Kritikan Pedas Mantan Wartawan Media Grup atas Penghargaan Kemenag kepada Metro TV
Opini Bangsa - Penghargaan Apresiasi Pendidikan Islam kepada Metro TV oleh Kementerian Agama menuai kritik tajam dari banyak pihak. Salah satunya dari wartawan senior Edy A Effendi.
Mantan jurnalis Media Grup yang kini menjadi dosen di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Ciputat itu menulis kritikan pedasnya dalam akun facebooknya: Effendi yang merupakan cuitan dia di akun twitternya @eae18. Berikut isinya:
Penghargaan Apresiasi Pendidikan Islam ke Metro, memang hak @Kemenag_RI @lukmansaifuddin tapi fokusnya frekeunsei penyiaran berita-berita Islam dan jumlah konten siaran Islam, ini juga bermasalah.
Yang lucu, selain Metro TV, Media Indonesia juga dapat Penghargaan Apresiasi Islam (API). Republika dapat juga untuk satu kategori. Jangan terlalu terlihat ngawurnya.
Mau didekati dengan teori apa? Studi kajian media, teori resepsi pembaca atau komunikasi massa? Ayoo. Minimal pengalaman saya bertahun-tahun kerja di media massa dan studi pada kajian media, bisa beri bekal untuk bicara soal ini. @Kemenag_RI @lukmansaifuddin
Ini teori dasar banget tentang "Reception Theory": "Lots of factors could affect whether we take the dominant, oppositional or negotiated reading". Teori dasar ini bisa jadi cara kita membaca terkait penghargaan API kemenag.RI
Ini teori dasar banget soal Reception Theory (Stuart Hall). Reception theory states that media texts are encoded by the producer - they are loaded with values and messages. Dari sini harusnya @Kemenag_RI peka.
Teori itu bisa dipadukan dalam konteks ini. Ingat sejak Metro TV berdiri hingga sampai detik ini, pemimpin redaksi selalu dari kalangan non Muslim. Ini memang hak SP dan para penentu kebijakan Metro TV. Tapi dalam kerja media, elit redaksi akan menentukan arus pemberitaan. @Kemenag_RI @lukmansaifuddin
Alm Maftuch Basyuni, pernah tak mau dipanggil ke studio Metro TV dan tak mau diwawancari karena pemberitaannya selalu menyudutkan @Kemenag_RI dan Islam. Pak Maftuch orangnya punya sikap. Tak takut, tak populer.
Susahnya Menag @lukmansaifuddin ini anti kritik. Tapi seolah-olah di temlen selalu menerima kritik dari siapapun. Sudah berkali-kali menag kurang hati-hati dalam menguar persoalan. Tapi tak mau #MawasDiri kemenag.RI
Saya tak peduli kerja di UIN Jakarta di bawah naungan Kemenag. Kritik ya kritik saja. Kalau salah, ya salah. Kalau benar ya kita puji kinerja @Kemenag_RI @lukmansaifuddin. Gak perlu takut kritik pejabat.
Jangan selalu mendengar dari orang-orang sekubu saja. Orang-orang yang pro penguasa, didengar. Yang kontra, diabaikan dan dianggap remeh. Ini penyakit. @Kemenag_RI @lukmansaifuddin. [opinibangsa.info / wjd]