Gambar: Ilustrasi |
Oleh: Sahara
(Aktivis Dakwah dan Pemerhati Sosial)
Mediaoposisi.com-“Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan ku guncangkan dunia. Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia.” Salah satu petikkan kalimat yang pernah dilontarkan oleh bapak presiden pertama kita Ir. Soekarno. Sampai saat ini, masih terngiang-ngiang dibenak pemikiran kita.
Kalimat tersebut membuktikan bahwasannya anak muda merupakan agen perubahan yang memiliki kekuatan dan semangat juang yang besar untuk memerdekakan bangsa. Mereka memiliki kiprah besar demi perubahan dan kejayaan umat.
Namun timbul pertanyaan besar, sebenarnya pemuda seperti apa yang bisa membawa perubahan besar itu? Sebab, remaja saat ini sangat sulit untuk dikatakan sebagai generasi penerus bangsa. Jauh panggang dari api, peribahasa yang tepat untuk menggambarkan perilaku remaja saat ini. Gaya hidup Hedonis, ingin melalukan apapun, serta bebas tanpa batas. Hingga tak sedikit dari mereka yang terjerumus dalam lembah kemaksiatan.
Belasan anak di bawah umur asal Kampung Cipeuteuy, Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut Kota, mengalami ketagihan seks tak lazim. Mereka melakukan adegan syur layaknya penyuka sesama jenis setelah menonton video porno. (Viva.com)
Kapolres Garut, AKBP Budi Satria Wiguna mengatakan, ada beberapa orangtua anak yang menjadi korban melapor ke Polres Garut. Hingga saat ini, Polres Garut masih terus meminta keterangan sejumlah saksi.
"Info awalnya seperti itu, kami mohon waktu dua hari akan kami ungkap," kata Budi.
Ada dua orang saksi yang saat ini masih dimintai keterangan untuk mendalami kronologi kejadian tersebut. Kedua saksi tersebut, Syarif Ahmad selaku ketua RW dan orangtua salah satu korban anak.
"Sementara dua dulu, nanti kita akan panggil saksi lainnya kalau dianggap masih kurang," kata Kasatreskrim Polres Garut AKP Maradona Armin Mappaseng.
Selain kasus diatas, Mantan kepala sekolah di Kabupaten Soppeng, Sulsel, MT ditangkap polisi. MT yang kini bekerja di Dinas Pendidikan Soppeng, diduga telah mencabuli 14 anak. (Detik.com)
"Dari hasil Laporan yang kami terima, sudah ada 14 anak berstatus pelajar yang diduga dilecehkan oleh Oknum Kepala Sekolah di sekolah tempat pelaku menjabat sebagai Kepala Sekolah. Namun kini MT bertugas di Dinas Pendidikan Kabupaten Soppeng," Kata Kasat Reskrim Polres Soppeng, AKP Rujiyanto Dwi Poernama, kepada detikcom, Minggu (14/4/2019).
Saat ditangkap, oknum kepala sekolah dasar yang diduga melakukan pencabulan terhadap 14 siswinya tidak melakukan perlawanan. Team Kalong Polres Soppeng, dipimpin IPDA Bagas, menangkap MT saat lagi bertugas di kantornya.
Dari hasil keterangan sejumlah saksi, MT selalu mengancam korbannya jika tak mau menuruti nafsu bejatnya. MT mengancam akan mengeluarkan siswi itu.
"Kemudian, pelaku mengancam korban akan dikeluarkan dari sekolah jika menceritakan apa yang dialaminya," Tutur Rujianto.
Penuturan informasi dari banyak redaksi pemberitaan tentang kasus remaja, sungguh teramat sangat mengiris hati. Pasalnya, dari hari ke hari, berita kerusakan moral dan pelecehan remaja semakin bertambah dibandingkan dengan berita tentang sejumlah prestasi yang telah ditorehkan. Lantas apakah kita harus berdiam diri? Tentu jawabannya adalah tidak.
Tapi dengan apa harus kita perbaiki? Sementara, ketika kita hanya memperbaiki dari aspek individunya, kemungkinan untuk dapat membawa perubahan akhlak dan moral remaja menjadi sangat sulit. Di sisi lain, negara justu memfasilitasi kerusakan yang ada.
