Gambar: Ilustrasi |
Oleh: Siti Masliha, S.Pd,
(Aktivis Muslimah Peduli Generasi)
Mediaoposisi.com-Publik kembali dihebohkan dengan pernyataan ketua umum PBNU Said Aqil Sirajd (SAS). SAS menyampaikan pidatonya pada acara harlah ke 73 muslimat NU. Pernyataan SAS yang menimbulkan kontroversi adalah, "imam masjid, khatib, KUA harus dari
NU selain NU semua salah".
Pernyataan SAS tersebut menimbulkan reaksi, salah satunya adalah Sekjen MUI sekaligus
tokoh Muhammadiyah Anwar Abbas. Anwar meminta ketum PBNU tersebut menarik ucapannya. SAS menolak permintaan Anwar karena menurutnya NU tidak berada dibawah struktural kepengurusan MUI. SAS mengatakan, "bahwa NU tidak dibawah MUI, jadi saya bebas mengatakan apa saja".
Sebelumnya, Anwar Abbas menyesalkan pernyataan SAS. Anwar menilai pernyataan
tersebut tidak mencerminkan akal sehat dan patut disesalkan. Anwar pun meminta SAS untuk menarik kembali pernyataannya karena akan mengancam persatuan dan kesatuan umat. (Detik.com 28/1/19).
Dari apa yang disampaikan oleh SAS, penulis mencium aroma "ashabiyah". SAS menganggap, NU yang paling benar dari kelompok lain. Seharusnya kebenaran bukan bersumber dari kelompoknya, tapi kebenaran bersumber pada Alquran. Ketika kelompok kita salah atau tidak sesuai Alquran, maka itu salah dan harus kita tinggalkan. Ketika kelompok itu benar atau sesuai dengan Alquran, maka kita ikuti.
Ashabiyah (fanatisme golongan) adalah ikatan kelompok berdasar golongan, keturunan maupun yang lain. Nasionalisme, kesukuan, golongan, kedaerahan, jamaah, partai, madzhab, dan lainnya termasuk dalam makna ashabiyah.
Hanya saja larangan atau keharaman ikatan ashabiyah itu bukan berarti tidak boleh
mencintai suku, daerah, jamaah, kelompok, golongan, madzhab. Ikatan tersebut
maknanya adalah, “tidak boleh atau haram menjadikan ikatan ashabiyah itu di atas segalanya”. Ashabiyah menimbulkan sikap fanatis berlebihan di atas kebenaran, di atas ikatan Islam dan keimanan, serta di atas ukhuwah islamiyah.
Oleh karena itu, dalam Islam tidak ada istilah, "mau benar atau salah yang penting negara
saya, kelompok saya, madzhab saya, golongan saya”. Sikap ashabiyah harus ditinggalkan sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Sikap ashabiyah bisa menimbulkan berbagai persoalan besar di tengah umat. Ashabiyah bisa
membuat seseorang menolak kebenaran, merendahkan sesama manusia, serta pihak lain.
Ashabiyah bisa merusak ukhuwah islamiyah. Bahkan ashabiyah bisa menyebabkan sikap
persekusi antar pihak, baik individu maupun kelompok.
Bahkan lebih dari itu, ashabiyah bisa membuat kelompok bahkan bangsa saling menyerang tanpa alasan yang dibenarkan. Akibatnya, ashabiyah menuntun kepada kehidupan jahiliyah.
Ikatan Hakiki
Itulah kejamnya ikatakan ashabiyah. Ikatan yang bisa membahayakan bangsa dan negara. Dalam ikatan ini, "kanibalisme" halal dilakukan yang penting membela mati-matian kelompok atau golongannya.
Lantas, kemana kita harus berlabuh? Jawabannya hanya satu. Kita wajib berlabuh pada ikatan Ideologi Islam. Ikatan tersebut jelas bersumber dari keimanan (aqidah).
Ikatan Ideologi Islam adalah ikatan yang dibentuk dari proses berfikir yang melahirkan peraturan hidup yang menyeluruh. Ikatan ini hanya memandang aqidah bukan yang lain.
Perbedaan bangsa, kelompok, warna kulit, ras, kakayaan, kepentingan, bukanlah persoalan.
Perbedaan tersebut bertujuan agar dapat saling menghargai antara satu dengan pihak lainnya. Ikatan ini telah nyata menyatukan kaum muslimin. Islam telah berkuasa selama 1300 tahun (13 abad). Tidak ada sekat-sekat nasionalisme dalam ikatan ini. [MO/re]