GAZA - Rakyat Palestina menggelar demo memperingati Deklrasi Balfour yang kontroversial dengan membakar bendera Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Israel di sepanjang Jalur Gaza.
Deklarasi Balfour adalah deklarasi pembentukan cikal bakal tanah air Israel di wilayah Palestina tahun 1917. Deklrasi itu menjadi awal pendudukan Israel di wilayah Palestina dengan dukungan Inggris.
Lebih jauh tentang sejarah Balfour buka :
Dalam demo yang digelar Senin kemarin, para militan dari Brigade Salah al-Deen al-Nasser—sayap bersenjata Komite Perlawanan Rakyat Palestina—melambaikan berbagai senjata termasuk pedang dan kapak di Rafah selatan, Jalur Gaza.
Demo itu berlangsung di tengah ketegangan yang memanas antara warga Palestina dan pasukan Israel dalam beberapa pekan terakhir baik di Yerusalem maupun di Tepi Barat. Sejumlah demonstran Palestina menyalahkan Inggris dan AS secara langsung atas konflik di wilayah itu yang dikhawatirkan akan memicu “Intifada Ketiga”.
Deklrarasi Balfour sejatinya diambil dari nama Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour yang menulis surat tertanggal 2 November 1917 kepada dua pemimpin komunitas Yahudi Inggris Walter Rothschild dan Baron Rothschild. Surat itu berisi dukungan Inggris atas pembentukan tanah air warga Yahudi di wilayah Palestina.
Dalam surat itu, Balfour menyatakan bahwa Pemerintah Inggris berjanji mendukung “pendirian rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di jantung Palestina”. Syarat dukungan itu adalah tidak ada yang dirugikan terhadap hak-hak sipil dan agama warga non-Yahudi yang ada di Palestina.
Namun, dalam praktiknya, pendirian tanah air Yahudi di wilayah Palestina itu telah menyengsarakan rakyat Palestina hingga sekarang.
Sejarawan dari Universitas Oxford, Profesor Avi Shlaim, mengkritik tercetusnya deklarasi itu. ”Konsekuensi mendalam dan meluas, dan dampaknya pada sejarah berikutnya dari Timur Tengah itu tidak kurang dari revolusioner,” katanya mengacu pada dampak Deklarasi Balfour, seperti dikutip Daily Mail, semalam.
”Ini benar-benar mengubah posisi gerakan Zionis pemula vis-à-vis orang Arab Palestina, dan itu memberikan payung pelindung yang memungkinkan bagi kaum Zionis untuk melanjutkan hingga tujuan akhir mereka mendirikan sebuah negara Yahudi di Palestina yang merdeka,” lanjut Shlaim.
”Jarang dalam sejarah Kerajaan Inggris memiliki dokumen pendek yang dibuat dengan konsekuensi yang jauh,” imbuh dia mengkritik dukungan Inggris dalam deklarasi itu.
Sebelum Deklarasi Balfour, pada tahun 1916, Inggris mencapai kesepakatan rahasia dengan Prancis dalam sebuah perjanjian bernama “Sykes-Picot”. Perjanjian itu menyepakati pembagian Timur Tengah dalam pengaruh sekutu.
Sedangkan status Palestina saat itu berada di bawah kontrol internasional. Setelah bertahun-tahun Israel menduduki wilayah Palestina dengan dukungan Deklarasi Balfour, Israel memproklamirkan hari Kemerdekaan pada tahun 1948.
Deklarasi Balfour adalah deklarasi pembentukan cikal bakal tanah air Israel di wilayah Palestina tahun 1917. Deklrasi itu menjadi awal pendudukan Israel di wilayah Palestina dengan dukungan Inggris.
Lebih jauh tentang sejarah Balfour buka :
Dalam demo yang digelar Senin kemarin, para militan dari Brigade Salah al-Deen al-Nasser—sayap bersenjata Komite Perlawanan Rakyat Palestina—melambaikan berbagai senjata termasuk pedang dan kapak di Rafah selatan, Jalur Gaza.
Demo itu berlangsung di tengah ketegangan yang memanas antara warga Palestina dan pasukan Israel dalam beberapa pekan terakhir baik di Yerusalem maupun di Tepi Barat. Sejumlah demonstran Palestina menyalahkan Inggris dan AS secara langsung atas konflik di wilayah itu yang dikhawatirkan akan memicu “Intifada Ketiga”.
Deklrarasi Balfour sejatinya diambil dari nama Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour yang menulis surat tertanggal 2 November 1917 kepada dua pemimpin komunitas Yahudi Inggris Walter Rothschild dan Baron Rothschild. Surat itu berisi dukungan Inggris atas pembentukan tanah air warga Yahudi di wilayah Palestina.
Dalam surat itu, Balfour menyatakan bahwa Pemerintah Inggris berjanji mendukung “pendirian rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di jantung Palestina”. Syarat dukungan itu adalah tidak ada yang dirugikan terhadap hak-hak sipil dan agama warga non-Yahudi yang ada di Palestina.
Namun, dalam praktiknya, pendirian tanah air Yahudi di wilayah Palestina itu telah menyengsarakan rakyat Palestina hingga sekarang.
Sejarawan dari Universitas Oxford, Profesor Avi Shlaim, mengkritik tercetusnya deklarasi itu. ”Konsekuensi mendalam dan meluas, dan dampaknya pada sejarah berikutnya dari Timur Tengah itu tidak kurang dari revolusioner,” katanya mengacu pada dampak Deklarasi Balfour, seperti dikutip Daily Mail, semalam.
”Ini benar-benar mengubah posisi gerakan Zionis pemula vis-à-vis orang Arab Palestina, dan itu memberikan payung pelindung yang memungkinkan bagi kaum Zionis untuk melanjutkan hingga tujuan akhir mereka mendirikan sebuah negara Yahudi di Palestina yang merdeka,” lanjut Shlaim.
”Jarang dalam sejarah Kerajaan Inggris memiliki dokumen pendek yang dibuat dengan konsekuensi yang jauh,” imbuh dia mengkritik dukungan Inggris dalam deklarasi itu.
Sebelum Deklarasi Balfour, pada tahun 1916, Inggris mencapai kesepakatan rahasia dengan Prancis dalam sebuah perjanjian bernama “Sykes-Picot”. Perjanjian itu menyepakati pembagian Timur Tengah dalam pengaruh sekutu.
Sedangkan status Palestina saat itu berada di bawah kontrol internasional. Setelah bertahun-tahun Israel menduduki wilayah Palestina dengan dukungan Deklarasi Balfour, Israel memproklamirkan hari Kemerdekaan pada tahun 1948.