-->

Ramah, Bukan Pada Penjajah

Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat
Advertisemen

Oleh : Noor Jannatun Ratnawati, S.Kom.I
( Member WCWH)

Mediaoposisi.com-Masih hangat di awal Juni lalu, saat umat Islam bermasyhuk mengisi bulan Ramadhan,  kita dibuat terhenyak. Yahya Cholil Staquf (YCT), yang menjabat sebagai Wantimpres, sekaligus sebagai pengurus pusat sebuah Ormas terbesar di Indonesia,  duduk bersama memenuhi undangan Israel.

YCT hadir pada Forum American Jewish Committee (AJC) yang dihelat pada tanggal 10-13 Juni  lalu. Padahal, Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Artinya, sebagai bentuk penegasan sikap Indonesia tidak mengakui keberadaan negara Israel yang menduduki tanah rakyat Palestina.

Jelas tindakan ini seperti menabur garam ke atas luka Palestina. Beberapa hari sebelumnya,  dunia masih ngilu menyaksikan kebrutalan sniper Israel yang menembak relawan medis Razan Najjar hingga menyebabkan ia wafat.

Razan tertembak saat akan melakukan evakuasi korban aksi demonstrasi Gaza yang berlangsung sejak Trump mengumumkan pengakuan atas Yerusalem sebagai Ibukota Israel.

Hamas yang selama ini menjadi front perjuangan per dan lawanan terhadap Israel, pun lekas membuat pernyataan resmi mengecam dan kecewa dengan hal itu. Warganet pun ramai dengan ragam komentar merespon kunjungan Tsaquf tersebut.

Sebagai pejabat negara, rupanya kepergian YCT tidaklah mewakili Indonesia. Hal itu telah dibantah langsung oleh Presiden. Demikian juga, pernyataan ketum ormas terkait membantah YCT mewakili organisasinya. YCT, dianggap menghadiri undangan sebagai atas nama pribadi.

Meski alasan kehadiran Yahya untuk mendukung Palestina, tak bisa dibantah justru moment itu menyakiti palestina dan umat Islam. 

Palestina Hingga Kini  
Konflik di Palestina sendiri telah berlangsung memakan kurun waktu hampir 70 tahun lamanya. Hingga hari ini, kondisi Palestina semakin suram. Palestina adalah gambaran perjuangan rakyat membela tanah yang menjadi haknya.

Lebih dari itu, palestina adalah tanah milik Umat Islam, sebagaimana yang telah ditegaskan oleh sultan terakhir Kekhilafahan Utsmani, Sultan Abdul Hamid II. Theodor Herzl, tokoh utama gerakan Zionisme yang menemui sultan kala itu harus pulang dengan tangan kosong dalam upaya membujuk sultan untuk memberikan tanah Palestina kepada Yahudi.

Namun pada kenyataannya, Yahudi dengan paksa berkuasa menduduki tanah Palestina dengan dukungan dari Inggris. Bahkan menemukan momentum dengan didirikannya negara Israel pada Mei 1948.

Sejak itu, penderitaan rakyat Palestina kian nyata disaksikan oleh seluruh mata dunia. Inilah kekejaman di abad ini, di mana rakyat Palestina harus terusir, tertindas, teraniaya, dan beragam bentuk kejahatan lainnya di tanah mereka sendiri. Meski dunia mengecam, Resolusi Dewan PBB berulang kali, tetap tak berefek pada tindakan brutal Israel.

Pun, hingga Ramadhan tahun ini, rakyat Palestina, terkhusus di Gaza, harus melewatinya dengan terus bertahan melakukan aksi protes. Pemicunya tak lain adalah pasca Trump mengumumkan pengakuan AS atas Yerusalem sebagai Ibukota Israel pada Rabu, 6 Desember tahun 2017.

Mengakhiri Duka Palestina
Palestina dahulu masuk dalam wilayah Syam, termasuk Libanon, Yordania, dan Suriah saat ini. Sejak masa Rasulullah, Syam telah memiliki keistimewaan bagi Umat Islam. Tak heran jika sepanjang masa kekuasaan Islam, berganti beberapa nama mashur sebagai pembebas Palestina dari Pasukan Salib.

Umar bin Khattab adalah orang pertama yang membebaskan Al Quds, Palestina, dan menyebutnya sebagai tanah waqaf Umat Islam. Setelah kemudian Palestina jatuh kembali ke Pasukan Salib, muncul sosok Nuruddin Zanki keturunan Bangsa Turki yang membebaskannya.

Selanjutnya muncul Shalahuddin Al-Ayyubi, panglima pembebas yang berhasil membuka kembali gerbang Al-Quds setelah sebelumnya jatuh kembali selama 88 tahun di bawah jajahan Pasukan Salib.

Keistimewaan Syam memang telah diberitakan dalam beberapa hadits, sebagaimana hadits dari Abdullah bin Hawwalah, Rasulullah bersabda :” Dimalam Isra", aku melihat tiang berwarna putih seperti mutiara, dibawa oleh para Malaikat. Aku bertanya, “ apa yang kalian bawa?”. Para Malaikat menjawab “ Tiang Islam, Kami diperintahkan untuk meletakkannya di Syam”.

Dalam riwayat lain Rasulullah bersabda: “ beruntunglah negeri Syam. Sahabat bertanya : mengapa? Jawab Nabi Saw : malaikat rahmat membentangkan sayapnya di atas negeri Syam.” ( HR. Imam Ahmad)

Palestina memang negeri dengan sejarah panjang. Di atas tanah Palestinalah Masjid Al-Aqsa berdiri di atas kompleks suci tiga agama ; Islam, Nasrani, dan Yahudi. Tiga kekuatan besar pernah menguasainya, Romawi, Bizantium, hingga kekuasaan Islam.

Tidak ada jalan untuk mengakhiri duka Palestina, kecuali Umat Islam kembali bangkit dengan kepemimpinan sistem Islamnya, yang dengan itu akan hadir kembali sosok pembebas Palestina yang telah lama hilang dari panggung sejarah.

Lalu hari ini, ketika Umat Islam berjuang mempertahankan tanah waqaf milik Umat Islam hingga telah terkorban banyak nyawa karenanya, janganlah menambah sakit umat dengan bersanding ramah bersama penjajah.[MO/sr]






 



Silahkan Bagikan Jika Bermanfaat

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
close