Contoh di ranah Media sosial, mudahnya remaja mengakses video adegan tak senonoh serta mendownload aplikasi game yang mengandung unsur kekerasan dan seksualitas, lalu negara tetap diam, seperti tak memiliki kuasa untuk mencegahnya. Justru, sikap yang tercermin adalah sikap membiarkan dan menganggap ini adalah bentuk dari kemajuan perindustrian digital.
Di saat masyarakat ramai menolak LGBT, pemerintah justru menganggap ini adalah hak para pelaku LGBT yang dilindungi oleh HAM. Lantas masyarakat harus berbuat apa? Kebijakan penguasa yang timpang tindih dan plin-plan justru semakin memperkeruh masalah. Bukannya memberi soulsi dan meminimalisir masalah justru malah semakin menambah masalah.
Hal yang diungkapkan di atas merupakan hal yang wajar sebab sistem yang digunakan untuk menjalankan roda pemerintahan bukanlah sistem Islam. Sistem Kapitalisme-lah yang sedang kuat bercokol di tiap negara. Kapitalisme ialah sistem buatan manusia, yang pondasi dasarnya, dibangun oleh sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan). Padahal, manusia itu memiliki keterbatasan.
Jadi, wajar ketika hukum buatan manusia itu pasti pada menimbulkan banyak masalah. Ditambah lagi, kedaulatan yang diterapkan dalam sistem kapitalisme ini ada di tangan rakyat yang disimpulkan dengan kebebasan individu (liberalisme). Bebas beragama, bebas memilih jalan dan mengatur hidupnya. Dan kebebasan lainnya.
Liberalisme ini telah dihembuskan sejak lama dalam pemikiran umat melalui aspek fun, food, dan fashion. Yang tujuan akhirnya adalah meraih keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan dampak buruk yang akan terjadi. Jika sudah seperti ini, wajar terjadi banyak kerusakan. Jelas, liberalisme ini adalah biang penyakit yang harus diberantas.
Islam adalah solusi untuk seluruh problematika umat termasuk pengembalian akhlak dan moral generasi yang hilang tersapu badai liberalisme. Dalam Islam, hukum qaidah suatu benda adalah mubah selama tidak ada dalil yang mengharamkannya. Termasuk di dalamnya kemajuan teknologi, selama tidak mengandung hadharah selain Islam akan tetap di fasilitasi. Bahkan, dalam kurikulum Islam dan sistem pendidikan Islam, telah jelas pengoptimalan potensi pelajar dan bagaimana pelajar bisa senang dan bahagia dalam belajar karena tidak ada tekanan apapun dari sekolah.
Terlebih, mereka difasilitasi tempat tinggal, fasilitas pembelajaran gratis, dan mereka diberi uang saku oleh khilafah Islam. Dan telah terbukti selama 14 abad, karya ilmuwan Islam-lah yang banyak berkontribusi hingga detik ini.
Industri games adalah bagian kecil pengaturan dari sistem Islam. Telah nampak kesempurnaan
Islam dalam mengatur seluruh aspek kehidupan. Islam akan memberi pengaturan yang akan
menjaga fitrah para pelajar dan menjaganya sehingga tidak akan melalaikan diri mereka dari
melaksanakan kewajiban sebagai seorang hamba Allah Subhanahu wa ta`ala dan ikut
berkontribusi dalam memajukan peradaban Islam.
Sistem pendidikan dalam khilafah Islam adalah sistem pendidikan yang berkualitas dan mengembangkan potensi para pelajarnya. Inilah solusi hakiki yang yang akan mengantarkan generasi kuat, cerdas, berkepribadian Islam yang utuh, terdepan, dan mampu memimpin bangsa-bangsa lainnya. Tak ada lagi generasi yang meninggikan satu bidang dengan meninggalkan bidang yang lainnya. Semua berjalan beriringan sesuai dengan kaidah syara`.
Saatnya umat sadar dan bangkit bahwa tidak ada lagi obat yang lebih ampuh untuk menyembuhkan generasi yang cacat moral selain Islam. Hanya Islam lah satu-satunya solusi hidup dan semua akan terwujud dengan penerapan Syariat Islam secara kaffah dengan menegakkan Khilafah Islam. Khilafah ala Minhaji Nubuwwah. [MO/ms]