Oleh: Mira Susanti
(Aliansi Penulis Perempuan Untuk Generasi)
Mediaoposisi.com-Kekhawatiran rezim yang berkuasa saat ini terhadap bahaya radikalisme semakin tak terbendung. Berbagai upayapun terus dilakukan agar semangat kebangsaan generasi bangsa ini tak tergerus oleh paham-paham yang dianggap sebagai ancaman. Salah satu upayanya adalah penghidupan kembali mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) di dunia pendidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengklaim wacana penghidupan kembali mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP), adalah bagian dari Nawa Cita. (CNNIndonesia.Com). Dengan dalih bahwa salah satu Nawa Cita yaitu Revolusi mental, disaat semangat pancasila itu seiring waktu mulai memudar.
Mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) sendiri sudah diajarkan sejak tahun 1975. Namun, mata pelajaran PMP diubah lagi pada tahun 1994 menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), dan pada masa Reformasi PPKn diubah menjadi PKn dengan menghilangkan kata Pancasila.
Lantas dengan penghidupan kembali PMP apakah bisa menjadi solusi bagi permasalahan negeri ini?. Adakah lebih baiknya Kemendikbud harus mengkaji ulang nilai pancasila sebagai sebuah ideologi?. Bisa jadi kesalahpahaman memaknai sebuah ideologi menjadikan bangsa ini abai terhadap tugas dan fungsinya. Pertanyaannya apakah Pancasila itu Ideologi atau Bukan?.
Hakikatnya sebuah ideologi harus memenuhi dua hal berikut: pertama, jika pemikiran yang dianut oleh ideologi tersebut bisa merubah pemikiran dasar yang di jadikan keyakinan (aqidah). Kedua, jika pemikiran tersebut mampu melahirkan pemikiran yang lainnya berupa aturan dalam seluruh aspek kehidupan. Pada kenyataannya ideologi pancasila yang dianut oleh bangsa ini tidak satu pun yang sesuai dengan kelima sila tersebut. Sebagai bukti sila pertama "Ketuhanan yang Maha Esa" dimana mengakui tuhan yang berhak disembah itu Esa/satu.
Namun itu tidak dijadikan sebagai dasar negara,bahkan kedudukan Agama islam di sejajarkan dengan agama lain. Aturan yang lahir tidak berasal dari Allah SWT akan tetapi menjadikan kedaulatannya berada ditangan rakyat. Tak heran timbulnya berbagai konflik ditengah-tengah masyarakat di sebabkan ketidak sinkronan antara pemikiran dengan perbuatan.
Ideologi di dunia hanya ada tiga yaitu Kapitalis asas dasarnya adalah sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan/negara). Kedua Sosialis Komunis asas dasarnya Materialisme (menjadikan materi sumber segalanya).
Ketiga ideologi Islam asas dasarnya adalah Aqidah Islam yang menjadi Pencipta Allah SWT sebagai pengaturan. Saat ini justru yang berkuasa adalah ideologi kapitalis sekuler yang menjauhkan peran agama dalam kehidupan baik berbangsa maupun bernegara. Memandang segala sesuatunya dengan sudut pandang besar atau kecilnya manfaat tanpa takut dosa. Tabiatnya sebuah ideologi memiliki daya pikat tersendiri dalam ranah kehidupan karena ia memenuhi syarat layak sebuah ideologi.
Oleh sebab itu wajar akhirnya dalam sistem sekuler saat ini ajaran islam merupakan ancaman nyata bagi para kapitalis dunia. Terus menerus mencari-cari kesalahannya serta perlabelan yang sangat menghinakan,dengan tujuan agar umat islam menjauhkan ajaran islam apalagi mereka yang berupaya sungguh-sungguh mengembalikan kehidupan islam dalam ranah kehidupan. Karena pada dasarnya para pengusung ideologi kapitalis mereka sangat paham betul siapa musuh mereka dan bagaimana cara menghancurkan mereka.
Oleh sebab itu umat islam tidak boleh lengah sedikitpun dari cara musuh dalam menjauhkan kita dari ajaran islam yang berasal dari Allah SWT. Karena sesungguhnya perlabelan terhadap umat saat ini seperti radikalisme,terorisme,inteloran, dsb adalah bentuk ketakutan mereka terhadap kebangkitan islam. Jadi upaya untuk mengembalikan PMP untuk menjaga spirit kebangsaan adalah kedok penjajahan yang sejatinya tidak ada makna selain mempertahankan hegemoni mereka di negeri ini.[MO/sr]