

Menurut Rudi, hal tersebut juga tidak mengganggu perjalanan, justru menjadi penghibur ketika terjebak macet atau lelah dijalanan. Ia menemukan biasanya pada pemotor konvoi atau rombongan, biasanya dari para komunitas motor atau komunitas lainnya.

Bahkan tidak jarang terdapat pada mobil. "Kalau saya sih tidak pernah menulis hal-hal seperti itu, kayak truk saja," kata Rudi.

Namun yang dirindukannya ketika mudik, justru hal seperti itu, kebersamaan di jalanan dan rasa rindu dengan orang tua yang dituliskan dalam goresan tinta, membuat lebih hati-hati di jalanan. Seakan seperti rambu lalu lintas yang mengingatkan untuk dapat sampai tujuan dengan selamat baik bagi pengguna motor maupun lainnya.

Pemudik menggunakan sepeda motor masih menjadi alternatif favorit untuk mencapai tujuan. Rata-rata memiliki alasan lebih efisien dan dapat melewati kemacetan, padahal pemerintah telah mengimbau agar tidak menggunakan motor, untuk menekan angka kecelakaan.

Pemerintah sebenarnya sudah memberikan imbauan bahwa sebaiknya motor tidak dijadikan sarana mudik, dan motor dapat diangkut secara gratis menggunakan bus ataupun kereta api. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi telah melepas sebanyak 10.395 peserta program mudik gratis yang diangkut dengan 231 bus, sementara motornya diangkut oleh 54 bus dari Pantai Karnaval Ancol, Jakarta.


antara


Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close