Oleh: Ahmad Rizal - Dir. Indonesia Justice Monitor
Sikap pragmatis parpol menimbulkan kebingungan di masyarakat. Bagaimana tidak? di satu waktu, beberapa parpol bersikap tegas untuk menolak tanpa syarat atas terbitnya Perppu Ormas. Sesaat, masyarakat merasa ada harapan dari parpol-parpol tersebut. Masyarakat merasa masih ada parpol-parpol yang memikirkan nasib mereka, utamanya umat Islam.
Pada waktu lain, bagai mendengar suara 'bledek' di tengah cuaca panas. Masyarakat, khususnya umat Islam dibuat kaget dan dilanda kekecewaan. Justru dalam kontestasi pilkada di beberapa daerah parpol-parpol yang dinilai membawa harapan sebelumnya tampil berkoalisi, saling bahu membahu bersama parpol pendukung Perppu Ormas.
Kebingungan publik mempertanyakan, "Sebenarnya dimana posisi parpol-parpol itu? Di pihak umat Islam (sebagai warga mayoritas) ataukah di pihak mereka yang secara terang-terangan memusuhi umat Islam?". Ketidakjelasan keberpihakan ini berpotensi memunculkan apatisme publik terhadap proses perjalanan politik negeri ini. Umat Islam merasa tak lagi ada yang bisa diharapkan dari para parpol. Tidaklah berlebihan apabila umat Islam menilai bahwa seluruh parpol hanya mengutamakan kepentingannya sendiri, dan sangat jauh dari (walau sekedar) memikirkan kepentingan rakyat.
Sungguh, tidak bisa dibayangkan, bagaimana jadinya suatu negara diisi oleh rakyat yang apatis, serta para penguasa yang pragmatis? Di sisi lain, ancaman ideologis kian menggerogoti sendi-sendi negara. Ancaman ideologis itu begitu nyata hingga mampu mengintervensi kebijakan negara. Akibatnya, negara semakin lemah dan keropos, sedangkan sikap rakyat yang apatis dan penguasanya yang pragmatis tak akan pernah menemukan solusi untuk menangkal berbagai ancaman. Bagaimana negeri ini akan menjalani masa depannya? Bahkan pertanyaan yang jauh lebih dalam, masihkah negeri ini memiliki masa depan?
Di sinilah mungkin, Allah SWT ingin menunjukkan kuasaNya kepada umat Islam sebagai warga mayoritas di negeri ini. Adanya gerakan umat Islam beberapa waktu lalu menjadi semacam "sentilan" kecil bagi umat Islam. Bahwa kekuatan akidah Islam yang selama ini tersimpan dalam dada-dada orang-orang beriman memiliki energi yang dahsyat apabila energi tersebut dikeluarkan dari tempat "persemayamannya". Ini merupakan harapan alternatif. Apakah umat Islam menyadarinya? Tentu wajib!
Selama ini umat Islam selalu terjebak pada jebakan-jebakan politik. Umat Islam selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan settingan yang semuanya bermuara pada keberlangsungan kekuasaan 'Penguasa Kegelapan'. Umat Islam selama ini belum pernah berinisiasi untuk memilih pilihannya sendiri secara bebas tanpa campur tangan mereka yang berambisi untuk berkuasa. Atau bahkan membuat sistem tersendiri tanpa mengikuti sistem dan regulasi yang mereka buat.
Saat inilah kesempatan bagi umat Islam untuk membentuk poros politik tersendiri yang lebih ideologis dan revolusioner. Menapaki suatu jalan politik yang berlandaskan pada keyakinan mereka secara murni dan penuh keikhlasan. Tentu dengan visi yang jelas dan misi yang berpijak pada norma agama agar tidak terkontaminasi oleh pemikiran lain yang destruktif. Dengan cara-cara smart, tidak anarkis, tidak berdarah-darah, apalagi penuh kecurangan. Untuk apa semua itu? Tentu saja untuk menjebol, merobohkan, dan meruntuhkan kekuasaan 'Penguasa Kegelapan'.
Tentu saja untuk hal-hal di atas meninggalkan sebuah pertanyaan, "Mau?" [IJM]