Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan ekonomi Indonesia masih belum bisa berlari cepat meski perekonomian dalam kondisi baik. Menurut dia, kecepatan pertumbuhan ekonomi masih terhambat banyaknya masalah di lapangan.
Jokowi menuturkan kondisi ekonomi yang prima terlihat dari stabilitas moneter dan fiskal yang baik. Dari pasar modal, IHSG tercatat bergerak naik. "Neraca perdagangan pun surplus dan cadangan devisa meningkat," kata dia dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2018, di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis, 18 Januari 2018.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga mencatat kenaikan peringkat kemudahan berusaha dari posisi 120 di 2014 menjadi 72 di 2017. Belum lagi kenaikan peringkat investasi dari lembaga-lembaga pemeringkat dunia.
Jokowi mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia ibarat tubuh manusia yang sehat. "Orang itu tidak ada kolesterol, jantungnya baik, livernya baik, ginjalnya baik, asam urat enggak ada. Ya dikit-dikit pernah masuk angin. Tapi kenapa kita tidak bisa lari cepat?" ujarnya di Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2018 di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis, 18 Januari 2018.
Pertemuan tersebut dihadiri sejumlah pejabat seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri PPN Bambang Brodjonegoro, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Menteri Sekretariat Negara Pramono Anung. Hadur pula Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dan Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo.
Menurut Jokowi, kecepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terhambat masalah di lapangan. Salah satunya terkait dengan penyaluran kredit di sektor keuangan.
Berdasarkan data OJK, Jokowi mencatat ada kapasitas kredit senilai Rp 640 triliun. Ketersediaan likuiditas juga mencapai Rp 626 triliun saat ini. Namun pertumbuhan kredit perbankan pada 2017 tumbuh 8,3 persen atau lebih rendah dari target di kisaran 10-12 persen.
Jokowi mengatakan, sikap hati-hati dari perbankan memang diperlukan saat hendak memberikan kredit. Namun dia menilai kondisi prima ekonomi seharusnya membuat pelaku optimistis. "Jangan sampai optimisme itu hilang gara-gara isu yang bertebaran banyak di media sosial. Kalah sama isu," ujarnya.
Dengan kondisi ekonomi yang sehat dan diakui dunia, Jokowi mengatakan pilihan untuk berlari cepat atau santai saat ini berada di tangan pemerintah. "Pilihannya kita ingin jalan santai atau cepat dan lari kencang untuk memacu pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya agar kita bisa cepat menyerap pengangguran, menekan angka kemiskinan, dan mengatasi ketimpangan yang ada," ujarnya.
Tempo