Sang Sanggala!
Perkenalkan, namanya Hikma Sanggala, mahasiswa IAIN Kendari. Saya bertemu dengannya salah satunya saat mengisi di Kendari beberapa waktu silam. Anaknya semangat, jiwanya pemberani, pendiriannya teguh.
Jiwanya yang terlanjur membara dengan islam itu, memberanikan diri membuat video dukungan aksi bela islam 299. Dilalah, jas almamater kampusnya yang bertulis IAIN itu, ternyata "ngeri" dengan video itu. Wajarlah, institutnya tak berani menyampaikan islam yang kaffah yang terselip dalam kepanjangan nama lembaga itu.
Melalui surat tertanggal 5 Oktober 2017 itu, skorsing resmi dijatuhkan kepadanya. Apakah dia berhenti untuk mewacanakan islam? Saya rasa, Hikma adalah salah satu dari sedikit mahasiswa yang idealis yang sulit dibungkam hanya dengan skorsing 1 semester yang diterimanya. Hikma, dan sejumlah aktivis BEM yang juga diciderai oleh keadilan itu, adalah para pemberani.
Di kampusnya, Hikma tak sendirian. Ada 5 sahabatnya juga yang kena kasus demikian. Ujian itu telah membuktikan, bahwa Hikma, berusaha mentalak tiga dunia ini. Ia berani jual beli dengan Allah SWT bukan dengan harga yang murah. Pertaruhan idealis seorang anak muda islam, berjaket mahasiswa dan lantang bicara kebenaran.
Pada aksi 2410 kemarin, jauh dari Kendari, beliau nekat datang ke Jakarta. Berdiri di atas podium, sembari menyatakan diri, bahwa "KAMI TIDAK TAKUT!". Ya sesungguhnya pihak REKTORAT IAIN Kendari lah yang KALAH telak. Argumennya termentahkan, persekusi dilakukan. Wajarlah, intelektual yang kalah dengan jiwa idealis anak muda islam.
Wahai Rektor seluruh Indonesia, adakah mahasiswa-mahasiswa anda adalah pecundang belaka? yang duduk terdiam, tanpa mengkiritisi setiap argumen intelektual yang ada. Bersiaplah, kita akan sambut masa di mana Warga Indonesia menjadi babu di negeri sendiri!
Apa yang dilakukan oleh aktivis-aktivis BEM SI, Aktivis Gema Pembebasan dan Aktivis Mahasiswa lainnya yang kritis, mereka sesungguhnya tengah memainkan politik masa depan mereka! Sebab, mereka belajar dari perihnya hidup, melemparkan bara api kebenaran ditengah-tengah bungkamnya suara perubahan!
KERJA! KERJA! KERJA! Tak akan mendapatkan esensi penuh arti, sebab daya kritis dan kreatif tiada. Maka, lahirlah jiwa pekerja yang mengejar dunia, dan mengabaikan kebenaran dan amal urusan akhirat dikesampingkan.
Terima kasih mas Sanggala atas kesan dan pesan perjuanganmu yang penuh makna!
Akhukum,
Sumber
Rizqi Awal,
Anggota Perisai Alumni Dakwah Kampus Indonesia