Bedanya Jokowi dan Erdogan, Menghormati Orang yang Lebih Tua dan Penguasa Bergaya Feodal
Opini Bangsa - Presiden Jokowi menyalami warga yang tengah antre sembako di gedung Graha Saba Solo, Senin sore 26 Juni 2017. Di hari kedua lebaran ini, Jokowi membagikan ribuan paket sembako untuk masyarakat di kampung halamannya.
Perhatikan, seorang kakek-kakek dibiarkan Jokowi mencium tangannya. Gaya feodal penguasa?
Foto kanan: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dengan penuh hhormat dan tadzim mencium tangna seorang nenek-nenek saat bertemu di Masjid Nabawi dalam rangkaian perjalanan umroh Presiden Turki ini beberapa waktu silam. Itulah ketawadhuan penguasa dalam Islam. Karena setinggi apapun jabatan, menghormati orang yang lebih tua adalah merupakan akhlak islam yang mulia.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam:
عن ابن عباس – رضي الله عنها – عن رسول الله r قال: «ليس منَّا من لم يوقِّر الكبير, ويرحم الصغير, ويأمر بالمعروف وينهى عن المنكر». [رواه أحمد والترمذي وابن حبان في صحيحه].
Dari Ibnu Abbas semoga Allah meridhai keduanya, dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata: “Bukan termasuk dari kami [1] orang yang tidak menghormati yang lebih tua[2], dan tidak menyayangi yang lebih kecil [3], serta orang yang tidak memerintah pada kebaikan dan mencegah perbuatan munkar”. [HR Ahmad, at-Tirmidzi, dan Ibnu Hibban dalam shahihnya]
Akhlak ini sudah melekat dalam diri Presiden Erdogan, begitupun sebaliknya dengan presiden yang satunya.
Padahal yang ono katanya merakyat & abdi rakyat, sedangkan Erdogan katanya otoriter & pemimpin bengis, kenapa jadi terbalik ya?
[opinibangsa.id / pii]