Dulu saya pernah mengira bahwa orang yang banyak bicara itu orang yang ramah, “grapyak” dan pintar. Tetapi pemahaman saya berubah ketika guru kehidupan saya berkata, “Orang yang menjawab setiap pertanyaan dan menceritakan semua yang dilihat dan didengar adalah kebodohan.”
Banyak bicara itu bisa mendatangkan kebaikan dan keburukan. Apa indikasi bahwa pembicaraan kita menambah kebaikan? Pertama, apabila pembicaraan itu menambah ilmu dan hikmah bagi lawan bicara kita. Ilmu yang menambah kebaikan baginya bukan sekedar informasi yang tiada berguna. Apalagi gosip tentang perilaku seseorang.
Kedua, memberikan inspirasi dan solusi. Betapa banyak orang duduk bersama, bicara begitu banyak namun tidak menghasilkan apa-apa. Mereka hanya “kongkow-kongkow” tanpa ada kebaikan konkret yang dibicarakan. Waktu begitu berharga, bicarakanlah sesuatu yang menambah inspirasi dan membantu solusi bagi banyak orang, setidaknya bagi si pendengar.
Banyak sekali saya memperoleh inspirasi dan juga solusi problema kehidupan karena ngobrol dan bicara dengan banyak orang. Bahkan saat saya loyo, lesu dan kurang bergairah obatnya adalah ngobrol dengan orang lain yang berilmu.
Ketiga, menambah kedekatan kita kepada-Nya. Betapa banyak saya menyadari untuk semakin mendekat kepada-Nya karena hasil ngobrol dengan orang lain. Saya memahami bahwa “salah satu kunci untuk mendekat kepada-Nya adalah dengan cara selalu meminta ridho kepada bapak dan ibu”. Saya memahami ini saat saya bicara panjang lebar dengan salah satu pengusaha ternama di Indonesia.
Apabila bicara kita tidak menambah salah satu dari ketiga hal tersebut di atas, saatnya kita berbenah. Jangan sampai bicara kita dengan orang lain justru menjadikan kita termasuk kelompok orang yang bodoh karena isi pembicaraan tidak menambah ilmu dan hikmah, tidak memberikan inspirasi dan solusi, serta tidak menambah kedekatan kepada Sang Pencipta.
Bagaimana bicara Anda selama ini?
Salam SuksesMulia!
Ingin ngobrol dengan saya? FOLLOW saya di twitter: @jamilazzaini. Atau, LIKE saya di facebook
