Persatuan Ulama Muslim Se-Dunia Minta Saudi Bebaskan Ulama yang Ditangkap
Berita Islam 24H - Persatuan Ulama Muslim Dunia atau International Union of Muslim Scholars (IUMS) , badan yang bermarkas di Doha, mengecam penangkapan puluhan ulama di Arab Saudi, dan mendesak Raja Salman bin Abdulaziz untuk pembebasan mereka, lapor Aljazeera pada Rabu 13 September 2017.
Syeikh Salman al-Audah, seorang penceramah Muslim terkemuka dan anggota dewan pengawas IUMS, dan lebih dari 20 orang lainnya ditangkap pada hari Ahad, menurut berbagai postingan di media sosial.
IUMS mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin bahwa para ulama itu “seharusnya tidak digunakan sebagai pion dalam perselisihan politik”, merujuk pada krisis antara Qatar dan empat negara Arab lain – Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir.
“Terkait krisis [dengan] negara anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC), Syeikh Audah tidak melakukan apa-apa melainkan seruan untuk bersatu antara negara-negara bersaudara ini,” pernyataan itu terbaca, ditambahkan pula bahwa ciutan terakhirnya menyeru anggota-anggota GCC untuk “datang bersama-sama demi rakyat mereka”.
IUMS merupakan sebuah organisasi ulama Islam yang dikepalai oleh Syeikh Dr Yusuf al-Qaradhawi dan bermarkas di Qatar.
Sekitar 90.000 ulama Muslim terhubung dengan persatuan itu.
Ali al-Qaradaghi, sekjem IUMS, dikutip dalam dokumen yang mengatakan bahwa Syeikh al Audah dikenal karena “posisinya yang moderat”.
Meski demikian, Arab Saudi belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait laporan adanya penangkapan puluhan ulama tersebut.
Penangkapan pada Ahad itu terungkap di twitter setelah Khalid bin Fahd al-Audah mengatakan diciutannya bahwa otoritas Saudi telah menangkap saudara laki-lakinya, Syeikh Salman al Audah.
Dia tidak menguraikan waktu penangkapan atau kemungkinan alasan dibalik itu.
Namun hari Senin, para aktivis melaporkan di media sosial bahwa otoritas Saudi telah menangkap lebih dari 20 ulama dan penceramah Muslim tanpa mengungkapkan alasan penangkapan.
Bersama Audah, mereka yang ditahan termasuk ulama terkemuka Saudi, Aaidh al-Qarni dan Ali al-Omari.
Para aktivis hari Selasa mengatakan Arab Saudi telah menahan puluhan ulama dan merupakan bagian dari ‘operasi keamanan’.
Para aktivis, yang mendedikasikan diri untuk memantau dan mendokumentasikan apa yang mereka sebut sebagai “tahanan hati nurani”, melaporkan di sosial media bahwa setidaknya delapan tokoh terkemuka, termasuk ulama, akademisi, presenter televisi dan penyair, telah “dipastikan” ditahan sejak Senin.
“[Salman] Al-Audah, [Aaidh] al-Qarni, Farhan al-Malki dan Mostafa Hassan [dipastikan],” kata Yahya al-Assiri, kepala pegiat hak asasi manusia Saudi, Human Rights Situation in Saudi Arabia (ALQST), merujuk pada empat orang yang mereka laporkan telah ditahan.
“Sisanya juga benar, tetapi Saya tidak mempunyai informasi spesifik apapun.”
Pihak Saudi belum bisa dimintai komentar terkait penangkapan itu.
Seorang sumber di keamanan Saudi mengatakan pada kantor berita Reuters bahwa para tersangka dituduh melakukan “aktivitas mata-mata dan berhubungan dengan entitas eksternal termasuk Ikhwanul Muslimin”, dimana menjadi gerakan terlarang di Arab Saudi.
Krisis Teluk yang berhubungan dengan penangkapan itu bermula pada 5 Juni ketika empat Negara Arab (Arab Saudi, UEA, Bahrain dan Mesir) memutuskan hubungan diplomatik dan ekonomis dengan Qatar, menuduh negara itu mendukung “ekstrimis”, meski Qatar berkali-kali menyangkal.
Tak cukup itu, empat negara itu menjatuhkan blokade udara, darat dan laut atas Qatar sebelum menyerahkan sebuah daftar berisi 13 permintaan pada Doha.
Langkah itu dilihat oleh Qatar sebagai serangan langsung terhadap kedaulatannya. [beritaislam24h.info / htl]